Part 1

16 0 0
                                    

12 Januari 2010

Aku masuk Sekolah Dasar. Aku begitu sangat takut dan gugup. Aku di antar ibuku ke sekolah jalan kaki. Dari rumah ke sekolah tidak begitu jauh. Setelah aku di antar ibuku ke kelas dan mendapatkan tempat duduk paling depan, ibuku meninggalkanku sendirian dalam keadaanku sedang takut dengan kesibukan dan keributan yang di buat oleh orang tua yang sedang mencari tempat duduk untuk anaknya dan membujuk anaknya agar mau diam dan di tinggal oleh mereka.

Jantungku berdegup kencang seiring waktu.

Bangku di sebelahku masih kosong, aku masih berpikir dan berharap dalam hati

"Semoga yang duduk sama aku orangnya baik, mau berteman denganku, dan harus perempuan. Gak mau laki-laki."

Selesai aku bilang harapanku dalam hati datanglah seorang anak perempuan cantik yang datang bersama ayahnya.

"Hai, boleh aku duduk disini?" katanya.

Sambil menarik bangku di sampingku. Aku hanya menganggukkan kepalaku pertanda 'iya'.

Ayahnya dia pun langsung pergi untuk berangkat kerja. Kenapa aku bisa tahu? Karena aku mendengar percakapan mereka. Bukan salahku, aku hanya duduk diam di bangku ku. Salah mereka yang berbicara keras dan berada dekat dengan tempat duduk ku.

Dia menoleh ke arahku dan melihatku.

"Perkenalkan namaku RATU LINDA RIANA, panggil aja Linda, kamu?"

"Ri, Ri, Rima"

"Hah? Apa? Aku tidak mendengarnya."

Dia mendekatkan wajahnya ke wajahku. Tidak terlalu dekat, mungkin hitungan 2 jengkal tanganku yang sekarang.

"Rima" jawabku.

"Oh, salam kenal!" Dia tersenyum dan begitu bersemangat mengatakannya.

Sama seperti awal dia mengajakku berbicara, aku hanya menjawabnya dengan menganggukkan kepala.

Itu adalah perkenalan pertama dengan teman pertamaku.

                                                                                           ***

Keesokan harinya aku berangkat sekolah. Sampai di sekolah, kelas sangat sepi.

Aku berangkat terlalu pagi. Aku suka berangkat sekolah dan datang ke sekolah saat mereka semua baru bangun. Karena keadaan kelas saat pagi hari sepi. Jika berangkat sekolah agak siang, pasti ada anak yang sudah datang ke sekolah dan membuat keributan di dalam kelas. Itu sangat mengganggu.

Aku duduk di bangku ku, membaca buku sebentar dan kemudian pulang ke rumah. Aku tidak suka berlama-lama di sekolah. Jika aku berlama-lama di sekolah, semakin lama akan semakin ramai. Dan itu akan mengganggu ketenanganku.

Setelah sampai di rumah, aku memakan sarapanku sambil menonton tv. Sesudah sarapan, aku menghabiskan nonton film kartun kesukaanku. Aku memang suka sekali dengan film kartun. Jika di tv tidak ada film kartun, aku  tidak akan menonton tv. Aku akan beralih ke buku novelku.

Film kartun kesukaanku pun selesai. Dan jam menunjukkan pukul 7 pagi. Aku pun kembali ke sekolah dan sudah kuduga mereka masih sarapan di kelas.

Aku duduk di depan teras kelas. Menunggu guru datang dan membariskan siswa untuk di periksa kukunya. Saat aku menungggu , datang lah Linda. Dia mendekatiku dan duduk di sampingku.

"Hei, kau sedang apa disini sendirian?" Ujarnya.

"Melihat anak laki-laki sedang main bola."

"Oh, aku disini ya! Mau ikutan kamu nonton bola."

"Baiklah." Jawabku.

Kami berdua pun duduk bersama melihat pemandangan anak laki-laki yang sedang bermain bola. Bel pun berbunyi. Guru pun datang. Kami berbaris di depan kelas dan di periksa kukunya. Setelah selesai, kami masuk kelas dan berdo'a. Seperti anak-anak sekolah lainnya, kami belajar, istirahat, dan pulang sekolah.

Aku dan dia bersama setiap harinya. Pagi-pagi, dia datang ke rumahku untuk berangkat sekolah bersama. Istirahat bersama, belajar bersama, dan saat pulang sekolah pun dia main ke rumahku. Sekali-kali aku juga main ke rumahnya.

Pernah saat  sekolah, saat aku di pilih menjadi KM(Ketua Murid) di kelas. Aku di suruh oleh bu guru untuk membagikan tabungan, tapi aku malah menggelengkan kepala dan menangis. Ditambah lagi aku di marahin Linda. "Bagi tabungan aja gak bisa! Apalagi mimpin do'a! Sini aku aja! Gitu aja nangis. Dasar cengeng!" Kata Linda sambil berdiri dan berbicara dengan nada marah.

"Gak usah nangis. Kalau gak bisa juga gapapa, bilang aja." Kata bu guru.

Aku hanya menganggukkan kepala sambil menangis. Namanya juga kan anak kecil pasti di marahin sedikit aja langsung nangis. Saat itu aku sudah bilang pada diriku sendiri, bahwa aku tidak akan berteman lagi sama Linda. Tapi nyatanya aku terlalu penakut untuk bilang 'Aku gak mau lagi berteman sama kamu!'. Aku mengoceh sendiri dalam hati.

Keesokan harinya, aku datang ke sekolah seperti biasa. Dan menunggu Linda datang.

"Aku janji akan bilang 'Linda. Aku gak mau lagi berteman sama kamu!'. Aku janji, aku akan mengatakannya saat Linda datang." Ujarku dalam hati.

Saat Linda datang, aku malah diam seribu bahasa. Tidak bisa mengungkapkan apa yang aku katakan di dalam hati. Karena aku terlalu penakut. Selama ini aku selalu menuruti perintah Linda, menuruti apa yang dia suruh, dan melakukan apa yang dia katakan. Ya, seperti pembantu. Atau pantas di sebut budak.

Kami sudah berteman beberapa bulan kemudian. Sikap Linda kepadaku semakin buruk. Dia selalu marah padaku, padahal aku tidak membuat kesalahan. Selalu memerintah seenaknya. Jika aku tidak menurutinya, maka dia akan mengancamku seperti 'Jika kamu tidak menurut padaku, aku tidak akan berteman lagi denganmu!' dengan nada dia sedang marah.

Sebenarnya aku sama sekali tidak keberatan, jika dia tak mau lagi berteman denganku. Karena aku sudah terbiasa sendirian. Tapi, yang aku khawatirkan bukan itu. Aku khawatir dia akan membicarakan hal buruk tentangku dan ..... aku tidak mau ada yang berteman dengan Linda dan jadi korban selanjutnya. Biarkan lah saja aku yang jadi korban pertama dan terakhirnya.

Aku sangat sulit sekali untuk tersenyum. Dengan Linda aku sama sekali tidak akan bisa tersenyum. Karena aku selalu menangis. Sebenarnya aku tidak ingin berteman dengan Linda. Tapi aku tidak tahu caranya mengakhiri pertemanan. Memulai pertemanan saja aku tidak tahu. Aku tahu, ketika aku mendapatkan nilai besar atau mendapatkan peringkat pertama di kelas, dia merasa iri kepadaku. Makanya dia selalu marah, walaupun aku tidak melakukan kesalahan.

Beberapa tahun kemudian, aku masih berteman dengannya.

Ada satu masalah. Ada satu kejadian yang membuat kita bermusuhan. Tak lagi berteman. Dia mencuri di rumahku.

Aku akan menceritakan detailnya....

***

RIMAWhere stories live. Discover now