32

78.6K 10.8K 9K
                                    

"Damn, I know it, we're going to make a mess."
"A lovely mess. Now shut up and kiss me again."

— J to J

***

Jef sedang tepekur di ruang tengah dengan laptop terbuka di pangkuannya saat dia mendengar suara derum mobil masuk lewat pagar depan

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

Jef sedang tepekur di ruang tengah dengan laptop terbuka di pangkuannya saat dia mendengar suara derum mobil masuk lewat pagar depan. Lelaki itu mengembuskan napas lega, menerka jika itu Sashi. Dia sudah menghubungi Sashi tadi sore, berniat mengajak anak perempuannya minum kopi sekalian berdiskusi soal syarat dari Jennie yang mesti dia penuhi jika dia mau Jennie membatalkan kerjasamanya dengan Theo. Jef ingin mengutuki dirinya sendiri sebab dia mengajak Jennie membuka restoran bersama tanpa persiapan, namun hanya itu satu-satunya yang melintas di pikirannya tadi.

"Bagus lo udah pulang, karena gue butuh—" Kata-kata Jef terputus kala dia menyadari wajah Sashi yang sembab, juga matanya yang merah. Dahinya kian berlipat saat Jo menyusul di belakang gadis itu. Dia tidak lagi mengenakan jasnya, hanya kemeja putih yang sudah tidak dimasukkan. Jef tidak dekat dengan Jo, tapi dia tahu bagaimana lelaki itu selalu berpenampilan rapi dan pantas dalam segala situasi. "Kenapa?"

"Nggak apa-apa."

"Jelas lo kenapa-napa—" Sashi mengabaikan ucapan Jef, langsung bergerak menuju tangga. Jef mendengkus, terlalu mumet untuk berpikir lebih panjang sebelum lanjut berseru. "Gue masih ngomong sama lo!"

Sashi tersentak mendengar nada tinggi dalam suara Jef, refleks berhenti di mulut tangga. "Apa?"

"Kalau ditanya orang tua itu jawab yang benar!"

"Bisa nggak, berantemnya dialihkan ke besok aja? Aku capek."

"Gue—"

"You can go to your room, Acacia." Jo memotong, membuat Sashi menghela napas panjang diikuti kakinya yang terayun menapaki tangga. Jef melotot kesal pada Jo, tapi Jo hanya berdeham, sengaja menunggu hingga Sashi sepenuhnya tiba di lantai dua, baru berujar dalam suara pelan. "She had a mentally tiring day. Give her a break, I beg you."

"Kenapa?" Jef menuntut jawaban, sejenak lupa pada draft proposalnya yang baru memiliki dua kalimat.

"Later." Jo menyahut singkat, hampir tanpa ekspresi sebelum berlalu menuju kamarnya sendiri.

Jef mengepalkan tangan, menahan geram yang kini memenuhi dadanya. Tapi dia mencoba bersabar. Masalahnya dengan Jennie sudah cukup rumit, tak perlu ditambahi dengan pertengkaran lain. Maka Jef kembali menghempaskan badan di sofa, berupaya berkonsentrasi pada layar. Bantuan Sashi tidak bisa diharapkan, jadi dia mesti mengandalkan dirinya sendiri untuk menyelesaikan masalah ini.

Ini soal tawaran membuka restoran yang telah dia katakan pada Jennie. Perempuan itu tidak langsung menolak, tapi juga tidak menunjukkan tanda-tanda jika dia berencana menerima. Dia memberi Jef syarat agar tawarannya bisa dipertimbangkan; Jef harus menemuinya besok, di jam makan siang, sambil membawa proposal kerjasama yang telah diketik dan dicetak rapi.

Daddy's Day OutOnde as histórias ganham vida. Descobre agora