Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Jika awal dari kesedihan, Maka berujung tangisan.
-Laura.
***
"Heh anak sialan!"
"Bangun!"
"Bangun atau ku siram?!"
Eugghh... Samar samar Laura mendengar orang yang marah. mata nya mengantuk, lelah dan mungkin saat ini matanya seperti panda.
Byurrr
"Uhukk!!... Uhukkk!!" Laura spontan bangun dan membuka matanya dengan berat hati.
"Ada apa bunda?" Tanya Laura dengan polosnya sambil memandang bundanya memegang gayung dan becakak pinggang.
"Ada apa! Ada apa! Bukannya beres beres! Cuci piring! Nyapu! Ngepel! Gudang juga belum dibersihin! Kamu malah enak enakan tidur di kamar heh?!" Ucap bunda Laura dengan nada sinis.
"Aku lagi ga enak badan bunda" Ucap Laura sambil menarik selimut agar kakinya tidak terlalu dingin. Ia tidak berbohong, memang tidak enak badan karena semalem ia tidak bisa tidur, baru tertidur pukul 2 dini hari.
"Payah sekali! Cuman ga enak badan belum kanker! Cepat bangun atau saya seret kamu ke kamar mandi?!" Ucapnya sambil melotot.
Laura takut jika sudah di pelototi bundanya. Bundanya serem, kata kakak bunda seperti monster. Pfftt
"Iya bunda, ini Laura mau mandi" Ucap Laura yang beranjak dari kasurnya menuju ke kamar mandi.
"Gausah lama lama cepetan!" Sindir bundanya dan keluar dari kamar Laura.
Disinilah Laura, di bawah guyuran shower, dan merasakan dinginnya air. Laura mengangkat tangan nya dan membuka telapak tangannya, ia merasakan air yang dingin. Ia tersenyum merasakan segarnya air ini. Laura menyukai air, apalagi hujan. Tapi tidak menyukaiku petir, karena petir itu menyakitkan.
Tokk... Tok... Tok...
"Dek? Udah beres mandinya? Ayo makan dulu" Itu suara kakaknya! Siapa lagi kalo bukan kakaknya?
"Sebentar lagi kak" sahut Laura yang langsung menyelesaikan mandi paginya
"Kebiasaan" Gumam kakaknya tersenyum hingga menggeleng geleng kepalanya.
