Kaio Nadi

4

Bugh!

Tanpa basa basi rio menghajar laki-laki itu.

" banyak omong lo! Ngomong depan gua"

" manusia gapunya masa depan! " tekannya.

Tanpa segan rio mengahabisi Raka-- tak henti dan tersulut emosi, jika saja tuhan mengizinkan Raka meninggal detik itu jga mungkin sudah terjadi, namun Tuhan belum mengizinkannya meninggal.

Raka terkapar lepas dengan keadaan tak sadarkan diri.

" gila lo io, hampir mati anak orang "

" I dont care "

" psikopat andalan gue, Bagus io ." ucap Indra penuh dengan rasa bangga.

" atih mana dra? "

" balik dia katanya laper sama ngantuk "

" dasar cewe freak "

" bagi ya io duitnya "

" enak aja lo gua lagi ngumpulin uang adik gua sekolah bego "

" yaelah io io bokap lo masih mampu "

" gasudi , dahla"

Notification whatsapp

Io besok atih mau minta dibeliin pulpen kuda poni warna ungu aja ya :((

' atih bener bener udah gila ' senyum io simpul karena setiap apa yang dilakukan dan dibicarakan atih menggemaskan

Janji dulu tapi

Janji apa?

Janji sama omongan atih yang cuma pengen pulpen poni

Iya io kali ini janji, soalnya pulpen atih udah pada gaada

Iya atih besok kita beli baru

Atih sayang io

Nazisss

Rio bersyukur memiliki sahabat seperti ratih dan Indra, walaupun mereka saling bertolak belakang dan ya banyak minesnya lah, tapi rio bersyukur masih dikelilingi manusia-manusia baik atas izin Tuhan.

-

Kembali ke kehidupan rumah, sudah seperti tak berpenghuni. Rio dan Nadi sibuk memainkan mainan rumahan baru nadi.

" ka nadi tadi dikasih ayah uang "

" terus nadi ambil? "

" iya "

" mana "

" tar nadi ambil dulu " nadi berlari ke kamar untuk mengambil uang yang ayah kasih.

" nih "

" kaio simpen tabungan nadi ya "

" iya kaio "

Geram rasanya melihat perlakuan ayahnya yang hanya memberi menyuapi anak-anaknya dengan uang dan uang tanpa mau mengurus dan melihat perkembangan anaknya.

Rio paham sesibuk apa ayahnya tapi bukankah anak adalah urusan nomor satu daripada uang? Harusnya begitu namun bagi ayah tidak.