Tiga

68.1K 7.9K 232
                                    

Mil berjalan gugup menuju meja kerjanya. Dalam hati ia berdoa semoga di hari pertamanya bekerja, ia tidak melakukan kesalahan yang fatal. Mil juga berdoa, semoga ia nyaman berada di tempat barunya. Mil baru pertama kali bekerja yang bersifat kontrak seperti ini. Selama ini Mil hanya bekerja sesuai keinginannya. Entah itu dalam dunia mode ataupun pendidikan. Namun kini, Mil memiliki waktu sebulan masa percobaannya sebelum Mil benar-benar akan menjadi guru di sekolah ini.

"Hai! Guru baru ya?" Perempuan dengan wajah hitam manis menyambut kedatangan Mil dengan senyum ramah di wajahnya.

"Iya, Bu. Nama saya Emila." Mil tersenyum menunjukkan deretan giginya yang rapih.

"Saya Jessy. Miss Emil umur berapa?" tanya Jessy setelah menjabat tangan Mil.

"Dua puluh enam, Bu."

"Wah ternyata kita seumuran. Jangan panggil ibu, deh. Aku ngerasa tua jadinya. Panggil Miss aja. Biasanya guru lain saling panggil begitu."

"Oh begitu. Semoga kita bisa akrab Miss Jessy." Mil kembali menunjukan deretan gigi putihnya membalas senyuman tulus dari Jessy.

"Semoga kamu betah, ya kerja disini. Tenang aja. Kita semua baik kok. Nanti siang aku ajak kamu kenalan sama yang lainnya."

Mil tersenyum senang. Hari pertama bekerja ternyata tidak buruk juga. Jessy terlihat gadis yang baik dan menyenangkan. Mil berharap pekerjaannya ini akan membawa hal baik untuknya. Terutama perekonomiannya.

*__*

"Hari ini Mil yang bunda banggakan itu sudah mulai masuk kerja. Tapi masih masa percobaan satu bulan. Cuman itu yang bisa Leon lakukan. Kalau dia memang pantas menjadi guru di sana, Leon tidak akan menghalangi," kata Leon menyuap sendok terakhir sarapan paginya. Sejak hari dimana Bundanya meminta Leon untuk membiarkan Mil bekerja di sekolahmnya, laki-laki itu belum kembali ke apartemennya.

"Terima kasih anak bunda yang sangat tampan. Bunda yakin, Mil pasti mampu dan cocok mengajar di sana. Apalagi mengajar siswa SD. Mil itu terlihat sangat penyayang. Cocok dengan anak-anak." Sarah menjawab sembari tersenyum dengan begitu lebar.

"Sepertinya bunda sangat senang dengan Mil Mil itu. Apa dia cantik?" Rey bertanya di sela suapannya.

"Tidak secantik mantan-mantan kamu dan Leon. Hanya saja wajah Mil enak dilihat. Dia juga begitu manis dan menggemaskan." Sarah kembali bercerita begitu semangat sembari membayangkan wajah Mil saat ini.

"Sepertinya bunda akan sangat bahagia jika Mil menjadi bagian keluarga kita." Rey melirik jahil adiknya yang tengah menatapnya tajam.

"Tentu saja bunda sangat bahagia!" Jawab Sarah lebih semangat.

"Bunda, tolong, aku akan bicara sekarang agar bunda tidak memaksa nantinya. Aku tidak mau dijodohkan dengan Mil Mil kesayangan bunda itu." Leon bersuara. Dia harus mewanti-wanti hal ini dari sekarang. Sebab Bundanya bisa meminta lebih dari ini jika Leon tidak menolaknya dari sekarang.

Sarah menaikkan alisnya. Dia memang menyukai Mil, tapi tidak berniat menjodohkan Mil dengan putranya yang temperamental itu. Kasian Mil jika harus menghadapi Leon yang galak seperti singa. Sepertinya suaminya memang tidak sia-sia memberi nama Leon pada putra bungsu mereka. Terbukti sekarang Leon memang seperti singa.

"Kamu gak usah kegeeran. Bunda juga gak akan tega sama Mil kalau harus punya suami galak kayak kamu." Jawab Sarah dengan raut wajah kesalnya. Leon mendengus disertai cekikikan Abang dan kakak iparnya.

"Leon ada rapat di restoran pagi ini." Leon bangkit dari duduknya masih dengan kikikan Abang dan kakak iparnya.

Selain mengelola Yayasan peninggalan ayahnya, Leon yang memang berprofesi sebagai koki sebenarnya memiliki beberapa restoranya sendiri. Restoran Kita yang dibangun di Bandung pertama kali lima tahun yang lalu kini sudah memiliki 3 cabang dengan dua yang ada di Jakarta dan Bogor. Awalnya Leon menolak untuk memegang Yayasan. Dia tidak begitu tertarik dengan dunia pendidikan. Hanya saja, Rey sudah menentukan cita-citanya menjadi pilot yang pasti sangat jarang menetap di Jakarta untuk mengawasi Yayasan. Maka dari itu, Leon lah yang sekarang bertugas untuk mengelolanya. Tepatnya setelah tiga tahun lalu kepergian sang ayah.

Perempuan Merah JambuWhere stories live. Discover now