Bab 04 MELAMAR

Start bij het begin
                                    

Kenapa Ayah justru menanya kan hal itu???

Apa Ayah lebih setuju jika Nayla yang di lamar mas Daffa dan bukannya aku!!!

Astagfirullah...

Aku beristigfar dalam hati saat aku hampir saja berpikir buruk tentang Ayah.

Ayah maafkan aku!!!

"Kami yakin Pak Azlan, kami ingin melamar Kayla."

Kali ini suara Pak Hilmi yang terdengar meyakinkan.

Dan ku dengan helangan nafas dari Ayah terdengar.

"Jadi Bapak dan Ibu bagaimana dengan lamaran kami untuk Kayla apa di terima?"

"Kami serahkan semua nya pada Kayla, bagaimana Kayla?"

Tanya Bunda akhirnya buka suara setelah sejak tadi hanya diam saja dan mendengarkan pembicaraan ini.

Semua orang di tempat ini bersama - sama menatap kearahku.

Apa yang harus aku jawab!!!

Kini ku lirik wajah Ayah yang tampak menatap ku dengan tatapan yang sulit ku artikan.

Aku mulai menghela nafas ku sebelum menjawab pertanyaan mereka.

Bismillah...

"Saya terima lamaran ini."

Ucapku sambil tersenyum dan ku dengan mereka ikut tersenyum sambil mengucapkan alhamdulillah.

Hanya ada satu orang yang terlihat tidak tersenyum. Yaitu Ayahnya sendiri.

***

Aku kini tengah berada di dalam kamarku.

Hari sudah semakin malam, tapi aku sama sekali tidak merasa mengantuk. Dan aku masih memikirkan tentang ucapan serta respon dari ayahku saat lamaran dari keluarga Mas Daffa aku terima tadi.

Apa ayah tidak bahagia dengan keputusan ku???

Apa ada sesuatu yang di sembunyikan ayah dariku!!!

Pikirku benar-benar bingung.

Sepertinya aku harus bertanya pada Ayah langsung, tapi tidak malam ini karena Ayah sepertinya sudah masuk ke dalam kamar tidurnya dan aku tidak ingin mengganggu, lebih baik besok saja aku tanyakan pada Ayah.

Kini aku mulai berusaha untuk memejamkan kedua mataku dan tidak lupa untuk menarik selimut untuk menyelimuti tubuh ku.

Malam ini hawa sangat dingin padahal di kamarku tidak di pasang AC karena aku sendiri tidak suka hawa dingin.

***

Aku keluar dari dalam kamar dengan setelah kerjaku. Pagi ini aku harus meninjau langsung lokasi pembangunan yang ada di daerah Bogor.

"Pagi, Bunda."

Sapaku sambil mencium pipi kanan bundaku dan tersenyum.

"Pagi, sayang. Sini duduk Bunda udah siapin nasi goreng spesial buat kamu."

Aku tersenyum saat mendengar ucapan bundaku ini, tadi malam aku memang meminta pada bunda di buatkan nasi goreng untuk sarapan hari ini.

Dan aku tidak menyangka bahwa Bunda benar - benar membuatkannya untukku.

"Makasih, Bun."

Seruku saat Bunda menyodorkan sepiring nasi goreng ke hadapanku yang kini sudah duduk di salah satu kursi yang berada di meja makan.

"Sama-sama sayang, makan yang banyak hari ini kamu pasti sibuk dan butuh banyak energi. Jangan lupa baca doa dulu sebelum makan."

Aku hanya mengangguk dan mulai memakan makanan di depan ku setelah tadi sempat membaca doa sebelum makan di dalam hatiku. Dan aku mulai melirik kearah sekitar yang lebih sepi dari biasanya.

"Ayah kemana Bun?"

Tanyaku di sela-sela makanku dan ku lihat bunda tampak tersenyum sebelum menjawab pertanyaanku itu.

"Ayah udah berangkat tadi pagi ke kantor katanya mau ninjau lokasi yang ada di Bogor."

Mataku tampak membulat saat mendengar jawaban yang diberikan oleh Bunda.

Kenapa jadi Ayah yang pergi meninjau kesana, bukannya harusnya ini tugas ku.

Gumamku dalam hati.

Lamunanku langsung buyar saat tanganku di pegang oleh Bunda.

"Kenapa malah ngelamun Kay, ayo di makan nanti kamu bisa telat ke kantor."

Teguran Bunda membuat ku hanya mengangguk dan mulai kembali sibuk menghabiskan makananku.

Sesampai di kantor nanti, sepertinya aku harus bicara sama Ayah!!!

Pikirku masih di dalam hatiku.

***

Kini aku sudah berada di lantai 14 dimana ruangan Ayah berada. Setelah sampai di kantor tadi,aku memang langsung kesini dan tidak sempat meletakkan tasku dulu.

Aku harus bicara pada Ayah.

Kini aku sudah berada di depan meja sekretaris Ayahku.

"Mbak Ayu, Pak Presdir ada di dalam?"

Tanyaku tanpa basa-basi. Dan ku lihat Mbak Ayu terlihat terkejut saat mendapatiku yang sudah berada di depannya itu.

"Mbak Kayla. Pak Presdir sedang tidak ada di tempat, pagi tadi Bapak telfon saya kalau beliau pagi ini langsung berangkat untuk meninjau lokasi yang ada di bogor dengan Pak Danu."

Jawab Mbak Ayu dengan sangat jelas dan membuat ku hanya bisa menghela nafasku dengan berat.

"Ya sudah Mbak, kalau begitu saya permisi."

Aku langsung pamit untuk keruanganku yang berada di lantai 13.
Sedangkan Mbak Ayu hanya tersenyum.

Aku mulai masuk kembali ke dalam lift dan menekan tombol 13, pintu di depanku ini otomatis langsung tertutup.

Huft...

Kenapa Ayah tidak mengatakan apapun padaku tentang rencana Ayah yang ingin meninjau langsung lokasi yang ada di Bogor padahal harusnya itu menjadi tanggung jawabku.

Entahlah sepertinya aku memang lebih baik menelfon Ayah langsung dan menanyakan maksudnya. Agar semuanya jelas.

Pikirku masih di dalam hati.

Kayla pov end.

***

Bersambung...

Terimakasih...

Jangan lupa tekan ⭐⭐⭐

TAKDIR Kayla (Sequel Perjalanan Kisah Fatimah) Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu