Episode 15: Move

102 7 0
                                    

Pagi hari yang dingin. Saena menggeliat karena merasakan tangannya digenggam oleh seseorang. Ia membuka matanya pelan-pelan lalu melirik ke arah tangannya. Saena tersenyum gemas melihat Jimin tertidur dengan pulas.

Ia mengelus lembut rambut Jimin pelan-pelan. Ia menyukai Jimin yang selalu ada untuknya walau hanya sebatas teman. Jimin mengerang lalu membuka matanya pelan. Jimin mengangkat kepalanya kemudian menatap Saena. Saena tersenyum.

"Hai" sapa Saena

Jimin terkejut. Harapannya semalam telah dikabulkan. Dengan cepat ia memeluk Saena erat. Saena terkekeh.

"Sudah sudah, lepaskan. Aku susah bernafas" Suruh Saena yang masih memakai oksigen

"Aku sangat merindukanmu" ucap Jimin

"Aku hanya tidur semalam saja bukan tidur selamanya"

"Hei, jaga bicaramu."

"Pacarmu kemana?"

"Lupakan" suruh Jimin

"Apa maksudmu?"

"Kau ingin makan atau minum dulu?"

"Bantu aku duduk dulu saja" jawab Saena

Jimin membantu Saena untuk duduk. Kemudian Jimin sibuk mengambilkan air minum dan roti untuk Saena.

"Aku tidak ingin makan dan minum" ucap Saena

Tangan Jimin berhenti mengoleskan selai ke roti.

"Jawab pertanyaanku" suruh Saena

"Apa?" tanya Jimin

"Aku tidak sedang bermimpi kan?"

"Mimpi apa?"

"Kau memang benar-benar kembali dengan Haerin eonni?"

"Tidak bisakah kau lupakan soal kemarin?"

"Kau benar-benar kembali ya?"

"Rotinya sudah jadi. Mari kita makan" ucap Jimin sambil duduk di samping Saena

Jimin memberikan Saena roti namun Saena menepisnya hingga roti tersebut terjatuh. Jimin terkejut.

"Kau tidak punya harga diri sama sekali" ucap Saena

Tangan Jimin mengepal namun ia berusaha untuk sabar.

"Kau itu memang buta! Lihatlah, dirimu masih terus saja menerimanya padahal kau sudah beberapa kali disakiti olehnya. Jangan menjadi orang yang bodoh hanya karena mencintai seseorang. Aku tau-"

"Aku mencintainya, Saena!" bentak Jimin

Saena terkejut. Oke, Jimin kembali menyakiti Saena. Saena menahan air matanya. Jimin menghela nafasnya lalu duduk kembali. Saena menatap lurus sambil menahan air matanya untuk tidak turun.

"Aku akan membuatkan roti lagi" ucap Jimin

Saena masih tetap terdiam. Jimin sibuk membuatkan roti untuk Saena.

"Aku menyukaimu, Jimin" gumam Saena lirih sambil menatap punggung Jimin

Jimin selesai membuatkan roti lalu memberikan pada Saena. Saena mengambilnya lalu memakannya. Saena tidak makan dengan lahap, terpaksa Jimin mengambil alih rotinya lalu menyuapi ke Saena. Saena terkejut.

"Buka mulutmu" suruh Jimin

Saena membuka mulutnya lalu mengunyahnya. Jimin mengambilkan minum kemudian Saena meminumnya. Jimin masih tetap menyuapi Saena.

"Aku ke kantin dulu untuk membeli kopi. Jika ada apa-apa hubungi aku. Ponselmu ada di sebelahmu" ucap Jimin

Saena hanya mengangguk. Jimin pun pergi menuju kantin. Di sepanjang perjalanan, Jimin menggerutu di dalam hati. Lagi-lagi ia bersalah karena telah membentak Saena yang sedang sakit. Ia memesan kopi lalu duduk.

The Truth Untold ; PJMМесто, где живут истории. Откройте их для себя