PROLOG

265 18 17
                                        

Karena pada akhirnya, sebuah paksaan tidak akan pernah bertahan lama.

~ Say "NO" ~
🐳

Suara gaduh berasal dari arah belakang berhasil menghentikan langkah Kim Soo Yun, gadis bersurai sebahu itu menoleh. Sebelum memutar kedua bola mata sungkan.
Kedua tangannya melingkar di depan perut, sedang tatapan matanya terpusat pada satu titik kehebohan di ujung koridor.

Senyum tipis dari bibirnya tersungging, membentuk senyum kecil. “Apa yang sedang kamu lakukan? kenapa diam saja?” Di sebelahnya, Ae-Ri menatap Soo Yun tidak suka.

Gadis bertubuh gempal itu tampak merengut, menyentak pergelangan tangan Soo Yun paksa. 

Akhirnya Soo Yun hanya menurut, lagi pula hal seperti ini sudah sering terjadi. Ditarik secara paksa untuk dijadikan pusat perhatian. Padahal, Soo Yun sendiri tidak mengerti akar masalah dari pergulatan sengit antara dua pemuda tampan tetapi memiliki otak setengah sinting.
“Cepat katakan sesuatu!” Ae-Ri berseru panik, saat bogeman mentah mendarat tepat di pipi kanan Yeonjun. Cowok dengan kemeja yang jauh dari kata rapih itu tersungkur, mengakibatkan beberapa meja di belakangnya tergeser.

Soo Yun menghela nafas panjang, sebelum memberanikan diri muncul di depan keduanya. Semua pasang mata langsung tertarik ke arah Soo Yun dalam hitungan detik, mereka sudah bisa menebak bagaimana alur selanjutnya.

Alih-alih menuruti perintah Ae-Ri untuk melerai, gadis bersurai sebahu itu malah dengan senang hati membiarkan mereka kembali saling adu tinju. Menjadikan mereka sebagai tontonan dalam jarak dekat.
“Ya! Michyeoss-eo?” Pekiknya keras, ketika salah satu diantara mereka tidak sengaja terjatuh mengenai ujung sepatu putih yang dia kenakan. Wajah Yeonjun memerah, kepala yang semula tertunduk kini mulai terangkat. Menatap Soo Yun kaget.

Soo Yun memiringkan kepala, memberikan peluang bagi Yeonjun agar dapat melihat wajahnya secara jelas. “Kau bahkan tidak pandai berkelahi.” Decihan pelan terdengar, Soo Yun ikut berjongkok. Menepikan anak rambut miliknya yang berjatuhan di depan wajah.

Tangan kanannya terangkat, menyentuh pelan dagu Yeonjun. “Lihatlah, wajah mu terlihat seperti zombie.” Gerakan tangannya memutar, menampilkan sisi kanan dan kiri wajah tampan penuh luka Yeonjun.

Tubuh mungil Soo Yun kembali berdiri, mengusap kedua telapak tangannya kasar. “Aigo––, kalian kekanak-kanakan sekali.” Ucapnya datar. Ia bahkan tidak menyadari bahwa sekarang sudah banyak siswa yang berebut membentuk sebuah lingkaran.

Manik hazell miliknya berpendar, menatap tajam kerumunan siswa-siswi yang sama tengah menatap penasaran. Perlahan, sebagian anak-anak disana mulai berhambur pergi. Tentu saja, masih sibuk dengan bisik-bisik menyebalkan.

Na Jaemin––, namja berpawakan tinggi yang sedari tadi hanya diam menyaksikan. Kini beralih, mengambil ransel hitam yang tergelak tidak jauh dari tempatnya berdiri. Manik berwarna hitam kelam itu menatap nyalang, seakan membunuh Yeonjun hanya melalui lensa miliknya.

Jaemin mengusap sudut bibirnya yang berdarah, kemudian mengambil langkah panjang membelah kerumunan.

Soo Yun lantas mengedikkan bahu, memasang earphone untuk menyumpal kedua telinganya. Memutar beberapa playlist lagu pengantar langkah kakinya menuju kelas.

Ae-Ri berlari kecil, membantu Yeonjun yang sepertinya kesulitan berdiri. “Kamu baik-baik saja?” tanyanya dengan nada khawatir. Kening Yeonjun mengerut samar, menghempas kasar tangan Ae-Ri yang melingkar tidak sopan di pergelangan tangannya.
“Nggak usah sok perhatian!” Bisik namja bersurai kebiruan itu penuh penekanan, kaki panjangnya tertatih menyusul langkah Soo Yun yang kian menjauh.
Kedua tangan kekarnya bertumpu di perut, menahan perih yang tiba-tiba menjalar tanpa aba. Terkadang, Yeonjun akan menggunakan dinding sebagai tumpu untuk menyangga berat tubuhnya.

Say "NO" [NA JAEMIN] Where stories live. Discover now