Boundaries and second chances.

903 28 0
                                    

Just because someone deserves a second chance, doesn’t mean you should or have to give it.

Seringkali saat kita disakiti dan berpikir untuk meninggalkan sebuah hubungan atau situasi yang membawa pilu dan pedih, orang-orang bilang, “Jangan begitu, kita kan manusia yang pasti pernah berbuat salah. Semua orang pantas mendapatkan kesempatan kedua.”

Dan, memang, mereka tidak salah. Semua orang pernah berkhianat, menyakiti, mau itu disengaja ataupun tidak. Dan, benar juga, bahwa tidak adil jika seseorang tidak diberikan kesempatan untuk memperbaiki dirinya. Bukan itu maksudku. Ini bukan soal keharusan atau perihal pantas dan tidak pantas.

Ini mengenai kamu. Kamu yang batasnya dilewati. Kamu yang tersakiti. Kamu yang patah hati. Dibohongi. Diselingkuhi. Dimaki-maki. Apapun itu. Ini tentang kamu. Dan aku di sini ingin bilang satu: memberikan seseorang kesempatan kedua bukanlah tanggung jawabmu.

Tentu, semua orang pantas. Namun yang memberikan kesempatan itu tidak harus kamu. Kamu tidak harus membuka pintu untuk orang yang pernah mengacaukanmu kalau kamu tidak mau. Kamu tidak harus membiarkan seseorang memperbaiki apa yang mereka rusak kalau kamu sudah lelah. Kamu tidak harus membiarkan seseorang menjelaskan diri kalau kamu tidak ingin lagi dengar.

Just because someone deserves a listen. A second chance. Forgiveness. Doesn’t mean you have to give it. You do not have to if you do not want to. And that is valid.

Mungkin kesempatan kedua bagi mantan kekasihmu datang dalam bentuk seorang pasangan baru.

Mungkin kesempatan kedua bagi ayahmu yang tidak pernah ada untukmu datang dalam bentuk keluarganya yang sekarang.

Mungkin kesempatan kedua bagi teman lamamu datang dalam bentuk menemui orang-orang lain yang bukan dirimu.

Mungkin Semesta akan memberikan mereka kesempatan kedua, ketiga, dan seterusnya—sama seperti Semesta memberikanmu beribuan kesempatan untuk mengubah dirimu menjadi lebih baik.

Namun, itu bukan tugasmu. Kalau kamu mau pergi, kamu boleh pergi. Kalau kamu tidak ingin memaafkan, itu juga diperbolehkan. Kalau kamu mau memperbaiki, itu juga tidak apa-apa—asalkan tidak ada yang memaksamu untuk melakukan apa yang kamu tidak mau, hanya karena mereka merasa paling tahu.

So, when you doubt someone’s intentions and you no longer want to give them a chance, it is okay to say, “Yes, you deserve another chance. From the world. From yourself. From anyone else. But not from me.”

PiluWhere stories live. Discover now