Chapter 2

29.4K 991 13
                                    

Prilly POV

Di kampus UNESA

Jam menunjukkan pukul 1 siang, akupun keluar dari kampus, bersama sahabat tercinta. Mila, Michelle, Ule, Gritte, Ghina, Tamara, dan Alya. Kita baru saja selesai mengikuti mata kuliah terakhir. Aku pikir, kita pulang jam 4. Ternyata, dicepatkan karena dosen mau mengadakan rapat bulanan. Horay!

"Akhirnya, matkul terakhir selesai juga! Huh, ngebosenin banget sih!" keluh Gritte.

"Hush! Gak boleh gitu ah, gak baik ngeluh begitu" tegurku.

"Abis gimana, bikin mata berat aja. Kek ketambahan batu dimataku" celetuk Ghina, menimpali perkataan Gritte, langsung kuhadiahkan jitakan 'manis' dikepala Ghina.

"Aduh! Sakit Pril!" gerutu Ghina sambil mengusap-usap kepalanya.

"Sapa suruh ngeluh hah? Katanya pengen masuk sastra Inggris, kenapa pada loyo gini sih, Ghin, Te?" tanyaku heran.

Setahuku, dulu saat dibuka pendaftaran mahasiswa baru untuk semua jurusan di UNESA, Gritte dan Ghina ngotot pengen masuk ke jurusan Sastra Inggris. Alasannya, pengen mengasah bahasa Inggrisnya. Katanya bakal baik-baik saja. Kenapa baru jalan 3 semester aja sudah loyo? Ah, penyesalan selalu datang diterakhir, bukan diawal. *ngenes*

"Ya kan capek Pril, namanya aja matkulnya banyak. Mana tugas numpuk pula" ucap Gritte, menghela nafas panjang.

"RT GRITTE!" ucap Ghina lantang. Michelle tertawa ngikik.

"Kek twitter aje, Ghin" sambar Michelle, masih dengan tawanya.

"Kenapa gak sekalian RW, Lurah, Camat, Bupati, gitu?" tanya Gritte kesal, menatap sinis ke arah Michelle.

"Tambahin aja sono sendiri, wahahahahaha" Michelle akhirnya kembali tertawa.

Kali ini, tawa Michelle sangat lepas. Sehingga membuat Ule, Mila, Tamara, dan Alya yang sedari tadi diam, ikut tertawa mendengarnya. Hanya Ghina dan Gritte yang malas tertawa, moodnya sudah terlanjur jelek akibat candaan Michelle. Aku hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan sahabatku seperti itu.

"Iya ya, Ghin, Te, aku minta maaf yang tadi. Abis, lesu mulu muka kalian. Katanya pengen masuk sastra Inggris, kenapa jadi gak semangat gini? Harus semangat dong, kan ada kita-kita yekan? Yuk ah, SEMANGATTT!!!" ucap Michelle menyemangati Ghina dan Gritte yang sedari tadi mukanya ditekuk.

Ghina dan Gritte tersenyum mendengar nasihat dari Michelle. Tiba-tiba, senyuman tulus dari Ghina dan Gritte berubah jadi senyuman jahil. Michelle kaget dengan perubahan ekspresi wajah mereka berdua.

"Kenapa kalian? Kok aneh gitu mukanya?" tanya Michelle heran.

"Ciye bijak banget. Kesambet apaan, Chelle?!" tanya Ghina balik, tetap dengan senyum jahilnya.

"Kesambet bedes ngamuk (monyet marah)! PUAS?!" Kini, giliran Michelle yang ngamuk.

"Canda kali. Tapi, tumben banget omonganmu bener gini. Biasanya gak pernah bener HAHAHAHAHAHA" Gritte menimpali candaan Ghina. Alhasil, Michelle makin ngambek terhadapnya.

"Ya ampun, malah tengkar. Udah deh, mending sekarang kita pulang!" ucapku, lalu beranjak meninggalkan sahabat-sahabatku.

Michelle hanya mendengus kesal melihat Gritte dan Ghina. Sedangkan yang dilihat tersenyum penuh kemenangan. Yang lain hanya menahan senyumnya sambil geleng-geleng kepala. Baru saja 2 langkah berjalan, sebuah suara menghentikanku.

"Pril, tunggu!" panggil Ule.

"Ada apa, Le?" tanyaku.

"Kapan kita hangout? Bosen cuy!" celetuk Ule sambil menunjukkan wajah bosennya.

Heart You Until Dead (Slow Update)Where stories live. Discover now