024

541 84 10
                                    

Jasmine berlari melewati lorong rumah sakit dengan tiang infus yang ia bawa-bawa. Perawat ruangannya  berkata bahwa Jimin dan Taehyung mendapat luka parah setelah berkata akan meninggalkan Jasmine sebentar.

Jasmine tak tahu mereka habis dari mana dan bagaimana bisa terluka. Setahunya, Jimin dan Taehyung adalah dua orang paling ahli berkelahi dan membunuh.

Siapa yang bisa mengalahkan keduanya?

Jasmine sampai beberapa menit kemudian dengan keringat yang memenuhi wajah pualamnya. Ia melihat dua sahabatnya yang terbaring tak berdaya. Jantungnya hampir lepas kala melihat begitu banyak selang di tubuh Taehyung yang babak belur.  Kepala pemuda bermarga Kim itu bahkan dibalut perban.

Ia juga melihat bagaimana lengan kanan Jimin diperban. Mereka terluka parah. Jasmine menggigil panik di atas pijakannya.

Bruk!

Jasmine terjatuh dengan airmata yang mengalir tanpa sanggup ia tahan. Tidak. Ia tak bisa melindungi mereka layaknya ia kehilangan Jungkook. Jasmine menutup mulutnya yang sesenggukan. Ia pernah merasakan kesakitan ini.

Mendengar suara ribut dari tangis Jasmine, Jimin yang terlelap jelas bangun. Ia menengok ke asal suara itu lantas amat terkejut saat melihat Jasmine yang menangis dan duduk di atas lantai.

"Jasmine," panggil Jimin.

Pemuda itu berusaha bangun. Ia masih bisa bergerak walau tubuhnya terasa remuk di mana-mana. Jimin membawa dirinya ke depan Jasmine, berjongkok di depan gadis itu lalu membawanya ke pelukan.

Jasmine membalas pelukan Jimin, menangis lebih keras. Ia berkali-kali mengatakan maaf pada Jimin yang memandang sendu pintu kamar.

"Apa yang kalian lakukan hingga bisa begini?!"

"Kami ingin membunuh Min Yoongi, tapi dia ternyata kuat sekali. Kami kalah, tapi Taehyung berhasil mematahkan kaki kirinya."

"Lalu, bagaimana dengan Taehyung? Kenapa dia belum bangun juga?"

Jimin menggeleng samar, ia tak bisa berbohong pada Jasmine bahwa Taehyung baik-baik saja.

"Keparat itu memukul kepala dan tengkuknya. Taehyung sekarat saat kubawa ke sini. Dokter bilang dia akan sadar dalam beberapa hari."

Jasmine melepas pelukan Jimin. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan.

"Ini semua salahku. Harusnya aku saja yang berurusan dengan bajingan itu. Kalian terluka karenaku."

"Hei, kami juga sahabat Jungkook. Hanya karena kau tunangannya bukan berarti kami tak boleh ikut campur. Kita akan membalas Yoongi bertiga. Oke?"

Jimin mengelus kepala Jasmine, menenangkan. Ia membantu Jasmine bangun dengan satu tangannya. Jasmine menyuruh Jimin berbaring lagi selagi ia menghampiri Taehyung yang belum sadar.

Ia pandangi wajah damai Taehyung. Menaikkan selimut sampai ke dada Taehyung, berakhir mengecup ubun-ubun pria itu.

"Tae, apa kau ingat dulu kau sering melakukan ini saat aku terluka parah? Kau akan mencium lukaku dan mengatakan 'Cepat pergi rasa sakit Jasmine'. Aku pikir itu memalukan dan kekanakkan, tapi aku tahu itu berdampak banyak. Jadi, cepat pergi rasa sakit Taehyung."

Jasmine merasakan air matanya mengalir lagi. Mengingat masa lalu saat pelatihan mereka juga membawa ingatannya dengan Jungkook. Karena mereka berempat selalu bersama sejak awal.

"Aku baru tahu bulu matamu lebat dan lentik, Tae. Aku iri."

Jasmine berusaha tertawa walau terdengar sangat terpaksa. Ia hanya tak mau menyusahkan Jimin dengan terus menangis. Ia tahu betul Jimin tak suka melihatnya menangis.

"Jasmine, ini hampir fajar. Kau istirahatlah di kamarmu."

Jimin memandang Jasmine dari kasurnya. Jasmine membalas tatapan itu dengan senyum lebar.

"Baiklah. Kau juga harus istirahat, Jim. Aku akan kembali nanti siang."

Dan, gadis itu benar-benar pergi ke kamarnya.[]

How was your holiday?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

How was your holiday?

ɓɭɑck cɑt. [ ɱiɳ yѳѳɳgi ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang