Rencana awal Mark adalah membawa mereka langsung ke hotel yang sudah di pesan begitu mereka keluar dari bandara. Namun melihat Renjun yang tulangnya seperti ingin melompat dari tubuhnya, melihatnya terus menggigit bibir bawah dan kuku secara bergantian membuat Mark memiliki ide lain.

Laki-laki yang lebih tua itu berpikir berjaln-jalan di plaza sekitar Pudong sambil mengamati Shanghai skyline dapat menenangkan pikiran mereka. Namun sepertinya itu tidak berlaku bagi Renjun yang sekarang menyendok es krim dengan pandangan kosong.

"Kau mau kita kembali ke Seoul saja?"

Renjun mendongak cepat sambil menyemburkan kata-kata; "Kau gila!? Kita bahkan belum ada dua jam di Shanghai dan belum menginjakkan kaki di hotel yang sudah kau pesan! Jangan main-main!"

Mark tersenyum tipis. "Kalau kau tidak segera menghabiskan es krimmu, bagaimana kita bisa check-in lalu bersiap menemui orang tuamu?"

Renjun terdiam, setengah karena malu dan menyesali reaksi spontannya, setengah yang lain kesal karena Mark berhasil membuatnya tampak konyol. Dengan kesal ia menyendok es krim sangat banyak ke mulut yang membuat gigi-giginya nyeri. Mark tertawa kecil melihat Renjun yang meringis lalu membenarkan letak poninya yang tertiup angina.

"Kenapa kau gugup?

"Memangnya kau tidak gugup?"

Ia hanya tersenyum mendengar jawaban defensif dari Renjun yang menghindari kontak mata dengannya. "Tentu saja aku gugup, tetapi sepertinya yang kita khawatirkan berbeda."

"Ada yang kau sembunyikan dariku?" mark mengaitkan telapak tangannya di dagu Renjun dan memaksanya mendongak. Menatap mata teduh Renjun yang ragu-ragu sebelum anak itu menepis tangannya.

"Kau tidak hanya akan menemui orang tuaku."

Pemuda yang duduk di depannya itu memandang Renjun tidak mengerti.ia menatap ke mata almond yang mengernyit terkena pantulan sinar matahari dengan pandangan menelisik. Mata yang selalu terlihat teduh itu seolah mengatakan kalau masalah orang tuanya bukan merupakan hal pertama yang harus Mark hadapi.

Renjun menghembuskan nafas panjang setelah beberapa saat menimang kata-kata. "Hyung kau mungkin akan menemui beberapa sepupuku."

π

Liu Yangyang.

Mark seharusnya bisa menebak saat Renjun mengatakan bahwa salah satu sepupu kesayangannya memiliki hobi yang sama dengan Mark, orang itu adalah Liu Yangyang. Sebuah ironi.

Ia pertama kali bertemu Yangyang dua tahun lalu di Dusseldorf, di acara balap motor yang diadakan perkumpulan mahasiswa asia universitas Heine Heinrich. Kalau berkata jujur, sebenarnya itu bukan acara yang sepenuhnya legal, dan kurang tepat juga kalau mengatasnamakan perkumpulan mahasiswa asia. (Acara itu diadakan anak-anak asia super kaya yang dating ke kampus dengan mobil berganti-ganti)

Mark yang saat itu sedang berlibur (kabur) ke dusseldorf mendengar kabar angin tentang acara tersebut dan memutuskan sedikit bersenang-senang. Satu-satunya alasan dia mengingat Yangyang karena ia hampir kalah dari bocah yang berusia sama dengan Renjun itu.

Alasan yang lain adalah Yangyang hampir membuatnya celaka sesaat sebelum mencapai garis final. Mahasiswa jurusan teknologi informasi itu nekat melakukan maneuver berbahaya yang hampir membuat motornya kehilangan kendali. Mark terkesan ada orang lain yang repot-repot mau mencelakai hidupnya selain kakek.

Yangyang bersumpah akan mengalahkannya bila suatu saat bertemu Mark lagi di arena. Mark hanya mendengus mendengar kalimat pongah itu karena ia berpikir hampir mustahil dia akan bertemu Yangyang selain pada acara ini.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 19, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Race Of The Heart [COMP.]Where stories live. Discover now