DIA?

38 3 0
                                    


HAPPY READING

----------------------------------------------------------------------

"eh kamu cowok tadi, kan?"

Dia berlalu melewatiku tanpa melirikku sedikitpun.

Aku mengingat kejadian tadi, membuat wajahku memerah.

Jangan baper Nami, kamu itu harus kuat terhadap cowok playboy jaman sekarang.

"eh kamu ngapain disini?" aku mengejarnya. Menyamakan langkahku dengannya.

Dia masih tidak melirikku.

"iiii, Nami berasa ngomong sama tembok" aku menggerutu dan berhenti mengejarnya.

Dia melengos tanpa menghiraukanku yang berada di sampingnya.

Dasar! Anak siapa dia ini?

Aku mengejarnya kembali, berlari mendahuluinya. Ya, aku adalah orang yang pantang menyerah.

Aku mengulurkan tanganku, "hey! Kita belum kenalan, kenalin namaku Veller" belum selesai aku bicara ia langsung menepis tanganku yang masih terjulur.

"minggir" ia berbicara dengan nada yang rendah, namun menusuk.

Aku mengerutkan dahiku.

"apa kau tuli?" Mata tajamnya membuat tubuhku bergetar.

Aku masih diam di tempat, tak berpindah walau semili.

Dia mendorong bahuku dengan kasar, membuatku terjatuh terjembab di lantai. Setelah itu dia meninggalkanku yang sedang meringis kesakitan.

Aneh sekali, tadi dia tidak se-garang itu

"Nami! Kamu kenapa?" terlihat bang El yang berlari dari kejauhan, sambil menjinjing sebungkus nasi goreng.

"abaaaaaangg!" aku berteriak sambil menangis.

"Kamu jatuh?" bang El membantuku untuk berdiri.

Aku menutup wajah dengan kedua tanganku, "Nami takut"

"siapa yang bikin kamu kaya gini?"

Aku tidak menjawabnya, masih menangis.

"Jawab abang Nami! Siapa yang bikin kamu kaya gini?!" bang El memaksaku untuk menjawab pertanyaannya.

"abang jangan marahin Nami, dong!" teriakku yang masih sesenggukan.

"maaf pin abang, jangan nangis dong. Nanti abang di marahin Mami" bang El merapihkan rambutku yang berantakan.

Aku juga merapihkan rambutku yang tak kunjung rapih, membuatku semakin kesal.

"nyebelin ya rambutnya? Kata abang juga botakin aja"

Aku memukul dada bidangnya, dia memang sudah menyebalkan dari lahir.

"dasar abang laknat!" aku berlari meninggalkannya menuju kelas, rasa ingin bolosku sudah hilang.

"hey ini nasi gorengnya gimana?" terdengar teriakan bang El dari kejauhan.

Aku melambai-lambaikan tanganku, tidak peduli.

Aku masuk kembali ke dalam kelas. Cowok brengsek itu sedang duduk di mejanya, menatap keluar jendela, tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Kubayangkan mata tajamnya tadi membuatku merinding, aku langsung duduk tanpa berbicara sepatah katapun.

"abis dari mana, Ya" Ana menepuk bahuku.

"Anaaaa" aku memeluknya yang masih kebingungan.

"kenapa si?"

Aku melepas pelukanku.

"Ana liat deh cowok itu" aku berbisik menunjuk si brengsek itu.

"iya kenapa? Ganteng?" Ana menatapku datar.

"iiiii Ana dengerin Nami ngomong dulu"

Aku menceritakan kejadian tadi dengan khusu sampai guru pelajaran Bahasa Indonesia kuabaikan.

"matanya tajem banget Ana, sumpah Nami serasa di robek-robek" aku melotot membuat Ana bergidik ngeri.

"kamu aja yang lebay, orang ganteng gitu" Ana tidak percaya dengan kisah yang kuceritakan.

"Ana tatap mata Nami, adakah kebohongan disana?" Aku melotot.

"drama mulu! Kamu kan tukang boong"

"Ana buang sampah, sekarang!" bu guru itu membuatku terkejut. Apalagi Ana, dia cemberut tak terima bahwa dia dihukum.

Aku nyengir seraya mengepalkan kedua tanganku, "semangat Ana!"

Ana menatapku garang, dia telihat seperti ingin menikamku.

Aku melamun, sepertinya ini hobbyku. Berimajinasi mempunyai monyet berkalung emas, kura-kura berkaki panjang dan kelinci bermuka kuda. Uhh, keren sekali.

"kerjakan yang benar ya, Vellerie!" bu guru menunjukku. Aku tersadar dari lamunanku.

"apa bu?" aku terkejut. Semua pasang mata menatapku.

"kamu tidak mendengarkan?"

"tadi Nami lagi bayangin kuman kalo lagi hamil bentukannya aneh banget kan bu?" semua orang tertawa dan bu guru menepuk jidatnya.

"kamu emang langganan bikin ibu kesel ya" bu guru melotot padaku.

"ya, maap" aku nyengir.

"kerjakan laporan percobaan halaman 32"

"loh? Kelompok Nami siapa?"

"Ferro Mel Frey"

"hah? kisprey?" aku bingung.

"gaboleh gitu! Kamu gasopan" bu guru memarahiku lagi.

Aku menghela nafas, "siapa Ferro?"

Semua orang menunjuk ke cowok brengsek tadi. Aku langsung melotot.

"DIA?"

----------------------------------------------------------------------

Hallo semuanyaaaa, gimana-gimana?

Lalalalala

Gaje kan? Maap yaa, authornya baru belajar nihh

Kalau ada saran coment aja yaa

Jangan lupa vote okay

Kalian senang akupun senang

Hwehee

Udah ahh, sampai jumpa di part selanjutnya

Bubye❤

Remember Me, Please!Where stories live. Discover now