1

11.3K 627 64
                                    

Mohon follow sebelum membaca.


💕💕💕

"Apa? Lima juta?"

Wanita di sebelahku mencebik. Ia meremas kertas di tangannya.

"Mel, ayo ikut gue!" Dia menarik tanganku menjauh dari tempat administrasi. Lalu kami duduk di ruang tunggu.

"Gue nggak punya duit sebanyak itu. Gimana dong?" tanyanya.

"Ya gimana, Sis. Kandungan loe udah gede, enam bulan. Kalo dikeluarin udah jadi bayi itu. Lagian, biasanya juga dapet dua garis loe langsung gugurin. Kenapa sampe gede tuh janin loe pelihara?" tanyaku kesal.

Sudah kesekian kali aku mengantar Siska, teman kuliahku. Pergi ke dukun beranak ini hanya untuk menggugurkan kandungannya. Pekerjaan sebagai 'ayam kampus' ia lakoni sejak empat tahun silam. Bodohnya ia tak pernah mau pakai pengaman dengan alasan 'nggak enak'.

Aku pernah meminta anak yang dia kandung, tapi selalu ditolak dengan dalih bapaknya nggak jelas. Padahal dua tahun sudah pernikahanku, tetapi belum juga diberi kepercayaan untuk memiliki anak.

"Awalnya sih gue pengen lahirin nih bayi. Soalnya cuma sama dia gue ngelakuinnya. Orangnya baik, perhatian. Selama ini kami kaya pacaran, nggak kaya pelanggan gue yang lain cuma pengen kepuasan doang. Makanya gue pertahanin."

"Trus, sekarang kenapa pengen loe gugurin?"

"Ternyata dia udah punya istri, Mel. Gue denger dia telponan bisik-bisik sama istrinya."

"Ya udah, loe minta duit aja sama dia buat gugurin kandungan loe itu," usulku.

Siska mengernyit, lalu tersenyum miring. Tak lama kemudian kulihat tangan mulusnya merogoh tas kecil dan mengambil ponsel miliknya. Ia berusaha menelpon seseorang, mungkin bapak dari bayi yang dikandungnya.

Aku tak mendengar percakapan keduanya. Namun, kulihat dari binar di mata cokelatnya, kalau ia sedang bahagia. Wajah pucat dan cemasnya berubah saat bibir tipis itu tertarik ke samping.

"Dia mau ngasih gue duit, kita janjian di "Kopi-Kopian" loe temenin gue, ya," ujar Siska, aku hanya mengangguk.

.

Lima belas menit kami menunggu pria yang telah menghamili Siska. Perutku terasa mules, dua jam lagi aku pun ada janji dengan dosen pembimbing. Skripsiku harus selesai tahun ini.

"Sis, gue ke toilet dulu, ya." Aku bangkit untuk pamit ke toilet sebentar. Bosan juga menunggu orang yang nggak tepat waktu.

"Eh, sebentar, Mel. Tuh orangnya udah datang. Mas, aku di sini!" Siska melambai ke arah belakangku. Sontak aku menoleh untuk melihat pria yang dia maksud.

Seorang pria berjalan dengan gagahnya. Kemeja lengan panjang warna dark blue, serta celana bahan dan sepatu pantofel. Tubuhnya yang tinggi, serta rambut yang tersisir rapi membuatnya semakin memesona.

Pandangan kami bersirobok, dada ini pun terasa bergemuruh. Panas menjalar di sekujur tubuhku. Ia menghentikan langkah saat melihatku yang menatap tajam ke arahnya.

"Mas Aryo," ucapku lirih. Menahan sesak di dalam dada. Berharap air mata tak tumpah di hadapan mereka berdua, saat mengetahui kenyataan yang sesungguhnya.

Jadi, anak yang dikandung Siska adalah anak Mas Aryo. Suamiku.

💕💕💕

Vote dan komennya yaaa gaes

SUAMIKU JAJAN AYAM KAMPUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang