Tersesat

20 1 2
                                    

"Kak, sudah siap belum?" Tanya Jericho, adikku dari luar rumah.
Aku menenteng tasku dan keluar, "sudah, dek."
Kami sekeluarga memasuki mobil. Mobil yang dikendarai Papa ini langsung pergi meninggalkan rumah. Aku hanya memandangi lingkungan lewat jendela sembari menikmati AC dan Jericho tidur seperti biasanya.
Bulan ini adalah Bulan Ramadhan di mana semua umat muslim wajib berpuasa, termasuk keluargaku yang merupakan penganut agama Islam. Lumayan, menyejukkan diri dengan AC.
Tak terasa, mobil ini sudah sampai di Mal Grand Indonesia. Kita langsung keluar dari mobil dan secepatnya masuk ke dalam mal karena cuaca hari ini yang panas.
_
Setelah lama berbelanja, sudah saatnya salat asar, aku dan Papa pergi ke mushola bareng. Sesampainya di sana, aku dan Papa berpisah ke ruang salat masing-masing. Kuambil wudhu dan merasakan dinginnya air wudhu ini, ditambah dengan dinginnya ruangan mal ini karena AC. Aku langsung masuk ke ruang salat setelah berwudhu. Ruangan salat ini begitu terang dan terpasang beberapa kaligrafi di beberapa bagian dinding. Kuambil mukena yang sudah tersedia dan menunaikan ibadah salat.
Ternyata yang selesai salat duluan adalah aku. Kutunggu Papa selesai salat di tempat duduk. Kubuka Instagram agar tidak bosan menunggu. Di tengah asyik melihat postingan, tiba-tiba muncul pesan dari seseorang. Dengan cepat, kutekan ikon tanda panah DM (Direct Massage) untuk melihat siapa yang mengirimkan pesan. Rupanya yang mengirim pesan adalah Pak Ardha, teman Instagramku berasal dari India yang menyebalkan. Perasaanku menjadi kesal.
Kenapa aku kesal padanya? Karena dia adalah orang yang selalu mengangguku di Instagram, selain itu dia juga penguntit! Pernah tahu-tahunya dia follow salah satu teman sekelasku, padahal tidak pernah kuceritakan temanku itu padanya. Eh, ternyata tahu dari daftar following Laila, sahabatku di sekolah. Huh! Pak Ardha waktu itu memang terlalu!
Sebenarnya aku sudah memblokirnya, namun kubuka kembali karena Laila pernah menceritakan padaku tentang suatu saat nanti, Pak Ardha akan mencari keberadaanku dan membunuhku dengan cara mencincang tubuhku, kemudian dibuang ke dalam sumur dibantu teman-temannya. Kalau diingat-ingat, menjadi sedih dan ketakutan karena tidak mau mati secepat itu, dengan cara tragis pula. Itu juga karena pernah dengar pepatah "tidak ada yang tidak mungkin", jadi bisa saja Pak Ardha benar-benar datang ke ke Indonesia walaupun sebenarnya tiket ke Indonesia mahal dan Pak Ardha bukan orang kaya.
Akhirnya, aku hanya membaca pesannya saja. Papa sudah datang dan kututup Instagram untuk berbelanja kembali. Saat berjalan, kubuka Instagram lagi untuk memastikan apakah Pak Ardha mengirimkan pesan lagi. Kulihat isi pesannya, terdapat tulisan seperti ini.
@ardha_nadhu_kumar
Okay, i dont disturb you again
Katanya dia mau berhenti menggangguku? Oh, baguslah! Dengan begini, kehidupanku bisa tenang tanpanya. Kemudian, Pak Ardha unsend pesannya dari akhir hingga pertama pesannya setelah kubuka blokir. Sekarang halaman pesan Pak Ardha sudah kosong. Mungkin dia malu sendiri karena pesannya hanya dibaca.
Di luar toko baju, aku hanya bengong karena kegiatan belanjaku sudah selesai. Mataku tertuju pada keramaian orang. Di tengah banyaknya orang, muncullah seorang pesulap dengan topeng seram datang padaku.
"Hai, Dek. Mau ikut Mas, enggak?" Ajaknya.
Kujawab dengan menggelengkan kepala karena melihat penampilannya yang misterius itu membuatku curiga,"enggak, terima kasih."
"Mas ini tidak mencurigakan, kok, walaupun penampilan Mas seram. Mas ini, kan, pesulap." Pesulap itu menepuk pundakku.
Entah karena terhipnotis atau apa, aku malah termakan ajakkannya. Kakiku melangkah mengikuti pesulap itu hingga ke suatu ruangan yang banyak penontonnya. Mungkin ini pertunjukan sulap.
"Saksikanlah pertunjukan sulap selanjutnya yaitu ... MENGHILANG DALAM KOTAK!" Pesulap itu menyaksikan dengan meriah.
Semua penonton bertepuk tangan. Ada yang aneh dari mereka. Kenapa mereka semua memakain topeng seram? Dan, kenapa ruangan ini dingin sekali? Padahal tidak ada AC dan pendingin ruangan sama sekali. Bulu kudukku merinding. Ada yang tidak beres di sini!
Pesulap itu mempersilahkanku masuk ke dalam kotak besar itu. Aku tetap masuk walaupun bulu kudukku sedang berdiri. Paling bisa keluar lewat dinding belakang.
Pintu kotak tertutup, pemandangan jadi gelap. Pesulap itu berseru kembali.
"Oke, kita mulai, ya! Satu, dua ... TIGA!" Kotak ini dipukulnya.
Belum selesai kuberusaha membuka dinding belakang, pandangaku berubah berputar-putar hebat bagai tornado. Kepalaku menjadi pusing, ditambah lagi kepala-kepala hantu bermunculan di hadapanku secara bergantian.

Ada hantu wajah hancur dengan berlumuran darah ditambah bola mata keluar, ada hantu tengkorak dengan beberapa sisa daging yang melekat, ada hantu berwajah pucat dengan mata hitam semua, dan masih banyak lagi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ada hantu wajah hancur dengan berlumuran darah ditambah bola mata keluar, ada hantu tengkorak dengan beberapa sisa daging yang melekat, ada hantu berwajah pucat dengan mata hitam semua, dan masih banyak lagi. Semuanya berteriak di depanku dengan jarak yang sangat dekat hingga kupejamkan mata kuat-kuat dan menutup telinga. Terkejut dengan mereka yang muncul tiba-tiba. Aku benci jumpscare!
Suara teriakkan itu hilang, kubuka mata. Apa yang terjadi? Aku terkejut, bahkan lebih dari tadi karena keberadaanku yang tadinya di mal menjadi di pinggir jalan. Mulutku berteriak.

"Arggghhh! Di mana ini?" Kupegang kepalaku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Arggghhh! Di mana ini?" Kupegang kepalaku. Saking kerasnya suaraku, orang-orang di sekitar sini menatapku bingung. Perasaanku menjadi malu dan langsung berlari pergi meninggalkan tempat itu. Aku terlihat seperti orang bodoh di sini.
"Hosh! Hosh!" Langkahku terhenti. Kuambil handphone dari tasku dan menyalakan layar untuk melihat jam. Sekarang sudah pukul 17:00. Ya ampun! Satu jam lagi sudah mau buka puasa! Sebenarnya ada, sih, makanan yaitu doritos rasa keju, tapi air minelarnya yang tidak ada. Tadi semuanya ada di tas Jericho. Pikiranku menjadi kacau.
"Haduh! Gimana, nih? Mana enggak bawa duit lagi," pikirku. Pikiranku makin kacau. Masa cari air mineral dengan meminta-minta orang lain? Itu, kan, perbuatan yang memalukan. Tapi, apa boleh buat? Terpaksa kulakukan ini karena darurat. Aku hanya pasrah.
"Permisi, Pak." Kuberhentikan seorang bapak yang terlihat baru pulang dari kerja. "Maaf menganggu, apakah Bapak ada minuman? Sekarang aku lagi tersesat," tanyaku dengan perasaan tidak enak.
Bapak itu menggeleng, "maaf, Bapak tidak bawa air minum. Kan, sekarang lagi puasa." Dia langsung meninggalkanku begitu saja.
Pandanganku tertuju pada seorang ibu yang sedang duduk di halte bus, aku menghampirinya untuk meminta.
"Permisi, Bu. Maaf mengganggu karena saat ini aku sedang tersesat, apakah Ibu ada minuman?" Tanyaku dengan perasaan yang tidak enak lagi.
"Maaf, Dek. Ibu tidak bawa air." Ibu itu tersenyum dengan tatapan penuh kasihan.
"Oh, terima kasih, ya, Bu." Aku mengucapkan salam sembari pergi.
Ibu itu hanya tersenyum melihatku.
_
Sebentar lagi mau buka puasa, tapi aku masih belum dapat segelas minuman sekalipun. Kusenderkan tubuhku di depan beton pembatas untuk melepas lelah.
Sebentar lagi buka puasa, tapi belum ada air minum sekalipun. Bagaimana ini? Kututup wajahku dengan tangan. Mau nangis rasanya.
"Dek," panggil seseorang.
Ups! Ada seseorang yang memanggilku. Siapakah dia?
_

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 10, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Grudge KillerWhere stories live. Discover now