CHAPTER 3

16 1 0
                                    

Sepertinya memang lebih pantas untuk sekedar mengagumi bukan memiliki
-Ayra Diana

🎗️🎗️🎗️

Ayra baru saja keluar dari toilet dan hendak menuju kelas untuk mengambil bekal makan siangnya. Ia menunduk kebawah melihat tali sepatunya yang terlepas. Namun, perhatiannya tertuju pada secarik amplop berwarna cokelat yang tergeletak begitu saja.

Kepala Ayra menengok ke kiri dan ke kanan, mencari pemilik amplop tersebut. Tetapi percuma, tidak ada seorangpun disini. Ayra kembali menunduk dan mengambil amplop itu. Ia membalikan amplop dan tertera nama seseorang yang membuat jantungnya seketika berdegup kencang.

Bagaimana bisa orang itu meninggalkan amplopnya sembarangan. Rasa penasaran Ayra muncul menyuruhnya untuk membuka amplop. Namun yang Ia lakukan hanya diam dengan pandangan kosong ke arah amplop.

"Boleh gue ambil amplopnya?" Suara seseorang mengejutkan Ayra. Ia mendongak untuk mencari tau siapa pelaku dari suara tadi. Jantung Ayra semakin menggila ketika pandangannya terpaku pada seseorang yang berdiri hadapannya.

Mata Ayra tak sengaja bertubrukan dengan iris mata coklat terang. Mata tajam yang menenangkan dan sekaligus membuat dadanya berdebar. Ah Ayra jadi semakin susah move-on kalo sudah ditatap seperti ini. Ya sosok lelaki itu tak lain dan tak bukan adalah Ardy.

"Lo nggak apa apa kan?" Tanya Ardy karena tak mendapatkan respon atas pertanyaannya tadi. Mata Ayra mengerjap cantik menyadarkannya dari lamunan.

"Hm ng--nggak kok!" Jawab Ayra gugup sambil menggaruk kepala belakangnya yang tak gatal. Pipi Ayra memerah menahan malu, bisa bisanya ia gugup disaat seperti ini!

"Jadi boleh gue ambil amplopnya?"

"Oh ini punya kam-eh maksud gue ini punya lo?" Jawab Ayra kikuk dan sukses menimbulkan kerutan di dahi Ardy semakin kentara.

"Iya! Kok bisa ada di lo?" Tanya Ardy lagi.

"Hm anu tadi gue liat amplop ini jatuh dilantai." Balas Ayra. Tangannya menyodorkan amplop dan diterima langsung oleh sang pemilik.

Ardy mengangguk mengerti. Benar dugaanya amplop ini pasti jatuh disini. Setelah mengucapkan kata terima kasih Ardy pergi meninggalkan Ayra di koridor kelas yang sepi.

Ayra ingin menahannya untuk tidak pergi. Namun yang Ia lakukan hanya diam dan menatap punggung tegap Ardy yang perlahan-lahan menjauh ditelan jarak.

Ia tersenyum getir merasa kasihan pada kisah cintanya. Ayra menekan dadanya kuat menahan rasa sesak yang semakin menjadi dan membuat matanya memanas siap membuat air terjun kecil di kedua pipinya.

Ayra tidak mau menangis. Ia sudah berjanji pada Ruby juga dirinya sendiri. Andai saja Ia mempunyai sedikit keberanian dalam menyikapi perasaannya. Mungkin Ia tak akan jatuh sedalam ini.

🎗️🎗️🎗️

"Lo dari toilet apa ngantri sembako sih. Lama bener!" Protes Ruby ketika mendapati Ayra masuk kelas dengan langkah gontai.

Ayra tak menanggapi Ia langsung duduk dibangku dan mulai membuka bekalnya walaupun nafsu makannya hilang sejak tadi. Ayra harus tetap mengisi perutnya. Agar nanti ketika upacara penutupan MOS Ia tidak akan pingsan.

"Loh kok makan duluan sih! Nyesel deh gue nungguin lo tadi!" Ayra tak menanggapinya lagi Ia terus melahap makanannya.

Ruby yang siap meluncurkan protesannya lagi jadi mendadak diam karena sikap Ayra yang berubah seperti ini. Ia mulai curiga pasti ada sesuatu yang terjadi di toilet tadi.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 16, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ARDYRA [ Ardy  & Ayra ]Where stories live. Discover now