Focal Point

2.7K 236 18
                                    

Pukul setengah 9 pagi.

Ruangan kerja dengan nuansa warna silver abu-abu itu masih tampak sepi. Hanya ada dua orang karyawan yang tengah sibuk memanfaatkan waktu yang ada untuk kesenangannya sendiri.

Selang beberapa menit kemudian seorang karyawan muda dengan setelah kemeja biru langit masuk ke ruangan. Ia menyampirkan blazernya di sandaran kursi. Menyalakan komputer di mejanya, dan membuka ponsel sambil menunggu notifikasi baru di emailnya.

"Park Jisung-ssi?"

Pria muda bernama Park Jisung itu menoleh ke arah orang yang memanggilnya.

"Hari ini kau ada meeting dengan staf bagian produksi, kan?"

Jisung melirik papan board di samping kirinya. Ia mengangguk. "Aku akan menemuinya pukul 10."

"Bagus, aku sudah mengecek summary desainmu. Kau bisa memaparkan pada mereka."

"Terimakasih, sunbae." Jisung menerima map cokelat dari tangan seniornya.

"Oke, semoga berhasil dengan rancangan perdanamu!" Ia berlalu meninggalkan Jisung yang tengah mengamati hasil desain di tangannya.

Jisung membuka rentetan kertas di tangannya. Ini adalah sebuah hal yang Ia impikan bertahun-tahun selama hidupnya.

Mendesain sebuah ruangan.

Tidak ada hal yang lebih membahagiakan dari mendengar bahwa desain kita dipilih oleh klien perusahaan.

Jisung ingat sekali, Ia menghabiskan satu minggu penuh waktunya untuk mempersiapkan rancangannya. Menganalisa obyek dan bangunan di lokasi.

Jisung tersenyum puas. Ia tidak sabar untuk segera bertemu dengan bagian produksi agar desainnya bisa direalisasikan.

Jisung menyesaikan beberapa pekerjaan paginya. Ia menatap jam di pergelangan tangannya. Pukul setengah 10, ia memutuskan untuk segera bersiap menuju meeting room.

Ia membereskan meja kerjanya, membawa setumpuk materi penting untuk agendanya hari ini.

Sesampainya di ruang meeting, Ia mengambil duduk sambil menata bahan presentasinya. Meneguk air mineral untuk merileks-kan diri. Jisung bertanya-tanya siapa tim produksi yang akan bekerja sama dengannya. Ia sudah beberapa kali terlibat dengan anggota produksi, namun biasanya hanya bertemu dengan orang yang itu-itu saja.

Menjelang pukul 10, samar-samar Jisung mendengar suara derap langkah dari luar. Itu menandakan bahwa seseorang akan segera datang bergabung dengannya.

Jisung tersenyum, Ia merapikan kemejanya. Ia bersiap-siap berdiri dan menyapa partner desainnya.

"Selamat pagi, maafkan aku sedikit terlam... bat?"

Deg!
Jantung Jisung berdetak lebih cepat.

Saat ini di depannya seseorang yang pernah Ia kenali di masa lalu datang di depannya.

Jisung meneguk ludahnya. Ia berdehem, berusaha menetralkan suasana. "Oh, hai. Selamat pagi, Chenle."

Chenle.
Namanya Zhong Chenle.
Seseorang yang pernah membuatnya merasa patah hati untuk pertama kalinya di usianya yang masih remaja.

"Hai, Jisung-ah." Chenle menyapa, Ia juga berusaha terlihat tenang. Walaupun ekspresinya begitu canggung.

"Kau sudah lama?"

Jisung menggeleng, Ia mempersilahkan Chenle untuk duduk di kursinya. Berseberangan dengan Jisung.

"Aku dari bagian desain untuk proyek nomor 7." Jisung menjelaskan, ketika Chenle mengamati lembaran kertas di depannya.

Vous avez atteint le dernier des chapitres publiés.

⏰ Dernière mise à jour : Jan 16, 2020 ⏰

Ajoutez cette histoire à votre Bibliothèque pour être informé des nouveaux chapitres !

A Story About Destiny | Jisung ChenleOù les histoires vivent. Découvrez maintenant