2. Meninggalkan Rumah

1.5K 209 43
                                    

Prang.

Malam hari, Jaemin dikejutkan oleh suara benda jatuh di dalam kamarnya. Dengan mata setengah terpejam, Jaemin mencari kira-kira benda apa yang baru saja jatuh.

Dalam keadaan gelap, Jaemin bangkit berdiri. Ditemani cahaya rembulan dari balik jendela kamar, Jaemin berjalan menyusuri kamar. Sesekali mengucek mata, membuat matanya terbuka sempurna untuk beberapa menit ke depan.

Duk.

"Aww!"

Suara ringisan seseorang menyapa gendang telinga Jaemin.

Dahi Jaemin berkerut. Dia baru saja merasa menendang sesuatu lalu suara ringisan itu terdengar.

Siapa itu? Seperti suara perempuan.

Jaemin menyipitkan mata. Tunggu. Kalau itu suara perempuan, berarti ada perempuan masuk ke kamar Jaemin dong?

Apakah ibunya?

"Ahh nggak mungkin eomma. Suara eomma kan udah nggak kayak anak-anak gini." Jaemin menggeleng, tidak setuju dengan pemikiran kalau yang dia tendang tadi adalah ibunya.

Atau jangan-jangan maling?

"Wah, bahaya nih." Jaemin lalu memfokuskan penglihatan ke lantai kamar. Dia bahkan menggerakkan kaki, menginjak lantai dengan keras.

Krek.

"Akhh! Yak! Na Jaemin sialan!"

Mendengar umpatan itu, Jaemin lantas memasang kuda-kuda,  bersiap menyerang orang yang berteriak tadi.

"Kamu maling ya? Ngaku nggak? Atau sasaeng?" Jaemin menunjuk tempat gelap di depannya. Dia belum bisa melihat dengan jelas si objek yang diinjaknya tadi. "Ayo cepet ngaku!"

"Na Jaemin gila! Ini aku Tintin." Tintin di dalam kegelapan menjetikan jari, membuat suasana kamar Jaemin yang tadinya gelap berubah jadi terang.

"Woah! Gila! Keren! Woah!" Jaemin terkagum-kagum ketika lampu di kamarnya menyala sendiri tanpa harus menekan stopkontak lampu.

Jaemin masih terlalu kagum dengan tindakan Tintin sampai tidak menyadari kalau Tintin kini sedang berubah menjadi seorang gadis cantik.

"Hei peri sia-" Ucapan Jaemin menggantung ketika dia mendapati gadis asing di depannya.

Mata Jaemin melotot. Mulutnya terbuka lebar. "EOMMA! ADA PENYUSUP DI KAMARKU! HUAAA TOLONGIN NANA!" Jaemin panik bukan main. Dia reflek loncat ke atas kasur. Kedua tangannya menyilang di depan dada, melindungi diri sendiri.

Tintin yang dikira penyusup oleh tuannya hanya bisa mendengus kesal. Hah, kenapa dia harus punya tuan bodoh seperti Na Jaemin. Tugasnya menjadi peri pembuka gerbang dunia paralel akan lebih sulit kalau begini.

"Heh, Na Jaemin sinting." Tintin bersedekap, melangkah maju mendekati Jaemin.

Jaemin mengulurkan tangan ke depan, menyuruh Tintin berhenti. "Berhenti atau aku telepon polisi?" Jaemin meraba meja di samping tempat tidur. Mencari benda persegi pintar untuk menghubungi pihak berwajib.

"Ck. Aku bukan orang jahat, Jaemin."

Jaemin menggeleng. "Siapa yang bisa menjamin kamu bukan orang jahat hah? Kamu pasti sasaeng kan? Masuk dari mana kamu? Kenapa bisa ada di kamarku?"

Mata Jaemin berpendar ke sekeliling kamar, mendapati satu benda jatuh di lantai. "Nah, itu apa? Kenapa kamu menjatuhkan bingkai foto itu? Kamu mau nyuri ya? Dasar sasaeng gila! Pergi kamu!"

Tintin menggelengkan kepala. Tingkah bodoh Jaemin membuatnya sangat malu. Apa kata dunia perperian nanti kalau Tintin diminta bercerita bagaimana sikap tuanya.

The Tale Of Jaemin Where stories live. Discover now