Tahun Baru

53 5 6
                                    

Cerita ini merupakan khayalan dan fiktif belaka yang sekedar hanya untuk menghibur para pembaca. Maaf apabila ada kesamaan tempat, latar, alur, penokohan, tema, amanat maupun pesan moral karena itu semua disengaja demi kelucuan bersama ;)

Judul : Tahun Baru
Genre : fantasi komedi
Telah lulus sensor : 16/01/20

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Selamat tahun baru semuanya!!!" Ucapku kepada teman-teman ku. Yah teman. Teman khayalan.

Apakah kalian mau menjadi temanku dan merayakan akhir tahun bersamaku ? Tidak perlu dijawab, aku sudah tahu jawabannya.

See, bahkan di akhir tahun pun tidak ada yang mau merayakannya bersamaku. Bahkan kedua orang tua ku. Mereka bilang mereka takut akhir tahun mereka menjadi tidak meriah. Jadi aku selalu merayakannya sendiri.

Sekarang baru jam 11 malam. Sudah ada beberapa orang yang mulai bermain kembang api. Dan di akhir tahun ini aku merayakannya di atas jembatan. Jemabatan ancol. Diatas sini aku bisa melihat pemandangan ibu kota dengan tidak jelas. Tentu saja yang kulihat hanya air. Setidaknya aku bisa menyendiri disini. Eh tunggu, ada yang datang.

"Bagaimana ini ? Tahun baru tidak meriah kalau tidak bakar daging". Aku mendengar ucapan salah seorang dari dua orang yang datang. Dari suaranya dia mungkin laki-laki.

"Ya mau bagaimana lagi. Kalau kau memang sangat mau bakar daging kau bisa cari ikan". Jawab orang yang satunya lagi dengan suara laki-laki juga.

"Dimana ?"

"Di got! Ya di laut lah".

"Eh eh, sepertinya kita tidak perlu menangkap ikan malam-malam begini. Lihat itu ada babi. Kita bakar babi saja". Bulu kudukku merinding ketika salah seorang dari mereka mengatakan "babi". Jangan-jangan yang mereka maksud babi adalah aku ? Aku mau dibakar ?

Aku langsung lari sekuat tenaga. Tapi percuma, meraka berhasil menangkapku. Sebelum aku berhasil berteriak mereka sudah menutup mulutku dengan rambut ? Ini wig. Ternyata mereka bukan laki-laki tapi perempuan, eh laki-laki yang menyerupai perempuan, eh banci.

Aku terus meronta-ronta sambil berusaha menyelamatkan diri. Tapi hasilnya nihil. Walau mereka banci tetapi diri mereka yang sesungguhnya adalah laki-laki, dan tidak sebanding dengan ku yang hanyalah gadis kecil imut-imut.

"Berhenti klean!" Teriak orang lain lagi. Suaranya sih seperti laki-laki.

Dalam sekejap aku terlepas dari para banci itu lalu tanganku ditarik oleh seseorang yang menyelamatkanku dan aku dibawa masuk ke dalam lubang kecil di bawah rumah. Disini cahayanya remang-remang. Hanya ada satu lilin kecil yang membantu netra untuk melihat dengan jelas. Dan ketika aku melihat orang yang menyelamatkanku tadi ternyata dia bukan laki-laki. Dia...

"Monyeeeeettt..." Aku terkedjoet melihat monyet yang bertubuh seperti manusia.

"Babiiiiii...." Dia teriak dan mengataiku (?)

"Heh, aku bukan babi tau. Aku ini manusia". Ucapku membela diri. Enak saja dia mengataiku babi. Walaupun aku ini seorang babi.

"Lalu mengapa mukamu seperti babi ?"

"Kau dirumah tidak punya kaca ya ? Muka mu sendiri seperti monyet."

"Sebenarnya aku ini terkena kutukan. Katanya waktu ibuku hamil, dia makan ikan, makanya tubuhku dipenuhi bulu". Curhat mas ?

"Bukannya kalo makan ikan harusnya bersisik ?"

"Entahlah, aku juga tau nya dari nenekku."

"Kenapa tidak langsung tanya pada orang tua mu ? Mungkin kau sama seperti ku yang merupakan pemberian langsung dari dewa."

"Orang tua ku sudah tidak ada." Ucapnya dengan raut muka sedih

"Oh maaf."

"Tidak apa-apa. Itu sudah lama kok." Balasnya dengan sedikit tersenyum. "Apa kau tadi bilang kau adalah pemberian dewa ?"

"Iya. Aku tidak lahir dari rahim seorang ibu". Jelasku padanya.

"Kok bisa ?"

"Ceritanya panjang."

"Pendekkan."

"Jadi ceritanya dulu orang tua ku sudah menikah lama tetapi belum dikaruniai anak. Makanya mereka berdoa kepada dewa. Dan dewa langsung memberikan aku sebagai anak mereka. Makanya wujudku tidak seperti manusia normal."

"Dewa ?"

"Iya dewa. Dewa minion."

"Oh."

Keheningan terjadi cukup lama sampai aku kembali bersuara.

"Btw, makasih tadi sudah menolongku. Dan maaf sudah mengejekmu monyet."

"Iya tak apa. Aku juga minta maaf sudah mengejekmu babi. Apa kau mau menjadi teman ku ?"

"Teman ?" Tanyaku memastikan kalau dia memang benar mengajakku berteman

"Iya teman. Kau tau teman kan ?" Dia memastikan apa aku tahu arti teman.

"Tentu saja aku tau dan aku mau. Aku belum pernah punya teman sebelumnya." Aku berjingkrak senang. Akhirnya setelah sekian lama aku hidup di muka bumi ini aku memiliki teman.

"Benarkah ? Aku juga tidak punya teman selama ini karena mereka takut melihat wujudku." Dia tak kalah senangnya mendengar jawabanku.

Ledakkan kembang api di langit mengingatkan kami kalau hari ini sudah berganti tahun. Kami pun berlari keluar untuk melihat kembang api yang meledak di langit dengan cantiknya.

Hari ini merupakan hari terbaik yang pernah kualami dihidupku dan akan selalu aku ingat sebagai hari yang bersejarah bagiku. Menjemput rejeki di awal tahun.

Tahun baru teman baru. Yeay!





































































Ngomong - ngomong namanya siapa ?

~Tahun Baru tomat~

Salimi's LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang