BAB 1- PROMISE

20.9K 1.4K 308
                                    

Lan Wangji duduk termenung didepan meja dengan tehnya yang dingin, serta guqin bernama sama dengan pemiliknya.

Matanya terpaku kepada senar guqin seputih gading itu. Sedetik, dua detik. Hingga berpuluh-puluh menit pemuda itu habiskan untuk menunggu. Menunggu tanpa jawaban. Ia hanya berharap, suatu hari dapat menemukan secercah harapan. Yaitu menemukan Weiying-nya.

Hah?
Itu tidak pantas.
Dia bahkan belum pernah mengakui cintanya kepada pria manis itu. Bagaimana bisa mengakui bahwa pria itu miliknya? Hanya miliknya. Terdengar egois.

Seumur hidup, pria ini menghabiskan waktu dengan berkutat seharian di Gusu, menaati peraturan, belajar dengan giat, dan menghukum mereka yang tidak taat. Tidak pernah sekalipun dia berpikir untuk melakukan sesuatu bagi dirinya sendiri. Terdengar menyedihkan. Kalau begitu, apa bedanya dia dengan mayat hidup yang dikendalikan Yiling Laozu terkenal itu? Bahkan, jenderal hantu, salah satu mayat ganas milik Yiling Laozu, mampu menentukan apa yang dia lakukan, diluar perintah tuannya. Apakah seorang Hanguang-jun kalah dengan jenderal hantu?

Tidak masuk akal. Tetapi itu nyata. Dia kalah. Dia tidak pernah lebih kuat dari jenderal hantu ciptaan orang yang ia kasihi itu.

Jenderal hantu, atau yang Wei Wuxian sebut dengan Wenning, adalah satu-satunya makhluk yang mampu mengalahkan Lan Wangji di berbagai bidang.

Wangji kalah dengannya. Ia mengaku kalah telak.
Wenning mampu menemani Wei Wuxian kemanapun, dan dia tidak.
Wenning mampu menaati apapun yang Wei Wuxian mau, dan dia tidak.
Wenning mampu menyerang orang-orang yang menyakiti Wei Wuxian, dan apa yang Lan Wangji lakukan? Dia berpihak pada orang lain. Bukan Wei Wuxiannya.
Wenning mampu tersenyum ketika Wei Wuxian memberinya sesuatu dan menemani Wei Wuxian ketika bercanda, dan sekali lagi, apa yang Lan Wangji lakukan? Dia hanya diam.  Wajahnya tidak dapat berkespresi dengan baik. Kata-kata yang dia keluarkan hanya 'membosankan', 'tidak tahu malu', 'memalukan', dan kata-kata lain yang mampu menyakiti hati pendengarnya.

Satu lagi.
Wenning rela mati bagi Wei Wuxian. Wei Wuxian mati, dengan Wenning yang sudah mendahuluinya, menggantikan Wei Wuxian dahulu, melindunginya lebih dahulu.
Sedangkan Lan Wangji?
Hah! Hanya tiga ratus cambuk kedisplinan. Itupun tidak membantu Wei Wuxian apapun.

Dan untuk kesekian kalinya, Lan Wangji merutuk dirinya sendiri. Ketidakmampuan dirinya sendiri. Dirinya sendiri yang begitu bodoh. Begitu bebal. Begitu tidak tahu diuntung.

Wangji kembali berpikir, apakah Wei Wuxian pergi meninggalkannya karena dia tidak ingin membalas senyum Yiling Laozu yang indah itu? Apakah Wei Wuxian pergi meninggalkannya karena membencinya? Dan Lan Wangji kembali larut dalam kesedihannya.

Dan untuk apa dia hidup sekarang? Katanya cinta. Cinta mati dengan pria berkultivasi iblis itu. Katanya dia mampu melakukan apapun. Kalau begitu, kenapa dia masih hidup? Kenapa tidak menyusul cintanya saja? Hanya mengorbankan punggungnya untuk dicambuk dan dadanya yang distempel api itu. Dia tidak bisa membuat Wei Wuxiannya senang sekalipun. Bodoh.

Sudah jam sebelas malam, dan Lan Wangji masih larut dalam kesedihan mendalam pemikiran gilanya untuk menyusul orang tercintanya pergi dari dunia ini. Sayang sekali, dia tidak bisa pergi menemani Wei Wuxian menyebrangi sungai kematian. Tanggung jawabnya masih banyak di dunia ini.

Lupakan tentang tanggung jawab yang tak sengaja disinggung. Dia bertekad.
Jika Wei Wuxian kembali.
Jika Wei Wuxian menjawab panggilannya.
Dia akan menyerahkan seluruh yang dia punya ke pria manis itu.
Apapun. Tanpa terkecuali.
Lupakan tentang Gusu dan tiga ribu peraturan lebih, dan hal-hal lainnya.
Apapun yang pria manis itu inginkan,  maka akan dia lakukan.
Bukankah Wei Wuxian senang dengan boneka ciptaannya sendiri?

Maka, Wangji akan menciptakan sebuah boneka.
Boneka yang akan menuruti apapun yang Wei Wuxian mau.
Boneka yang hidup untuk Wei Wuxian.
Boneka yang tidak akan memberontak kepada Wei Wuxian.
Sebuah boneka. Bukan mayat hidup.
Boneka tanpa celah.
Boneka yang tidak akan menyelakai Wei Wuxian.
Yaitu, dirinya sendiri. Seorang Lan Wangji, Hanguang-jun, Lan-er gongzi, atau apapun sebutannya, hanyalah sebuah boneka, merelakan dirinya dipermainkan.

Dia berjanji hal itu. Dan dia tidak akan mengingkari janjinya. Asalkan Wei Wuxian kembali menemuinya. Dia akan melakukan apapun. Apapun yang pria itu inginkan.

Malam ini, mari biarkan seorang Lan Wangji tidur larut dan melarang peraturan Gusu untuk kesekian kalinya.

●●●●

"Paman, Xiongzhang."
Lan Wangji membungkuk hormat, memberi salam kepada kedua orang didepannya.

"Wangji, kau sedikit terlambat." ujar Lan Qiren

Lan Xichen terkekeh, "Wangji, silahkan duduk."

Sedangkan Lan Wangji? Dia kembali termenung. Kenapa dirinya tidak bisa tersenyun seperti kakaknya? Kenapa dirinya harus sebegini membosankan? Jika saja dia bisa tersenyum, untuk sekali saja, dia akan tersenyum untuk Wei Wuxian, membalas candaannya dengan ramah.

"Wangji?"

"Ya, xiongzhang."
Lan Wangji kembali tersadar, kemudian duduk didepan kakaknya.

"Sudah dua tahun kau mengurung diri. Bagaimana kalau kita sedikit menghiburkan diri kita?" Lan Xichen membuka pembicaraan.

Lan Xichen kembali berbicara, "Kabarnya, banyak penduduk yang meninggal di daerah Heshi. Bagaimana kalah kita turun memeriksa permasalahan tersebut?"

Wangji mengangguk pelan, menyetujui perkataan Lan Xichen.

Heshi adalah salah satu daerah Gusu dengan banyak hutan. Dan buah pipa terkenal paling enak berasal dari sana. Lan Wangji kembali merenung, apakah Wei Wuxian masih menyukai buah pipa yang manis itu? Jika iya, maka dia akan membelinya untuk Wei Wuxian. Sekeranjang tidak cukup. Perlukah dia memberi dua keranjang? Pasti Wei Wuxian akan sangat senang.

Melihat ekspresi wajah Lan Wangji-yang sebenarnya tidak menunjukkan ekspresi apapun selain berwajah datar khas andalannya-- Lan Xichen tersenyum, "Bawalah beberapa oleh-oleh jika akan pulang. Kabarnya, buah pipa disana sangat enak."

Lan Wangji kembali mengangguk. "Saya akan mempersiapkan diri."

"Wangji."
Sebelum Wangji menyatakan undur diri, Lan Xichen, ketua sekte sekaligus merangkap cenayang muda milik keluarga Lan yang bisa membaca segala isi hati adiknya seperti membaca teks book, memberhentikan adiknya.

Lan Wangji hanya menatap, tanpa membalas.

"Perlukah xiongzhang ikut?"
Oh, itu bukan pertanyaan si ketua sekte murah hati, tetapi pertanyaan kakak laki-laki yang khawatir tentang keadaan adik bungsunya.

Bayangkan saja, Lan Wangji semenjak ditinggal begitu saja oleh Wei Wuxian semakin menjadi! Dahulu dia bertingkah seperti es batu, sekarang dia bertingkah seperti mayat gila, apa yang akan terjadi di kemudian hari? Menjadikannya seperti batu besar yang tak berkutik sama sekali? Oh, Lan Xichen masih menyayangi adik kecilnya. Mana mungkin dia tega meninggalkan adiknya yang malang ini memeriksa sendirian? Bagaimana kalau ada orang yang memelet Wangji di tengah jalan? Atau ada orang yang sengaja mengerjai adiknya dengan mengatasnamakan Wei Wuxian? Gusu tidak punya dukun. Lan Xichen tidak mau mengambil resiko.

Lan Wangji diam tidak menjawab, membuat Lan Xichen tersenyum dan menjentikkan jari ala-ala penyelidik terkenal.
"Biarkan Xiongzhang ikut denganmu!"

Lan Wangji kembali tidak menjawab, "Saya akan undur diri. Silahkan paman dan xiongzhang beristirahat."

Setidaknya, Lan Xichen tidak ditolak.
"Ah, adik manisku semakin dingin. Dan aku sepeti gurun yang panas. Kami berdua memang kakak beradik yang sangat cocok."
Permisi, tuan Lan Xichen yang terhormat, pemikiran macam apa itu?

Aku belum berdialog sedikitpun! Kalian semua mengabaikanku?! - Lan Qiren


SWEET BLOOD [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang