BERAWAL DARI JAKET

11 4 0
                                    

    Vio mengganti baju ketat itu dengan seragamnya. Ia sudah tak tahan di permalukan untuk yang keduakalinya oleh orang yang sama. Vio keluar dari ruang ganti dengan air mata yang mengalir. Anggota kelas 10 di dekatnya memeluk Vio erat.

"Kak kita takut." kata siswi itu.

   Vio tidak menjawab perkataan siswi itu. Ia sendiri pun bingung harus gimana. Salah satu anggota mengusulkan agar mereka membuat surat pengunduran diri dari eskul laknat itu.

"Iya kak. Daripada kakak diginiin terus sama kak Angel gimana? Mending kita keluar aja" kata Salah satu siswi.

"Gini yah. Sekarang kalian kumpulin kostum itu. Kresekin terus buang. Yah" titah Indira pada anggota kelas 10.

"Kalo Vio biar kita berdua yang ngurus. Kalian kembali ke kelas aja yah." ujar Alfi.

    Di depan pintu ruang ganti itu tinggal bersisa mereka bertiga. Vio tidak bisa menahan bendungan lagi. Ia memeluk Indira dan menangis. Indira mengusap halus puncak kepala Vio. Alfi berusaha menenangkannya.

"Aku minta ma...maaf..hiks. Harusnya aku gak setuju tadi...hiks..hiks.." ucap Vio sambil nangis tersedu.

"Udahlah, Vi. Gak usah di fikirin. Yang penting sekarang kita fikirin buat keluar dari eskul itu." kata Alfi.

"Tadi.. Untung aja kak Daniel, kak Vero dan kak Zidane dateng tepat waktu. Dan pake in kamu jaket. Kamu harus bersyukur dong, Vi. Masih ada yang ngelindungin kamu." kata Indira.

   Vio masih menangis di pundak Indira. Entah apa yang ada di fikiran nya sekarang. Diantara pegi sejauh-jauhnya atau mengakhiri hidupnya. Baru saja 2 minggu ia dapat betah bersekolah di sekolah ini. Ini belum satu smester ia hadapi. Kacau, fikiran Vio kacau sekarang.

"Vio!" sahut Daniel yang datang dengan nafas terengah-engah di ikuti Vero dan Zidane.

"Dia nangis?" tanya Daniel pelan pada Alfi.
Alfi mengangguk meng-iya kan.

   Daniel menarik tangan Vio agar mendekat padanya. Indira menggeser ke samping Alfi.

"Vi. Gua... Minta maaf atas kejadian ini" ucap Daniel pelan.

"Hiks.. Kenapa kakak yang minta maaf? Kakak tuh gak salah! Saya yang salah! Saya yang setuju kalo kak Angel jadi ketuanya..." kata Vio sambil menangis.

   Vero yang ada di sebelah kanan nya Daniel terlihat resah. Jujur saja, ia tidak kuat melihat wanita yang menangis karena di sakiti. Intinya, Vero tak sanggup melihat wanita menangis. Ia pun memilih menyender di tiang dekat Indira.

"Gua udah bilang dari awal. Lebih baik lo keluar dari eskul dance, lo bakalan nyesel. Dan sekarang lo nyesel kan? Vi, lo itu terlalu baik. Lo harus bisa memilih Vi. Kasian temen-temen lo." kata Daniel sambil menggenggam kedua tangan Vio.

   Zidane dibuat aneh dengan perlakuan Daniel pada Vio. Se berubah itukah Daniel? Sifat nya yang keras dan cuek hampir tidak terlihat lagi pada dirinya jika dia dekat Vio.

"Le..lepasin tangan saya kak." pinta Vio.

   Daniel melotot dan melepaskan tangan Vio.
"Daritadi.. Gua megang tangan Vio? Sialan! Gua tuh sebenernya kenapa sih? Setiap deket sama dia, gua selalu gak bisa cuek kayak ke cewek lain." oceh nya dalam hati.

   Vio menghapus air matanya. Menghela nafas panjang. Alfi dan Indira mendekati Vio. Vero kembali diam di samping Daniel.

"Sekarang. Kalian jangan jauh dari kita." kata Vero menunjuk ke-tiga wanita di hadapannya.

"Loh? Kenapa?" tanya Alfi yang kebingungan.

"Setelah apa yang terjadi. Gua mutusin buat kalian bertiga jadi bagian dari kita." jelas Daniel cuek.

Symphony 🎶حيث تعيش القصص. اكتشف الآن