Senyumannya

14 4 1
                                    

   2 hari kemudian. Vio berlari cepat, menyalip orang-orang yang menghalangi jalannya menuju kelas. Berulang kali ia melihat jam tangannya. Jantung yang berdebar, raut wajah yang khawatir, keringat yang bercucuran, nafas yang terengah-engah, tetapi tidak menghentikan langkahnya.
   Saat berada di depan pintu kelasnya, Hening. Hanya ada satu suara yang ia kenal. Suara sang pengajar Seni Budaya. Sering di panggil dengan sebutan Pak Sastro. Rasa takut menghantui Vio. Ia menghela nafas berat sambil membuka pintu perlahan.

"Permisi, pak ! Maaf saya telat" kata Vio sambil menunduk.

"Ya ampun! Ini sudah lewat lima belas menit loh! Kenapa kamu telat?" tanya Pak Sastro.

"S..sa..saya... Ini pak. Jam tangan saya mati tadi pagi, saya kira masih jam stengah tujuh pak. Pas saya lihat di hp sudah jam tujuh." jawab Vio berbohong.

"Oke! Bapak maafkan. Tapi maaf, hukum tetap berjalan. Kamu rangkum halaman duapuluh delapan sampai halaman lima puluh enam. Kerjakan di perpus! Kumpulkan hari ini." titah pak Sastro.

"Baik, pak. Saya permisi" pamit Vio meninggalkan ruang kelas.

    Vio hanya bisa cemberut sepanjang koridor. Sesampainya di perpustakaan, Vio mengeluarkan buku dan alat tulisnya.

"Tunggu! Apa? Satu bab? Yaampuun... " keluhnya.

"Fuuhhh....Oke! Aku bisa."

   Vio mulai mengerjakannya. Untung saja Pak Sastro menyuruhnya untuk merangkum, bukan menulis semua. Dengan tenang dan serius dalam 1 jam Vio dapat merangkum 1 setengah nya.

"Empat lembar lagi. Bentar-bentar.. Tangan ku kesemutan lagi.." katanya pelan.

"perasaan waktu pertama kali ngebersihin ruangan itu gak capek. Kenapa sekarang capek yah? apa aku terlalu semangat? Sampe lupa waktu lagi." katanya lagi sambil menepuk pelan jidat nya.

"Heh! Lo ngapain di bangku ini lagi?" timpal seseorang di belakangnya yang membuat jantung Vio hampir copot.

Vio melihat ke belakangnya.
"Eh, maaf kak. Saya lupa" ucap Vio yang terburu-buru membereskan buku dan alat tulisnya. Ia pun pergi ke bangku di dekat rak buku belakang.

"Aduuhh. Kenapa kak Daniel  ada disini sih? Haduhhh.. Apa dia denger perkataan aku tadi?" tanya Vio cemas dalam hatinya.

   Vio melanjutkan menulis tugasnya. Dengan terburu-buru dan resah, takut dengan adanya Daniel disitu. Vio merasa bahwa Daniel memperhatikannya.

"Lo ngapain disini?" tanya Daniel yang ternyata menghampiri Vio dan duduk di bangku itu tepat di depan Vio.
"Ini kan jam pelajaran" tanya Daniel lagi.

"Saya ngerjain tugas kak. Tadi saya telat masuk kelas." jelas Vio tanpa melihat ke arah Daniel di depannya.

"Hh.. Gua kira lo bolos." ejek Daniel tertawa kecut.

"Kakak sendiri ngapain disini?"

"Gua? Cari buku baru, tapi kebanyakan tentang novel."

"Aku gak nanya itu kak. Maksudku, kakak ngapain duduk di depan aku? Kan kakak punya bangku sendiri"

  Daniel terdiam membisu. Benar juga, mau apa dia menghampiri Vio? Tidak seperti Daniel yang biasanya.

"Gua takut lo kesurupan"

"Hah? Kenapa?"

"Lo tuh cewek! Sendirian di pojokan sepi kek gini. Gak usah disini napa,"

"Kalo saya gak boleh disini, kenapa kakak yang nyamperin saya kesini?"

"E...eu.."

"Udah yah kak. Tugas saya udah selesai. Saya permisi" pamit Vio dan meninggalkan Daniel sendirian di perpus.

Symphony 🎶Where stories live. Discover now