"Kenapa? Kau malu aku melihat tubuhmu? Aku sudah melihat semuanya Amour." Pipi Rora memerah, mengingat apa yang dilakukan Devan semalam. Ia menutupi wajahnya dengan selimut.

"Oke baiklah. Aku duluan." Sebelum beranjak pergi Devan mencium punuk kepala Rora yang tidak tertutupi oleh selimut.

Setelah kepargian Devan, Rora membalikkan badannya menghadap ke puntu kamar mandi. "Mau mandi bersama Amour?" ucap Devan dengan memunculkan kepalanya di pintu.

"Devan!!!" teriak Rora merasa kesal. Devan yang mendengarnya langsung menutup pintu dan tertawa di dalam sana.

Selesai membersihkan diri, Devan dan Rora segera turun ke bawah untuk sarapan.

Tanpa bersuara Devan dan Rora langsung duduk di kursi mereka karna yang lain sudah terlebih dulu sarapan.

"Tumben jam segini baru bangun?" ucap Clara berbasa basi melihat putra dan menantunya mulai mengambil suapan pertama.

"Bergadang yha kak?" sahut Derin dengan seringai nakal di wajahnya yang langsung di balas tatapan tajam oleh sang kakak.

*****

Hari demi hari berlalu. Bulan demi bulan berganti. Sudah dua bulan sejak pernikahan Devan dan Rora tak ada masalah besar yang terjadi. Semua berjalan seperti angin lalu. Meninggalkan bekas manis di dalamnya.

Bau harum bunga menyeruak indra penciuman. Kupu-kupu sibuk bekerja mencari nektar. Desiran angin membuat anak-anak rambut berterbangan.

Disinilah Rora sekarang. Duduk di kursi kayu, di tengah taman belakang pack hous seorang diri. Mau bagai mana lagi, Devan akhir-akhir ini sangat sibuk dengan urusannya.

"Rora!" Merasa terpanggil Rora menoleh ke balakang, terlihat Nesya yang berjalan menghampirinya.

"Kau pasti senang mendengar kabar ini," ucap Nesya tak dapat menahan kesenangannya.

"Memangnya ada apa?" Rora menarik tangan Nesya untuk duduk di sebelahnya.

"Alpha, Efan, dan yang lainnya akan pulang sore nanti." Senyum Rora mengembang mendengar berita yang di berikan oleh kakak iparnya itu.

Beberapa hari yang lalu Devan pergi. Ia berpamit untuk menggurus masalah pack. Yha itu yang dikatakan Devan kala itu kepada Matenya.

Sembari menanti Devan datang, Rora berniat untuk membuat makanan kesukaan Devan dengan tangannya sendiri. Setelah berdebat dengan beberapa maid Rora akhirnya dapat memegang kompor dan alat masak lainnya tanpa ada gangguan.

Akhirnya selesai juga. Dengan di bantu beberapa maid Rora segera menata masakan-masakan yang ia masak di meja makan dan sekarang tinggal menunggu Devan.

"Permisi Luna." Salah seorang Maid mengagetkan Rora yang baru saja turun setelah memberishkan dirinya.

"Ada apa?" balas Rora kepada Maid itu.

"Alpha sudah datang," ucapan itu membuat senyum Rora lagi-lagi mengembang.

"Baiklah," Tanpa menunggu lama Rora menuju pintu utama pack hous.

Langkah Rora terhenti kala melihat apa yang ia lihat di depan sana. Tangan Devan yang dirangkul oleh seorang perempuan. Itu lah yang Rora lihat saat ini.

"Rora, siapa jalang yang berani mendekati mate kita?" Melihat itu Verlitiya yang berada di dalam sana membuka suara.

"Aku juga tidak tau Lit. Mungkin saja dia salah satu sepupu Devan," ucap Rora berusaha berpikir positif.

"Jika sepupunya, tidak mungkin sampai meraparkan tubuhnya seperti itu kepada Mate kita," balas Verlitiya memberi alasan logis.

"Sudahlah, aku akan bertanya kepada Devan nanti." Selesai memberi balasan, Rora melanjutkan langkah kakinya.

"Kau sudah pulang," ucap Rora tepat di hadapan Devan. Devan hanya menatap Rora dan memberikan senuman tipis memberi jawaban.

Pandangan Rora sekarang tertuju pada wanita cantik yang sedang merangkul lengan suaminya itu.

Merasa ditatap wanita itupun membuka suara. "Kau pasti Rora, Matenya Devan." Ia mengulurkan tangannya. "Perkenalkan, namaku Jessy Angela Martha, pacar Devan."

.

.

.

.

.

.

.

______________________________________

Maap, partnya pendek (banget 🙄).... 😅😅😅
Semoga part selanjutnya bisa lebih panjang.
Sekarang aku usahain buat update minimal seminggu sekali.

Jangan lupa vote dan komennya.
Terima kasih.
❤❤❤❤❤

My Perfect Luna (COMPLETE)  Where stories live. Discover now