[ 06 ] Cold

3.1K 495 61
                                    

Cuaca.

Tidak ada yang bisa menebak apa yang terjadi besok. Bahkan prakiraan cuaca juga tidak bisa, buktinya saja mereka sering keliru dengan cuaca besok hari. Prakiraan cuaca tak sepenuhnya mutlak. Bisa saja pagi yang mendung dan berangin didatangkan dengan siang yang mendadak panas terik. Atau bisa sebaliknya.

Sudah 3 hari ini cuaca tidak menentu di daerah Kanto , membuat beberapa orang lebih rentan terkena flu.

Termasuk [Name].

Gadis itu pergi ke cafe dari sekolah tanpa payung. Dan kejadian yang terjadi 3x berturut-turut itu menyebabkan [Name] terlihat pucat hari ini.

"Kau baik-baik saja? Kalau kau lemas tidak usah bekerja dulu." Tegur Arisu melihat [Name] yang langsung duduk di pos nya setelah mengantar pesanan pelanggan.

"Aku baik-baik saja kok. Hanya pusing sedikit." Jawab [Name], gadis itu memegang pelipisnya sejenak.

'Rasanya panas. Apa aku demam?' batin nya. Namun menepis pemikiran tersebut dan kembali berdiri didepan pintu, menunggu pelanggan berikutnya datang.

Memaksakan diri? Tentu saja. Tapi ini semua demi membentuk pribadi yang mandiri.

TING!

"Selamat datang di Cafe HQ. Kursi unt-"

"[Last name]?"

[Name] langsung mendongak dari bungkuknya. Seorang pelanggan setia berdiri disana, menatapnya serius dengan sirat khawatir.

"A-Akaashi ..-kun? Seperti biasa?" tanya [Name] lembut, mencoba untuk tetap terlihat normal didepan Akaashi. 

"Iya."

[Name] mengerti dan langsung berjalan menuju meja yang biasa Akaashi mau. Namun, pria dengan rambut acak-acakan itu dicegat oleh Arisu untuk beberapa saat.

"Hei, sepertinya [Name] sedang sakit. Tolong jangan memerintahnya terlalu banyak. Kalau perlu sesuatu , panggil saja aku atau pelayan lain. Oke?"

Akaashi sedikit terbelalak. Dugaannya benar, gadis itu sakit. Dapat terlihat jelas dari raut wajah dan cara dia bergerak. Sedikit lunglai dan lesu seperti orang yang tidak bertenaga.

"Aku mengerti, lagipula aku sudah bilang akan menjaganya." jawab Akaashi, kemudian pria itu berjalan menuju [Name] yang sudah berada didepan meja pesanannya. Kemudian pria itu duduk di kursinya.

"Hari ini.. Akaashi-kun ingin pesan apa?" Tanya [Name] pelan. Suaranya bahkan hampir tak kedengaran, namun Akaashi masih bisa mendengarnya.

"Aku ingin teh hangat dan muffin vanilla biasa. Kurasa itu saja." jawab Akaashi cepat. Ia tidak mau [Name] berdiri lama-lama hanya karena menunggu pesanannya.

"Ah, baiklah. Itu saja?" Akaashi mengangguk. "Baik, silahkan tunggu sebentar. Kalau perlu sesuatu, Akaashi-kun bisa panggil aku, permisi." Lalu gadis itu kembali ke meja pemesanan lalu duduk di pos nya sambil menunduk, seperti menahan rasa sakit.

'Mana mungkin aku melakukan hal itu..' batin Akaashi.

Pria itu memandang langit. Cuaca yang beberapa jam lalu terlihat mendung dan gelap, entah kenapa bisa mendadak terang dan terik. Kenapa iklim Tokyo bulan ini begitu kejam membuat masyarakat seperti [Name] harus sakit dijadwal pekerjaannya yang berat? Iris hitam milik Akaashi kembali menatap [Name] yang berusaha sigap biarpun kondisi tubuhnya tidak fit. Gadis cantik itu tetap tersenyum dan berbicara dengan suara selembut dan senormal mungkin. Salah satu tipe yang tidak ingin membuat orang disekitarnya khawatir, membuat Akaashi semakin yakin dengan perasaannya terhadap [Full Name].

Namun masih terlalu tsundere untuk mengakuinya. 

"Ini pesananmu , Akaashi-kun.. " [Name] kembali dengan senampan teh hangat beraroma melati dan dua buah muffin vanilla dengan taburan coklat chips diatasnya. Akaashi mengangguk.

cafetaria; akaashi keijiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang