"Oh aku mencari suamiku,aku kesal iapergi tanpa mengatakan apapun padaku. Bibi jika ada diposisiku akan kesal bukan?"

"Tentu saja aku marah, seharusnya suami itu izin dulu jika ingin pergi, lagipula siapa yang mendoakan mereka dari rumah dan siapa yang menyambut mereka saat mereka pulang?" Pria hamil ini mengangguk semangat mendengar rentetan kalimat penyemangat yang dikeluarkan wanita paruh baya dihapannya ini. Ah ia jadi teringat akan ibu mertuanya yang selalu membela dirinya.

"Benar itu bibi, aku setuju sekali.. makanya aku harus menemui pria itu sekarang juga"

"Ya temuilah, jangan beri ampun jika ia melawan. Semangat!" wanita paruh baya itu mengepalkan tangannya memberi semangat pria hamil dihadapannya. Astaga tidak sadarkah wanita itu bahwa suaminya sedang berjuang melawan maut di dalam sana?

TOK

TOK

TOK

"P'Pha ini aku Wayo!" pria mungil itu menggedor-gedor sedikit kuat, ia menoleh pada wanita paruh baya sang penyemangat dan membalas tersenyum saat wanita paruh baya itu kembali tersenyum penuh semangat. Ah Wayo benar-benar merindukan mertuanya, ia berjanji nanti setelah urusannya selesai ia akan menemui mertuanya itu.

CKLEK~

Seorang perawat membuka pintu yang sejak tadi tertutup dengan pandangan bingung melihat menantu dari pemilik rumah sakit menggedor pintu ruang operasi.

"Oh Tuan Wayo, ada ap--"

"P'Pha dimana?" tanpa menunggu ucapan suster itu Wayo sudah memotong terlebih dulu.

"Oh anu dokter Phana sedang melakukan operasi di dalam" Tanpa membalas ucapan sang perawat ia langsung memaksa tubuh mungilnya masuk ke dalam. Sang perawat yang bingung hanya menggaruk tengkuknya bingung,ia merasa bimbang, jika ia mengusir pria hamil itu, jelas ia akan langsung didepak dari Rumah Sakit ini, namun jika ia biarkan, ia akan mendapat amukan sang dokter bahkan operasi bisa saja menjadi kacau. Astaga bisakah ia pulang saja?

"P'Pha~~" semua orang yang sedang fokus mengerjai tubuh yang terbaring di brangkar itu menoleh serentak, sedangkan pria yang namanya dipanggil melebarkan matanya.

"Astaga Yo sayang ada apa? Kenapa ada disini? Phi sedang melakukan operasi sayang" Phana sungguh terkejut melihat pria terkasihnya berada di ruang operasi dengan santai memakai piyama kodoknya. Astaga tidak sadarkah ia ruang operasi sangat steril.

Yo mengerucutkan bibirnya lalu melangkah mantap menuju suaminya, ia melirik sekilas pasien yang keadaannya sangat mengenaskan dengan dada yang masih terbelah, Yo bahkan bisa menebak bahwa yang dilihatnya adalah jantung pasien itu. Tanpa memperdulikan darah yang ada pada tangan suaminya ia memeluk erat suaminya dan menggumamkan kata 'aku merindukanmu'

Phana sudah tidak mengerti lagi apa yang harus ia lakukan saat ini, ingin marah tapi pada siapa? Oh maaf saja, ia tidak mungkin marah pada pria mungil ini jika tidak ingin dimutilasi oleh ibunya.

"Dokter.. operasinya" seperti tersadar dari lamunanya, ia melirik sang ahli anestesi.

"Ah sayang bisa kah Yo menunggu sebentar di luar? Phi harus menyelesaikan ini sayang" Pria itu menggelengkan kepalanya keras semakin menenggelamkan kepalanya di dada suaminya.

"Tidak mau, Yo ingin disini menemani P'Pha"

"Sayang.. Yo mau pasien P'Pha tidak selamat? Yo tidak kasihan dengan keluarganya? Atau Yo tidak kasihan dengan Phi yang pasti akan merasa bersalah seumur hidup karena tidak bisa menyelamatkannya?" Pria mungil itu terdiam mencerna ucapan sang suami, lalu perlahan ia melepaskan pelukannya menatap mata hitam kelam suaminya.

After Wedding [M-Preg] ✔Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt