Sial! Tak ada celah! Habis lah aku!

"Pakrib!" tiba-tiba aku mendengar suara familiar dari dalam situ, aku pun mengintip dari pohon yang kujadikan tempat bersembunyi ini.

Hajime! Dia ngapain disini? Sedetik setelahnya, ia memperhatikan sekeliling.

'Cari apa dia?' batinku.

Dan tepat setelahnya, pandangan kami bertemu. Ia tersenyum sedangkan aku bertanya-tanya apa yang ia lakukan disana?

"Pakrib! Bu Jenny tidak masuk! Bisa berikan tugas pada kelas X-1?" ujarnya.

"Ok, kamu bawa bukunya?"

"Eh, enggak pak. Hehe... " ujarnya sambil terkekeh.

"Haduh, yaudah sini ke kelas."
Pak Kribo dan Hajime pun pergi ke kelasnya.

Hah... Makasi Hajime :)

Setelah mereka benar-benar pergi, aku menyelinap masuk ke dalam sekolah. Untunglah sepi dan kelasku tak ada guru. Walau telat, aku bersyukur karena anak-anak lain sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing jadi pada saat aku masuk, tak ada yang memperhatikan.

•*•*•

"Ah! Buku catatan matematika Hajime masih kupinjam!" gumamku pelan.

Aku mengingat bahwa sekarang adalah pelajaran matematika dan ada tugas. Ia pasti tak bisa mengerjakan tanpa catatan bukan?

Jika kalian bertanya kenapa buku catatan miliknya ada bersamaku, jawabannya sederhana. Aku jatuh sakit beberapa waktu yang lalu dan ketinggalan catatan matematika. Jadi aku meminjam miliknya. Lumayan lengkap.

Aku berdiri dan menyiapkan mental untuk pergi ke kelas X-1 dan mengembalikan buku itu pada Hajime.

'Semoga mereka sibuk dengan urusan mereka masing-masing.'

Aku melesat melewati koridor, tak cukup jauh karena hanya beda 2 ruangan. Sesaat setelahnya, aku membuka pintu kelas itu di bagian belakang. Karena pintu bagian depan akan menarik perhatian semua orang....

"Hajime...." ucapku lirih.

Tetapi ajaibnya, ia menoleh padaku dan melambaikan tangannya mengisyaratkan untuk diriku masuk. Ia sedang berkelompok bersama Shiho, Himeko, Yukari, Yutaka, Rei dan Soshi. Hanya aku yang tak sekelas dengan mereka.

Aku memberanikan diriku untuk melangkah masuk kedalam kelas itu. Dan untungnya kelas itu sedang pada sibuk sendiri.

"Hajime... Buku catatan..." ujarku sambil menyerahkan buku catatan miliknya.

"Ah, terima kasih! Aku melihat catatan Himeko jadi pusing karena tak ada penjelasan sedangkan punya Yukari berantakan dan Shiho tak mencatat jadi kesusahan deh...." ujarnya sambil tersenyum masam.

"Heh, kau saja yang tak mengerti matematika!" ujar Himeko tak terima.

"Hehe, maaf-maaf. Oh ya, kau tampak pucat Kureha. Apa kau sakit?" tanya Hajime.

Ah, benar saja. Aku merasa sedikit pusing. Ralat, pusing sekali.

"Tidak apa-apa. Mungkin kecapekan habis berlari." jawabku berbohong.

"Ah iya, tadi kau telat ya!"

"Eh Kureha telat?" ujar Shiho kaget.

"Iya... Alarm... Salah."

"Begitu... Apa kelasmu tak ada guru?" tanya Shiho lagi.

"Iya.."

"Tak ada tugas kan?  Disini saja!"

"T-tapi-"

Tiba-tiba sebuah lingkaran bermoyif aneh dengan cahaya yang terang memenuhi seluruh kelas. Seluruh kelas menjadi gaduh akan hal ini.  Aku yang melihat ini pun heran.

'Fenomena apa lagi ini? Salah satu keajaiban dunia? Atau semacamnya?' dugaku.

"A-apa ini?!" ujar Shiho kaget langsing berdiri. Begitupun dengan yang lainnya.

Tiba-tiba terdengar sebuah kalimat aneh, seperti bukan bahasa yang selama ini aku pelajari.

"Kalimat... Dengar?"

"Eh? Tidak. Aku tidak mendengar apapun." jawab Soshi.

Aneh, bagaiman hanya aku saja yang bisa mendengar kalimat itu? Dan apa yang sebenarnya terjadi?

Cahaya itu kian membesar dan mengelilingi ruang kelas ini. Begitu menyilaukan mata sehingga aku perlu menutup kedua mataku dengan hodie jaket yang kukenakan.

Rasa nyeri di kepalaku kian bertambah. Tubuhku mulai oleng dan lada akhirnya aku menyambut kegelapan dunia.

°TBC°

Life In Another WorldWhere stories live. Discover now