Kini Bara Tahu.

1K 132 37
                                    

- Kini Bara Tahu


"Kak."

Bara menghentikan aktivitasnya untuk mendongak. "Ya?"

"Tugas sekolahku masih belum selesai," kedua alis Hana bertaut.

"Nggak apa-apa," jeda Bara masih dengan meletakkan koleksi rakitan gundamnya di depan Hana. "Lo bisa bersihinnya nanti-nanti, kok. Gue cuma mau naro di depan lo aja biar nggak lupa."

Hana diam dua detik sebelum akhirnya setuju. "Oke."

Pandangan Bara tidak lepas dari satu titik. Tapi Hana tidak menampakkan ekspresi kesal seperti yang Bara inginkan. Karena Hana hanya berwajah datar, Bara menyusun lima gundamnya membentuk setengah lingkaran di sekitar gadis itu. Hana masih bergeming dan tenggelam dalam tugasnya. Namun Bara tidak kehabisan akal. Cowok itu menggerakkan kedua tangan gundam naik dan turun, mengarah pada Hana sambil mengeluarkan suara-suara tembakan.

Kali ini Hana bingung. Sebenarnya apa yang dilakukan kakak kelasnya ini?

"Bara, bisa nggak sih kamu sekali aja bersikap normal?" Ibunya Bara muncul ketika cowok itu sedang dalam posisi abstrak. "Nungging-nungging kayak kuda lumping! Mendingan kamu nyuci piring."

Sedetik kemudian, Bara duduk layaknya manusia normal lalu mengerucutkan bibir. "Duh, Mama kan tau kalo Bara nyuci piring keesokan harinya Mama harus beli piring atau gelas baru."

Ibunya geleng-geleng kepala sambil berdecak. "Kamu tuh," lalu berjeda sekian detik sambil memandang anaknya dan Hana bergantian. "Nggak bisa jaim di depan perempuan? Kerenan dikit dong, masa nyuci piring aja nggak bisa. Nggak heran kamu jomblo dari lahir."

"Mama! Kok demen banget menghina anaknya, sih?!"

Ibu Bara tak peduli dengan rengekan anaknya. "Hana, menurutmu di masa depan dia bisa punya pacar, nggak? Tante khawatir banget dia nggak bisa nikah. Mana nilai dia di sekolah pas-pasan."

"Ma, aku ini humoris, banyak cewek yang suka."

Wajah Bara yang serius membuat ibunya sakit kepala. "Bara, Nak, jangan terlalu narsis."

"Menurut aku yang suka sama Kak Bara nanti pasti orangnya unik."

Tanggapan tak terduga Hana lantas meledakkan tawa Ibu Bara. Wanita setengah baya itu menepuk-nepuk pundak Bara sambil tertawa lepas. Bahkan ada setitik air mata di ekor mata perempuan berusia 40 tahun itu saking gelinya mendengar kalimat Hana. Bara semakin sebal karena yakin ibunya pasti merasa sudah memiliki teman untuk membuli Bara.

Aneh.

Padahal tadi Bara yang ingin membuat Hana kesal. Kenapa sekarang malah dia yang kesal?

"Tante Aida, kenapa kok ketawa?" tanya Hana bingung.

Masih dengan sisa tawa, Ibu Bara menepuk puncak kepala Hana. "Tante suka sama perempuan jujur seperti kamu," ucapnya sebelum benar-benar pergi dari hadapan dua anak itu.

"Jadi maksudnya, lo nyebut diri sendiri unik?" Bara menanggapi ucapan Hana sebelumnya.

"Aku nggak pernah denger ada yang bilang aku unik," gumam Hana.

Ketiadaan semburat merah di pipi Hana semakin meyakinkan Bara kalau gadis itu sudah move on. Bara merasa aneh dengan perasaannya saat ini. Kekecewaan semakin menggumpal pekat di hati Bara. Cowok itu akhirnya bangkit dan pergi dari ruang TV, menuju teras. Bara menunduk sambil memainkan gitar, tanpa tahu Hana memerhatikan dari balik pintu yang terbuka lebar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 20, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

That Girl, HanasyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang