Part 28

3.6K 614 52
                                    

"Apaan sih lo?!"Chanu terkejut dan menahan gerakannya. Yang lain pun serempak menoleh kepada Renjun yang wajahnya memerah itu.

"Lo kok buka-bukaan di depan gue sih? Sana di ruang ganti! Murahan banget lo". Sembur Renjun lekas menjauh
dari sana. Para cowok kontan terbahak-bahak. Renjun masuk ke ruang ganti dan mengambil handuk untuk para cowok.

Ketika kembali ke area kolam Renjun melihat tujuh cowok itu duduk menyebar di berbagai sisi kolam dan tenggelam dalam diskusi yang jarang terjadi. Renjun menahan senyum melihatnya. "Gue curiga, jangan-jangan ini cuman akal-akalannya Pak Yoongi?" tukas Jisunh seusai menerima sodoran handuk dari Renjun.

"Khusus kali ini aja gue terpaksa setuju sama lo" sahut Mark seraya mengusap-usapkan handuk pada kedua lengannya yang kuyup.
"Trims, Njun".

"Gue rasa nggak." Felix menopangkan tubuh pada tangga kolam. Baru kali ini dia merasa berenang bisa terasa melelahkan.

"Kita lihat kan kelereng itu dilempar
ke sana."
"Itu dia". ujar Hyunjin.
"Jadi gimana? Kalau nyemplung lagi gue nggak sanggup." kata Jisunh terdengar frustrasi. "Airnya bikin gue pengen muntah."

"Bentar, gue coba ngomong ke Pak Yoongi". Jeno tiba-tiba beranjak dari tempatnya.

"Kalian semua tunggu sini". titahnya sebelum bergegas menyusuri lorong masih dengan handuk yang tersampir disatu bahu juga tanpa sepatu dan menyisakan jejak basah di sepanjang lorong.

"Mau ngomong apa dia?" Chani menoleh heran.
"Nggak bakal ngaruh lah kayak nggak kenal Pak Yoongi aja."

Jisung mengangkat bahu.
"Tau deh, tungguin ajalah." Renjun urung berkomentar. Ia hanya ingin segera pulang karena seabrek pekerjaan rumah telah menunggunya sejak tadi.

"Eh iya, ini barang-barang kalian, Kak. Ntar repot kalau kebawa gue". tukasnya seraya mengeluarkan beberapa benda dari tas selempang birunya. "Kalau kebawa juga nggak papa kok, Njun" seloroh Mark dengan nada kalem yang disambut tinju kecil Jaemin di bahunya.

"Udah tahun berapa nih, Mark? Modus yang lo pake udah kuno." Mark menyeringai. "Anak kecil dilarang ikut campur." Jaemin ikut tergelak. Tawa itu seketika mengacaukan ritme jantung Renjun karena baru kali ini dapat menikmati tawa idolanya dari jarak sedekat ini. Namun Renjun buru-buru mengalihkan pandangan ketika Jaemin menoleh padanya.

.
.
.
.
.
.
.

Jeno lantas kembali sepuluh menit kemudian. Bahunya tampak menenteng beberapa tas yang kemudian tiga diantaranya dia sodorkan pada teman-temannya. Sedang tasnya sendiri dia letakkan di lantai setelah memasukkan ponsel dan jam tangannya.

Lalu cowok itu berjalan menghampiri Renjun dan menyodorkan jaket tanpa berkata apa pun. Yang lain turut mengamati dalam keheningan. Jeno lalu menggantung handuk yang tadi dipakainya di atas pintu kamar ganti dan langsung membalut tubuhnya dengan jaket kulit hitam. "Ayo cabut!" seru Jeno sembari memasang sepatu.

"Lah, Pak Yoongi?" Han mengernyit mewakili keheranan
yang lain. "Nggak usah lo pikirin yang jelas hukuman kita udah kelar. Pada mau balik nggak?" Jeno mengedarkan pandangan pada tujuh orang yang masih duduk dengan mimik bertanya. "Kalau lima menit lagi kalian belum balik kayaknya Pak Yoongi bakal berubah pikiran" ujarnya seraya bangkit.

Semuanya pun bergegas bangkit. Meski masih dipenuhi tanya tapi derap langkah mereka terdengar serempak meninggalkan kolam. Bagi mereka yang sudah lama mengenal Pak Yoongi mereka tentu tahu guru paling tegas
itu bukanlah tipikal guru yang mudah takluk. Apalagi jika yang membujuk adalah Jeno.

Meski tampang cowok itu memang masuk dalam tiga besar siswa tertampan di sekolah ini-walaupungantenganpaktaehyung-, sudah menjadi rahasia umum bahwa Pak Yoongi tampaknya punya dendam kesumat pada kapten MIA yang satu itu.

NeoCulturans || NoRenMin (END)Where stories live. Discover now