3. a.... Date?

66.5K 2.9K 83
                                    

Aku mengamatinya dari sudut mata. Di dalam kelas di samping jendela tempat dudukku saat ini, Irgi terlihat sedang asik bersenang-senang dengan teman-temannya di lapangan, dengan bola sepak yang mereka perebutkan.

Apa sih yang Irgi tidak bisa lakukan? Semua olahraga ia kuasai, meski saat ini fokusnya pada bulutangkis, toh tidak mengurangi kepiauannya menendang bola atau memasukan bola basket ke ring. Tidak adil rasanya, sementara aku tidak bisa melakukan dengan benar satu pun dari yang ia bisa.

"Hah..." tanpa sadar aku mendesah pasrah. Menyadari betapa tidak berbakatnya aku melakukan apa pun.

Dengan malas aku kembali melanjutkan melahap bekal makan siangku sambil sesekali meliriknya yang saat ini sudah menjadi primadona lapangan, dengan suara gadis-gadis yang mulai histeris meneriakan namanya.

"Ta! Cinta! Hari ini lo bawa bekal apa?" suara Lily sudah terdengar sebelum ia menerobos memasuki kelasku.

Dengan napas terengah ia mengambil tempat duduk di depanku. Matanya berbinar melihat ke arah bekal makan siang yang sedang kusantap. Aku meraih kotak bekalku dan menunjukan padanya.

"Keliatannya enak, Ta, gue mau ya?"

Aku menghela napas. Lily memang sudah biasa memalak makan siangku seperti ini. Entah apa yang membuatnya selalu menanti-nanti menu makan siangku. Aku menatap bekalku yang baru habis separuh. Tidak ada yang istimewa kurasa, hanya menu bento ala Jepang yang memang kubuat sendiri. Sudah menjadi kebiasan bagiku untuk menyiapkan bekal makan siangku.

Awalnya dulu sekali, Bunda yang sering memaksaku membantunya memasak, sekali lagi ini paksaan karena menurut Bunda lebih bermanfaat dibanding membuang waktu dengan kabur-kaburan saat beliau memintaku untuk belajar seperti Kak Arga atau Kak Bi. Tapi lambat laun aku menikmati saat-saat membantu Bunda tentang urusan dapur yang satu ini, hingga aku mencoba menu-menu yang menurutku enak dan akhirnya terbiasa.

Jaman SMP dulu, karena terlalu seringnya Lily meminta bekal makanku aku jadi beranggapan jangan-jangan dia mau berteman denganku karena itu. Karena jujur saja, tidak banyak orang yang tahan dengan sikapku yang sering berubah-ubah ini. Tapi setelah dipikir, bukankah Lily sudah berteman denganku bahkan sebelum ia mencicipi masakan pertamaku? Mungkin memang hanya Lily yang khilaf dan mau menjadi teman baikku sampai saat ini. Bahkan ketika kelas kami terpisah di SMA pun Lily tetap mau menempel denganku meski terkadang aku tidak membawakannya bekal extra. Lagi pula tidak seharusnya aku berpikiran sedangkal itu kan?

Aku meraih satu kotak makan siang extra yang kusimpam di kolong meja. Menyerahkannya pada Lily yang menerima dengan binar bahagia seperti baru saja mendapatkan door prize yang amat sangat ia inginkan. Berlebihan sekali memang ekspresi wajahnya itu. Tanpa menunggu lama Lily membuka kotak makan siang itu dan melahap isi di dalamnya antusias, tentu saja menggunakan sumpit yang juga sudah kusiapkan untuknya.

"Ak, Ta! Ini enak banget sumpah! Lo the best pokoknya!" serunya menatap kagum padaku.

Aku beralih menatap kotak makanku. Benarkah? Rasanya biasa saja di mulutku. Lily memang selalu berlebihan jika menyangkut makanan. Lagi pula apa sih yang menurutnya tidak enak? Kurasa bagi seorang Lily Aurora semua makanan akan terasa enak di mulutnya, apalagi gratis.

Aku memilih diam dibanding menanggapi semua kata-katanya Lily yang terlontar setiap kali memasukan makanan ke dalam mulutnya. Mataku bergerak liar kembali melirik ke arah lapangan. Sepertinya pertandingan sudah selesai, dan apa yang Irgi lakukan? Pria menyebalkan itu sedang tebar pesona membuat gadis-gadis yang mengerumuninya saat ini berteriak histeris tanpa henti. Aku mendengus, mencibir tanpa suara melihat kelakuannya itu.

"Kayaknya lagi ada yang cemburu." ucap Lily melirik penuh maksud ke arahku.

Aku balas menatap tanya. Lirikan Lily yang terarah pada Irgi membuatku langsung mengerti maksud dari ucapannya itu. Aku mengangkat bahu tak acuh, menyuapkan satu gulung onigiri berbalut rumput laut kering ke dalam mulut.

Cinta Dan SenjaWhere stories live. Discover now