020

572 106 5
                                    

Jimin bergegas menghampiri Jasmine yang tergeletak tak sadarkan diri, sedangkan Taehyung berlari mengejar Yoongi yang kabur.

"Jasmine! Jasmine!" panggil Jimin berulang kali. Ia tahan kepala Jasmine pada telapak tangan kanan, menepuk pipi tirus gadis itu berulang kali.

Jasmine total tak merespon, itu membuat Jimin dengan segera mengangkat gadis itu dalam gendongan erat.

"Sialan! Aku tak dapat dia, Jim."

Taehyung datang dengan rambut acak-acakan, merasa kesal karena ia tak berhasil menangkap Yoongi.

"Sudahlah. Dia pasti kembali lagi. Sekarang yang terpenting adalah keadaan Jasmine. Kita harus membawanya ke rumah sakit utama markas."

Taehyung mengangguk. Ia mengambil pistol Jasmine yng tergeletak tak jauh dari tempatnya berdiri dan memasukannya ke saku jaket.

"Dimana kunci mobil Jasmine? Biar aku yang bawa mobilnya."

"Aku juga tidak tahu, bodoh. Cari saja," desis Jimin yang masih menggendong Jasmine.

Dengan teliti, Taehyung merogoh saku celana Jasmine dan menemukan kunci mobil gadis itu. Melemparnya sekali ke udara sebelum berlalu diikuti Jimin di belakangnya.

"Jangan dibawa kemana-mana! Ikuti aku pokoknya," titah Jimin saat tahu niat terselubung Taehyung. Memang mobil Jasmine adalah mobil incarannya sejak lama.

"Iya, bawel."

"KIM TAEHYUNG!"

Taehyung hanya membalas dengan decakan. Mereka sampai di mobil Jasmine dan Taehyung dengan mudah menyalakan mobil.

"Wow, mobil mahal memang mantap." Pemuda itu bersiul sekali sebelum Jimin menendang bangkunya dari belakang.

"Cepat!"

...

"Yoongi itu memang seseorang yang kelihatan mencurigakan sejak awal. Aku takut ia berani muncul dimanapun itu untuk membunuh Jasmine, melihat gadis itu yang paling lemah di antara kita," ujar Jimin yang duduk di bangku tunggu. Taehyung berdiri di sampingnya, menyandar pada tembok dengan tangan masuk saku celana.

"Aku akan menjaganya." Taehyung mendongak, memandang plafon rumah sakit yang berwarna putih tulang.

"Kita, kita akan menjaganya. Tiga untuk satu, Kim."

Jimin bangkit dan menepuk bahu Taehyung sekali sebelum berlalu menuju dokter yang habis memeriksa Jasmine.

"Bagaimana, Dok?"

"Tidak ada luka serius. Hanya memar di leher karena cekikan kuat. Nona Jasmine bisa pulang besok sore."

"Terima kasih, Dok."

Jimin dan Taehyung membungkuk dalam ke arah dokter yang berlalu. Mereka berjalan pelan menuju ruangan Jasmine. Di dalam sana, mereka memandangi Jasmine yang terpejam dengan infus dan leher yang terdapat memar membiru.

Jimin merapikan anakan rambut Jasmine, sedangkan Taehyung duduk di sebelah gadis itu, menggenggam jemarinya begitu kuat.

"Kami akan membalaskan dendam Jungkook untukmu dan dia, J. Kau tak perlu merasakan pedihnya lagi. Kau terlalu pemaksa."

Jimin tersenyum kecil mengingat saat masa pelatihan mereka yang penuh darah dan tangis gadis itu. Jasmine bukan orang yang suka melihat darah sepertinya dan Taehyung. Gadis itu punya hati malaikat yang sudah mati sejak lama. Jimin menyesali bagaimana Jasmine tumbuh sebagai orang lain.

"Yoongi itu akan mati di tangan Kim Taehyung, J. Lihat saja." Taehyung memandang tajam ke arah jendela. Menerawang jauh.[]

ɓɭɑck cɑt. [ ɱiɳ yѳѳɳgi ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang