"Memangnya apa pekerjaanmu hyung?"

"Hmmm, apa ya? Aku baru menyelesaikan kuliah sebenarnya. Jadi sampai sekarangpun belum bekerja"

Baekjin mengangguk paham. Keduanya lagi-lagi terdiam lama. Tatapan Baekjin tiba-tiba tertumbuk pada billboard diujung jalan. Ia mengeryit lalu mendongak menatap Yuri.

"Hyung?"

"Hmm?"

"Aku pikir, model dipapan iklan itu mirip denganmu."

Yuri tertawa kecil, ia mendekatkan wajahnya kepada Baekjin dan tersenyum aneh.

"Jadi aku setampan itu ya dimatamu?"

Baekjin menatap Yuri kesal. Ia mengerucutkan bibirnya dan berjalan meninggalkan Yuri dengan langkah menghentak.

"DASAR BODOH!"

Yuri terkikik geli, ia melirik papan iklan yang dimaksud Baekjin. Ah, laki-laki itu punya penglihatan yang jeli ternyata.

Baekjin's Apartemen

09.30 KST

"Sangho hyuuung!" Baekjin merajuk manja pada seseorang diseberang telepon. Ia kini tengah berbaring diatas kasur dengan selimut yang menutupi sebagian tubuhnya. Karena kejadian semalam, Baekjin hari ini terserang demam. Pagi tadi saat ia bangun, kepalanya terasa pusing. Ia bahkan hampir jatuh saat bangkit dari ranjang. Baekjin mengerucut kesal, ia baru menyadari bahwa kulkas diapartemennya kosong. Sedangkan ia sangat lapar sekarang.

"Aku lapaar"

Laki-laki diseberang telepon tertawa kecil. Ia sudah menganggap Baekjin seperti adik laki-lakinya sendiri. Meskipun pria pendek itu selalu bersikeras menganggap bahwa dirinya manly, namun diam-diam Sangho membantah semua itu. Baginya, Baekjin seperti seorang adik laki-laki yang sering bertingkah kekanakan dan harus dilindungi, seperti sekarang ini.

"Sebenarnya hyung sedang bekerja Jinnie. Memangnya kenapa kau tidak pergi dan membeli makan sendiri?"

Baekjin mengerucutkan bibirnya. Ia mencicit lirih, "Aku sakit."

"Ya! Kenapa kau tidak mengatakannya dari tadi?" Diseberang sana Sangho segera menghentikan pekerjaannya. Sudah 6 bulan ini, ia bekerja di salah satu studio foto sebagai fotografer. Sangho membereskan kameranya dan mengatakan sesuatu pada seseorang disana.

"Hyung tidak tanya" Lirih Baekjin. Sangho menggeleng gemas. Adik laki-lakinya itu bodoh atau apa?

"Baik,baik. Hyung segera kesana. Kau istirahatlah dulu, ne?"

"Hmm"

Telepon terputus, Baekjin meletakkan ponselnya diatas nakas. Ia terbatuk beberapa kali. Baekjin menghela napas. Ah, ia tak menyangka dirinya ternyata selemah ini.

Baekjin's Apartemen

10.15 KST

Baekjin sedang serius beramin PSP ketika pintu apartemennya diketuk berulang kali.

"Masuk saja hyung, pintunya tidak dikunci." Baekjin sama sekali tak menoleh. Bibir kecilnya sedang sibuk meracau sembari menatap layar persegi tersebut. Pintu apartemnnya lagi-lagi diketuk. Baekjin berdecak kesal. Ia mem-pause permainannya dan menoleh kearh pintu.

"Ya! Buka saja pintunya-"

Kalimatnya terhenti, seorang laki-laki jangkung masuk ke apartemennya dengan bingkisan berwana putih ditangan kanan. Baekjin tergagap, ia refleks menundukan kepalanya.

"Ke-kenapa hyung yang datang kemari?"

Yuri tersenyum lembut. Ia menarik kursi dan duduk disisi ranjang Baekjin.

"Ada yang menitipkan makanan di lobi. Kebetulan aku disana , jadi aku membawanya kekamarmu."

Baekjin membuang wajahnya. Ia kini merutuki Sangho yang membuatnya berada dalam posisi canggung bersama tetangganya itu. Rasa-rasanya ia ingin mencekik hyungnya sekarang juga.

"O-oh"

"Kalau tau kau akan sakit seperti ini, seharusnya aku memelukmu lebih erat ya?" Yuri menyentuh dahi Baekjin yang terasa hangat. Baekjin melotot, ia segera menampis tangan Yuri. "Ya! A-apa maksudmu?"

Yuri hanya tertawa kecil. Ia beranjak dari kursi dan mengambil bingkisan putih yang tadi ia bawa. 

"Aku tau kau lapar, biar aku siapkan makanannya untukmu."

"E-eh, tidak usah. Biar aku sendiri."

Yuri tidak mendengarkan. Ia mengambil alat makan disisi wastafel dan menyiapkan makan untuk Baekjin.

"Sini, biar aku suapi."

Yuri menyodorkan sesendok bubur didepan mulut Baekjin. Laki-laki itu meggeleng keras. Ia menutup mulutnya rapat-rapat dan menatap laki-laki jangkung itu kesal.

"Tidak usah! Aku bisa melakukannya sendiri."

"Oh, baiklah kalau kau memang tidak mau." Yuri menyendokkan sesendok bubur kemulutnya. Laki-laki itu tampak menggoda Baekjin dengan wajah menikamti yang dilebih-lebihkan. Baekjin tanpa sadar menelan ludahnya. Ia benar-benar lapar sekarang. Tepat ketika suapan ke-3, Baekjin menahan tangan Yuri dan membuka mulut. Ia tidak dapat menahan ini lebih lama. Yuri tersenyum sumringah, ia menyendok bubur tersebut dan memasukannya kemulut Baekjin. Laki-laki jangkung itu tampak senang melihat Baekjin mengunyah makanannya meskipun dengan wajah kesal dan mulut yang tak henti meracau.Baekjin tak ingat kapan kali terakhir kali disuapi seseorang. Tapi sekarang, ia justru hampir menghabiskan seisi mangkung. Sepertinya laki-laki mungil itu mulai lupa pada kekesalannya.

Suara sendok dan piring yang beradu tiba-tiba terhenti saat ponsel Yuri berbunyi nyaring. Ia meletakkan piring tersebut diatas nakas dan tampak berbicara dengan seseorang diseberang telepon. Baekjin berhenti mengunyah, diam-diam ia memperhatikan pembicaraan Yuri dengan seseorang entah siapa. Walaupun samar, namun Baekjin dapat memastikan bahwa Yuri sedang berbicara dengan seseorang perempuan. Keduanya tampak akrab, Yuri bahkan beberapa kali tetawa kecil disela pembicaraanya. Entah kenapa Baekjin merasa kesal. Mungkin karena ia harus terpaksa berhenti makan. Eh, tapi benarkah karena itu?  Baekjin memalingkan wajahnya saat panggilan tersebut terputus.

"Pacarmu?" Baekjin bertanya ketus. Yuri tak menjawab, ia hanya tersenyum kecil dan beranjak dari kursinya.

"Mianhe Jin-ah, hyung harus segera pergi. Ada hal penting yang harus diurus. Kau lanjutakan makanmu sendiri, ne?" Baekjin tercengang. Ia menatap laki-laki jangkung itu dengan tatapan tak percaya. Jadi , laki-laki ini hendak meninggalkannya begitu saja?

"Habiskan makanmu. Nanti malam aku telpon" Yuri mengusap kepala Baekjin sesaat dan meninggalkannya keluar apartemen. Baekjin masih terdiam ditempatnya. Ia berdecak kesal dan meraih piring berisi bubur diatas nakas. Ia meracau tak jelas dan menghentak-hentakkan sendoknya dipiring. Kalau tidak niat membantu, kenapa tidak pulang dari tadi saja. Baekjin rasanya ingin mencekik tetangganya itu karena telah berlaku semena mena kepadanya. Memangnya perempuan yang menelponnya tadi siapa sih!? Baekjin melemparkan bantalnya kedidinding. Saat itulah, pintu apartemennya tiba-tiba terbuka. Seorang laki-laki berjalan tergopoh dengan wajah khawatir.

"Mianhe Jinnie, ban mobil hyung pecah tadi. Loh, kau sudah makan?"

Baekjin melongo. Sepertinya ada yang salah disini. ­Tapi apa ya?

Hari ini kesayangan live di idol radio sama di ASC

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hari ini kesayangan live di idol radio sama di ASC. Banyk banget moment uwunya massaa. Makin gemeush sama dou 'kakak adek zone' ini jadinya. Btw, need some nc? 

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 17, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Long Sequence II Yuri X Baekjin II YurijinWhere stories live. Discover now