Pretending

135 15 20
                                    

Hongdae Street

23.15 KST

Baekjin dan Yuri bergegas membereskan peralatan street dance mereka dan segera mencari tempat berteduh ketika hujan tiba-tiba turun. Keramaian dijalanan Hongdae dengan cepat terpecah dan lambat laun berubah sepi. Baekjin dan Yuri kini berada di depan cafe yang hampir tutup. Keduanya menggigil kedinginan, baju casual yang mereka pakai sama sekali tak membantu. Yuri menoleh, menatap Baekjin yang tengah merapatkan hoodie di badan mungilnya. Laki-laki itu memeluk tubuhnya sendiri dan sesekali menggosok kedua tangannya untuk menghangatkan diri. Ragu-ragu Yuri merapatkan tubuhnya disisi Baekjin. Laki-laki itu tiba-tiba membuka resleting jaketnya dan menangkup tubuh Baekjin yang jauh lebih mungil darinya. Gerakan Baekjin terhenti. Ia mendongak, menatap Yuri yang kini justru hanya melihat lurus kedepan. Laki-laki itu dapat merasakan tubuh Yuri yang hangat dan berotot dipunggungnya. Dan itu membuat tubuh Baekjin yang tenggelam ikut menghangat. Baekjin menunduk, memperhatikan ujung sepatunya yang terkena tampias air. Tanpa sadar, wajahnya berubah merah.

Keduanya terdiam lama dalam posisi seperti itu. Saat hujan mulai reda, Baekjn mendorong tubuh Yuri menjauh, membuat sedikit jarak antara keduanya.

"Ayo pulang, hujannya hampi reda." Baekjin melenggang pergi, namun Yuri menarik lengannya kembali.

"Nanti dulu, masih gerimis. Aku tidak mau kau sakit." Yuri menatap Baekjin yang terlihat gugup. Entahlah apakah Baekjin yang berpikir berlebihan atau Yuri memang sedari tadi bersikap ganjil padanya. Baekjin kembali ketempatnya semula. Ia lebih memilih diam sekarang. Tiba-tiba Yuri meraih tangannya dan memasukannya kedalam kantung jaket. Baekjin refleks menampiknya karena terkejut. Namun, Yuri kembali meraihnya dan tersenyum menatap Baekjin

"Udaranya dingin, ini akan membuatmu sedikit lebih hangat."

Baekjin terdiam. Ia tak mengerti kenapa sedari tadi dirinya seperti kerbau dicucuk hidung. Laki-laki mungil itu terus menuruti semua perlakuan Yuri tanpa protes. Suara rintik hujan yang jatuh menimpa atap halaman cafe terdengar ditelinga mereka. Cahaya lampu berwarna keemasan hanya terlihat seperti titik-titik samar dari kejauhan. Hampir setiap toko disisi jalan sudah tutup dari tadi, menyisakan swalayan 24 jam yang masih terlihat beroprasi. Jalanan Hongdae kini sudah sepenuhnaya sepi.

"Jin-ah" Baekjin mendongak ketika Yuri menyadarkan lamunanya dengan suranya yang berat dan dalam. Sampai sekarangpun, Baekjin sebenarnya masih berpikir keras kenapa laki-laki jangkung itu dapat memanggilnya seakrab itu sejak pertama kali bertemu.

"Kenapa kau suka menari?" Baekjin tak langsung menjawab. Pandangannya mengawang ke langit Hongdae yang tak menampakan bintang satupun.

"Entahlah, aku hanya suka. Rasanya bebas" Baekjin menjawab singkat. Keduanaya terdiam beberapa saat.

"Ka-kalau hyung?"

"Hmm?"

"Apa yang hyung sukai?" Yuri sedikit terkejut saat Baekjin memanggilnya dengan panggilan 'hyung'. Ia juga tak menyadari kapan Baekjin mulai bersikap peduli padanya. Yuri masih ingat dengan jelas betapa 'menyeramkan' Baekjin saat memakinya kemarin. Tapi ia pikir, itu adalah hal yang seharusnya ia syukuri sekarng.

"Aku menyukaimu" Yuri tersenyum jahil menatap Baekjin. Laki-laki mungil itu melotot, ia memukul lengan Yuri keras.

"Kau meneyebalakan!"

Yuri hanya tertawa kecil. Setiap kali bersama laki-laki mungil itu, ia tak dapat menahan diri untuk terus menggodanya. Baekjin selalu menampakkan ekspresi menggemaskan saat sedang kesal.

"Kenapa kau pindah apartemen hyung?"

"Biaya sewa apartemen lamaku mahal. Akhir-akhir ini aku harus sedikit menghemat"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 17, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Long Sequence II Yuri X Baekjin II YurijinWhere stories live. Discover now