I Built A Friend

169 19 6
                                    

Yuri telah berdiri didepan pintu apartemen itu untuk beberapa saat. Ia berulang kali tersenyum kikuk ketika ada orang-orang yang menatapnya bingung karena tidak melakukan apa-apa disana. Sebenarnya, Yuri juga ragu tentang alasan kedatangannya kekamar tetangganya itu lagi. Namun, hati Yurilah yang menyeretnya sampai ketempat itu. Ia hanya ingin tau, ada apa dengan laki-laki itu semalam. Yuri berdehem kasar guna menghilangkan kegugupannya, ia mengangkat sebelah tangan, hendak mengetuk pintu. Detik itulah, pintu terbuka. Yuri sedikit terhuyung kebalakang. Ia tersenyum canggung kepada laki-laki mungil yang kini justru menatapnya dengan tatapan dingin.

"Wae?" Laki-laki itu menyandarkan tubuhnya didinding dengan tangan bersedekap. Ia mengenakan kaus tanpa lengan yang menunjukan guratan tato disepanjang lengan putihnya. Yuri menelan ludah, ia tak melihat tato itu semalam.

"E-eh, aku hanya ingin memastikan bahwa kau baik-baik saja"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"E-eh, aku hanya ingin memastikan bahwa kau baik-baik saja"

Laki-laki itu menatap Yuri aneh, ia memperhatikannya dari atas kebawah. Yuri salah tingkah, ia memegang tengkungnya dan memalingkan wajah. Ia baru menyadari bahwa kalimat yang ia ucapkan tadi terdengar ambigu bagi orang yang belum mengenalnya.

" Bukan begitu maksudku. Kau terlihat kacau semalam, aku hanya ingin memastikan"

Laki-laki mungil itu berdecak dan membuang muka, ia mendesis lirih. "Lupakan"

"Maksudmu?"

"Anggap saja kejadian semalam tidak ada, anggap saja kita tak pernah bertemu"

Yuri mengeryitkan dahi dan tersenyum aneh. "Hey, kau sudah berjam jam duduk dikamarku dan menggangguku tidur, dan sekarang kau minta aku melupakannya? Yang benar saja"

Laki laki itu menatap Yuri tajam, wajahnya yang pucat terlihat memerah. "Ya! Apa perlu aku membayarmu karena duduk diapartemenmu semalam? Hey! kalau aku mau aku bisa membeli seluruhnya, kau tau! Dasar namja perhitungan"

Yuri yang diteriaki seperti itu bukannya merasa takut, ia justru kini menutup mulutnya dengan sebelah tangan, menahan tawa karena laki-laki diepannya justru terlihat menggemaskan saat mengoceh seperti itu. Ia memasukan kedua tangannya kesaku dan menatap laki-laki itu dengan tatapan mengejek.

"Jangan marah-marah seperti itu. Memangnya aku takut? Harusnya kau sadar, tubuhmu hanya sependek pundakku. Kau hanya seperti anak kecil yang sedang megomel, tahu?"

Laki laki itu mengepalkan tangannya. Tanpa berkata-kata ia menutup pintu apartemennya dengan keras. Namun, Yuri sigap mencekal tangannya, ia mendekatkan wajahnya pada laki-laki itu dan tersenyum aneh. "Aku pikir kau sudah baik-baik saja. Hidungmu sudah tidak seperti badut lagi sekarang"

Laki-laki itu menghepaskan tangan Yuri kasar, ia membanting pintu apartemennya tepat didepan wajah Yuri. Yuri menyisir rambutnya kebalakang, ia terkikik geli. Ah, sepertinya keputusannya untuk pindah ke apartemen baru adalah pilihan yang tepat. Ia punya hiburan baru sekarang.

Long Sequence II Yuri X Baekjin II YurijinWhere stories live. Discover now