+ dialog

93 1 0
                                        

Hari ini aku sedang berada di salah satu ruang tunggu di rumah sakit bersama kedua orang tuaku. Sejak awal memasuki area rumah sakit aku terus menunduk dan tidak berani sedikitpun mengangkat kepalaku.

Aku sangat malu akibat kelakuanku akhirnya aku harus berakhir di rumah sakit atau lebih tepatnya memeriksa apakah aku benar hamil seperti hasil testpack.

Hingga tiba namaku dipanggil, aku sangat takut hingga dokter menyatakan bahwa aku positif hamil dan usia kandunganku 2 minggu. Rasanya duniaku hancur, aku merasa sangat hancur hingga rasanya lebih baik aku menghilang saja. Mereka pasti sangat kecewa padaku tapi aku sangat berterima kasih kepada mereka karena masih mau menerimaku dan kandunganku.

🌱

"Apa yang sudah aku lakukan?" Aku memandang pantulan diriku di cermin.

"Rael kamu dimana. Kamu sudah janji akan bertanggung jawab kalau terjadi sesuatu padaku" ucapku lirih sambil mengusap pelan perutku hingga aku mulai menitikkan air mataku.

Ceklek

Dari pintu kamar aku melihat mama masuk dengan wajah sayunya sambil berjalan ke arahku.

"Gina sayang mama kan?" Tanya mama sambil mengusap air mataku.

"Gina sangat sayang sama mama" kataku dengan air mata yang masih mengalir di kedua pipi ku.

"Kalau Gina sayang sama mama, Guna tidak boleh sedih yah karena mama sama papa akan selalu bersama kamu" kata mama mencoba menenangkan ku dan hanya kubalas dengan anggukan kepala.

aku sangat frustasi akan kehamilanku dan untungnya orang tuaku selalu memberiku semangat dan dukungan sehingga aku tidak merasa sendiri.

Jika kalian bertanya kemana ayah bayi dikandunganku?
Aku juga tidak tahu kemana ia sekarang dan itu salah satu yang membuatku tambah stress. Aku selalu berpikir bagaimana jadinya saat anakku lahir tanpa ayahnya. Aku harus bilang apa saat ia merindukan ayahnya.

Hari demi hari aku mulai melupakannya dan ingin memulai hidup baru bersama anakku.

Saat ini aku sedang jalan-jalan ditaman untuk menyegarkan hati dan pikiran.Tapi tanpa diduga ia datang saat aku sedang berjalan-jalan taman. Aku sangat kaget saat ia tiba-tiba bungkuk di depanku.

"Rean" ucapku pelan.

"Na, maaf karena beberapa Minggu ini aku menghilang. Awalnya aku pergi menyelesaikan tugasku dan saat aku kerumah sakit menjenguk sepupu aku melihatmu keluar dari ruang dokter kandungan dan mendengar apa yang dikatakan kedua orang tuamu..." Rean terdiam sejenak sebelum melanjutkan kata-katanya.

"Aku tahu aku salah karena menghilang setelah tahu kamu hamil. Aku minta maaf aku berjanji akan menerima dan akan menjaga kalian" Rean terdengar sangat tulus dan aku langsung memeluknya dan ia membalas memelukku.

Sejak saat itu aku merasa bebanku sedikit ringan walau sikapnya yang terkadang tidak perduli hingga tidak menganggap ku. Padahal aku sangat berharap ia bisa selalu disampingku menemani hari-hariku tapi harapan tetaplah sebuah harapan.

Tidak terasa kandunganku sudah memasuki usia 2 bulan. Aku sedang duduk di bangku depan rumahku dengan harapan ia akan datang menemaniku karena hari ini aku harus memeriksa kehamilanku. Setelah menunggu cukup lama tapi ia tidak juga datang dengan terpaksa aku pergi sendiri dan aku tidak ingin mengganggu pekerjaan orang tuaku.

Setelah sampai dirumah sakit aku langsung memasuki ruangan karena aku memang sudah membuat janji dengan dokter kandungan dan juga karena hari ini tidak ada atau mungkin belum ada yang datang.

"Usia kandungan kamu 2 bulan dan bayinya sehat semua. Ah, saya hampir lupa memberitahu kamu. Selamat yah kamu memiliki bayi kembar" kata doker menjabat tanganku dan aku tidak tahu ingin berkata apa-apa selain tersenyum.

I'm Pregnant (End)Where stories live. Discover now