Bi X Ji-hyo

121K 517 14
                                    

Namanya Hanbin, temen SMA Ji-Hyo yang sekarang udah resmi jadi sepasang suami istri. Pagi ini, seperti biasa mereka selalu berbincang tentang anak yang masih ada di dalam kandungan Ji- Hyo. Di dalam kamar yang luas, Hanbin berbaring sambil mengelus perut buncit Ji-hyo yang seksi sekaligus mengurutnya. "Ya, Ji-Hyo.. Kau ingin melahirkan normal kah? "
tanya Hanbin. Ji-hyo mengangguk dan merengek. Ia memeluk tubuh tegap Hanbin. Sangat manja. "Ya, bahkan aku ingin anak ini segera lahir. Apalagi usia kandunganku kan sudah sembilan bulan. " Hanbin menciumi Jihyo. Baru saja semalam ia bermanja dengan istrinya itu.

"Hanbin, beri aku obat perangsang agar aku cepat melahirkaan... " ucap Ji-Hyo merengek. Ia terus mengecek perut besarnya. Tapi belum saja muncul rasa mulas pertanda melahirkan.

"Apa?! bahkan kita saja belom menyiapkan segala hal untuk persalinanmu nanti. dan pakaian mu untuk di rumah sakit. bagaimana jika kau tiba tiba ingin melahirkan? " ucap hanbin memarahi Jihyo. Jihyo merengut. Akhir akhir ini Jihyo sering memeragakan segala gerakan melahirkan, mengangkang, jongkok, berdiri dengan kaki lebar, sampai Hanbin keheranan.

"Ck, aku bisa melahirkan di rumah, tenanglah. Aku ingin rasa mulas itu cepat datang. " ucapnya. Jika kawan2nya merasa takut akan melahirkan, tidak dengan Jihyo. Ia justru ingin segera bayinya cepat lahir. Hanbin hanya menggeleng melihat tingkah Jihyo, mau tak mau ia segera memberi obat perangsang itu. "Sayang, perlu kah tau.. melahirkan itu tak semudah apa yang kau pikirkan, melahirkan itu sakit. Bahkan aku tak tega melihatmu berjuang sendirian dengan lubang sempit itu. "

Jihyo kemudian duduk diatas birthball agar mempercepat persalinan. "Ya, Bin. Aku tak takut karena ada kau. Kau tak perlu cemas. Bahkan aku melahirkan seorang diri pun bisa. "
Tak lama kemudian, obat yang diberi Hanbin sudah ditelannya sekaligus dua tablet. Jihyo pun merasa kelelahan sendiri dan kembali berbaring. Perutnya yang besar membuatnya kesusahan berjalan, membuatnya mau tak mau berjalan mengangkang. Perutnya seperti mengandung 2 anak sekaligus. Ia berbaring sambil bermain ponsel. dan sudah berganti pakaian dengan duster tanpa memakai dalaman lagi karena merasa risih dan penuh.

Sementara Hanbin sibuk dengan pekerjaannya, namun ia tetap menyelesaikan pekerjaannya di salam kamar, menemani Jihyo. Ia takut jika tiba2 jihyo melahirkan karena obat perangsang itu. Terlebih lagi Jihyo meminumnya dua sekaligus, yang berarti dua kali lipat akan lebih cepat melahirkan dari tanggal lahir yang seharusnya.

Jihyo tetap santai berbaring sambil memijat perutnya. Rasa mulas mulai muncul dan perutnya terasa penuh dan mengeras. Ia merasa bayinya berputar dan bergerak menuju liang lahirnya. Ia mengecek jalan lahir bayinya, sudah terbuka sedikit?
"Hanbin, aku mulas"
"Hanbin, aku sangat begah. "
Hanbin pun memelotot, tak mengira jauh lebih cepat. "A-apa?! ayo ke rumah sakit sekarang! "
"aigoo, kenapa kau panik? rumah sakit di seoul itu membutuhkan waktu 5 jam kesana. tidak akan terburu sayang. lebih baik kau memijat perutku agar anak ini cepat lahir, "

Hanbin pun menurut, ia meremas paha dan perut Jihyo agar semakin rileks. Jihyo semakin merasa perutnya seperti diremas remas. Bayinya turun kebawah perutnya sangat cepat. Ia kembali membuka video tentang melahirkan yang telah ia pelajari. Ia menyibak dusternya, dan menunjukkan kemaluannya yang semakin melebar seiring waktu. Ia menungging sangat lama, sehingga semuanya dapat terekspos jelas oleh Hanbin. Sesuai dengan aturan dalam video.

Setelah melakukan segala pemanasan dan merasa cukup, Jihyo kembali menikmati mulasnya sambil bermain ponsel. Ia mengacuhkannya, bahkan saat sakitnya berkali kali lipat.
mulas, mulas, mulas, dan mulas yang semakin terasa.
ia pun melebarkan kakinya. Hanbin terus mengurut perut, kemudian turun ke bagian sensitif Jihyo, sampai ke bawah paha Jihyo.

"Ah Hanbin, rasanya tak enak.. NGGHHHHH mulas sekali, " tubuh Jihyo bergelinjang di kasur.
Ia menekan perutnya ke bawah, namun bayinya justru lebih aktif sehingga Jihyo terus mengerang kesakitan. Tak tahan dengan remasan bayi di dalam perutnya. lubang lahirnya baru terbuka 6 centimeter.

ia berganti menonton televisi sambil melebarkan kedua kakinya yang terekspos oleh Hanbin. Warna kemerahan tampak disana. "AAAAAHHHHHHH AIGO HANBINN, NGGHHHHH MULAASSHH TOLONG AKUU, BAHKAN TUBUHKU SANGAT LEMAS SEKARANG, " teriak Jihyo kesakitan. Hanbin menyuruhnya tenang, "tenang, Jihyo. kau mau jalan lahirnya cepat terbuka kan? kau mau melakukannya? " tanya Hanbin.

"Ya.. ya cepat lakukan ituu, aku akan membantumu juga apapun caranya, " ucap Jihyo lemas. rasa mulas semakin menjalar di perutnya 5 kali lipat. Sementara Hanbin meraba pahanya, melebarkan jalan lahir jihyo dengan jari jari panjangnya itu. perlahan, ia menarik selangkangan dan melebarkan kemaluan Jihyo, Jihyo tampak mengerang "NNGGHHHH SAK-SSAKITHH NGHHH "

Hanbin berusaha melebarkannya, bahkan sepuluh jarinya sudah berhasil masuk kedalam lubang Ji-hyo. mempermudah Jihyo saat melahirkan nanti. Sementara Jihyo sudah siap dengan posisi mengangkang. "Hanbin.. kapan ra-rasa mulas ini berakhir? " ucap Jihyo. Hanbin menggeleng tak tahu. Ia mengeluarkan jari jarinya dari sana. bercak merah timbul di tangan Hanbin, bahkan kemaluan jihyo pun sudah merah pekat.

Hanbin hanya menyarankan agar Jihyo berkeliling kamar, agar menghilangkan rasa mulasnya perlahan sambil menunggu ketubannya pecah. Jihyo berjalan pelan, ia takut bayi nya akan jatuh dan keluar tiba tiba karena jalur lahirnya sudah terbuka sangat lebar.

"NNNGHHHH NGGGGHHHH AAAHHHHHHHH,, " teriak Jihyo keras. Hanbin langsung sigap menangkap tubuh Jihyo yang hampir terkapar. Ia bahkan tak tega melihat istrinya begitu kesakitan mengeluarkan jabang bayinya. Hanbin merebahkan tubuh Jihyo ke sofa. Air ketubannya pecah disana. Kemaluannya bergetar hebat, menandakan rasa perih yang amat dalam. Tanpa aba aba, Jihyo segera mengejan sambil duduk mengangkang disana. "NNGGGGGGHHHH... AAAAHHH "
"HUUUUHHHHH HAAAHHHHH, NNNGGGGGGKHH, " teriak Jihyo. namun kepala bayinya masuk lagi. Kemaluannya terasa panas dan perih hingga tampak berkedut sejak kontraksinya tiba.

Hanbin menyemangatinya, "semangat Jihyo sayang, hanya beberapa dorongan bayinya akan keluar. " ucapnya.

"Bin, bolehkah aku melahirkan dengan posisi berdiri dan mengangkang? kau harus menjaga bayinya, " ucap Jihyo frustasi. Jihyo pun kembali berdiri, sambil mengejan, "NNGGGGHH, "
"NNNNNNNGGGGGHHHHH,"
"HAAAHHHH HAAAHH" ucapnya ngos ngosan.

"sedikit lagi ya Jihyo, kau basti bisa. " ucap hanbin.
"Ne, aku sangat lelah, lebih baik aku mati. perih sekali rasanya, hiks.. " ucap Jihyo. Hanbin terus menyemangatinya. Kini posisi jihyo berubah jongkok, sambil mengejan,
"Nnnnggggghhhhhhh, "
'ssshhhhh, yatuhan sakit sekali... "
"nnnnnnggggggggghhhhhhhhhhhhhhhhhhhh " akhirnya kepala bayi pun keluar. Jihyo menarik nafasnya sebentar, bahunya ditopang oleh tangan hanbin, ia kembali mengangkat tubuhnya dan mengejan, "HMPPH, NNNNNGGGGGHHHHHH"
"NGGGGHHHHHHHHHHHH"

"oekk..oekkk..." Hanbin dengan tegap mengambil anaknya. Tubuh Jihyo langsung terkapar lemas di lantai yang penuh darah. Hanbin mengecup keningnya, "terimakasih sayang, " ia pun membersihkan semuanya.

He! im back with anotha stories!
Next minimal 5 komen, karena aku mau tau bgt tanggapan kalian gimana dan jangan cuma baca doang kalo mau next🧡

Vote juga ya! Biar aku tau respon kalian sama cerita ini gimana..

Salam hangat,
-Kyoraaa11

Random Birth StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang