Kazama maju sambil mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Shinichi. "Anggap Saja aku ikut," komentar pria itu dengan ekspresi serius. "Jika itu bisa membawa Furuya kembali."

"Nah, karena kita sudah selesai menyatukan perbedaan, kita akan masuk ke dalam rencana." Shinichi menegakkan punggung, "Beberapa waktu lalu, kami berhasil menangkap tiga orang suruhan B.O yang dibayar untuk membunuh KID. Tapi berdasarkan introgasi yang dilakukan oleh kepolisian, mereka tidak bisa melacak dalangnya, dan aku memutuskan untuk membiarkannya karena ini bukan masalah yang bisa ditangani oleh polisi biasa. Informasi yang ingin kubagi adalah kode nama Snake. Dia salah satu Sniper yang berhasil kabur dan punya tingkatan yang tinggi di organisasi hingga memiliki kode nama."

Pantulan dari proyektor menunjukkan separuh wajah Snake dalam balutan jubah hitam dan sniper di tangannya.

"Berbeda dengan anggota B.O yang lain, ia ceroboh. Kita bisa memanfaatkan itu untuk menangkapnya dalam Pencurian KID beberapa malam lagi—" KID merentangkan cetak biru gedung Museum Edoka selagi Shinichi menjelaskan strategi mereka. Tak sampai waktu lama sampai semua agen berkumpul disekelilingnya.

"Jarak tembak disini kurang lebih 700 meter. Apa kau yakin ingin melakukannya dari tempat sejauh ini?"

"Mustahil ada yang bisa menembak sejauh itu."

"Ah," Shinichi menoleh pada Subaru yang berdiri bersandar pada dinding tak jauh di belakangnya dengan rokok mengepul di bibirnya. "Kalau itu aku akan menyerahkannya pada Subaru-san. Aku tahu rekornya bisa mencapai 800 meter."

"800 meter?!"

"Hm... jadi ia bukan mahasiswa biasa seperti yang ia tunjukkan," sahut Kodama-san. "Sempat membuatku penasaran apa yang dilakukan seorang mahasiswa teknik disini? Tentunya bukan hanya dukungan moral untuk seorang kekasih kan?" ia mengamati dengan tajam gerak-gerik Subaru.

"Bukankah jika kita ingin bekerjasama seharusnya tidak ada lagi yang harus disembunyikan?" sahut Kazama. "Sampai kapan kau mau bersembunyi di balik silicon itu?"

Subaru tertawa pelan beranjak dari tempatnya. Ia mematikan alat pengubah suaranya, "Ah, apa boleh buat," suara Akai Shuichi yang berat terdengar. Selanjutnya ia menarik wignya, membebaskan rambut hitam keritingnya dan dengan tarikan keras ia merobek kulit wajahnya, menunjukkan wajah Akai yang asli.

"Rye?!" pistol-pistol dicabut dan diarahkan padanya.

"Salah," suara Shinichi yang tegas membekukan mereka. "Akai Shuichi. FBI," Shinichi bergerak ke depan Shuichi, menghalanginya dari todongan pistol. "Sama seperti Amuro Tooru, ia bekerja sebagai mata-mata di Organisasi Hitam. Kami memalsukan kematiannya dan mengganti identitasnya menjadi Okiya Subaru."

"Kau yang telah memalsukan kematianku, Shinichi-kun. Bahkan kau berhasil mengelabui FBI dan Organisasi Hitam," pria itu melingkarkan tanggannya ke pinggang Shinichi dan menariknya merapat. "Aku berhutang nyawa padamu. Jika bukan karena dirimu, aku sudah mati. Karena itu," ia mengangkat tangan Shinichi dan menyelesaikan kalimatnya sambil mengecup tangannya, "aku akan mengikutimu sampai neraka sekalipun."

Jodie menatap dengan mulut menga-nga, bahkan juga James. Tidak sedikit diantara mereka yang mengalihkan pandangan dengan wajah merona. Tapi tidak ada yang lebih merah dibandingkan wajah Shinichi. Berusaha bersikap biasa saja, Shinichi berdehem dan melanjutkan bicara seolah Shuichi tidak menempel rapat di belakangnya. "Em... Kodama-san, aku ingin kalian menyelidiki lebih jauh bersama orang-orang PSB tentang mata-mata di kepolisian Jepang. KID akan memberikanmu daftarnya," dan melemparkan tatapan kesal pada KID yang tidak berhenti terkekeh.

"Jadi... kalian benar-benar sepasang kekasih?" Jodie menyelidik penasaran. "Well, aku membacanya di Koran, tapi kukira itu hanya acting."

"Sebena—"

The Silver Bullet and His SniperWhere stories live. Discover now