Pria itu mengambil teropong tangannya dan sikapnya berubah menjadi serius. "Aku melihat ada dua orang Sniper di gedung Utara dan dua lagi di Timur."

"Aku tahu," saat pria itu menoleh, ia melihat Conan sudah melihat ke arah yang sama dengan mengaktifkan pengelihatan malam dalam kacamatanya. "Mereka selalu ada pada setiap pencurian KID."

"B.O... mengapa mereka ada di Pencurian KID?"

"Mereka berada pada divisi yang berbeda dengan Gin. Mereka mengkhususkan diri dalam pencurian. Kemampuan mereka tidak sebagus Chinati sehingga itu akan menguntungkanmu. Tapi pria dengan kode nama Snake sangat lihai kabur."

"Apa kau ingin menangkapnya?"

Conan menggeleng, "Tidak sekarang. Aku hanya ingin kau melindungi KID sementara aku bicara padanya. Jika kau beruntung menembak salah satunya," Conan menyeringai, "Aku pastikan Inspektur Nakamori atau Inspektur Megure mendapatkannya."

"Tembakanku tidak pernah beruntung, boya," kata pria itu sambil memposisikan diri. "Tembakanku akurat."

Conan berjalan menuju sinar bulan yang menerangi sebagian atap itu. Purnama kali ini begitu besar hingga seolah memenuhi sebagian langit. Udara dingin dan perasaan diawasi membuat bulu di tengkuknya berdiri. Tapi ia menepis itu karena ia tahu Shuichi akan melindunginya.

"Tantei-kun~!" suara KID tiba-tiba terdengar. "Aku kira kau pergi ke Amerika!" tentu saja KID tahu tentang hal itu, batin Conan. "Mengapa kau ada disini semetara yang lain mengira mu pergi kesana?"

Conan berbalik menghadapnya. Cahaya bulan di belakang Conan menyinari monocle dan membuat mata Indigo pencuri itu berkilau keperakan. "Seperti yang sudah kau tahu, KID. Ada alasan mengapa semua orang mengganggapku pergi. Tapi sebelum itu, aku ingin membicarakan hal yang penting denganmu." Pemuda itu berjalan ke arahnya, seolah percaya Conan tidak akan menendangnya dengan bola sepak atau menusukkan jarum bius ke lehernya. Melihat ekspresi dan nada suara Conan, membuat pemuda dalam selubung itu mengangguk dan berkata, "Aku mendengarkan," sambil berdiri dengan cara yang berbahaya di pinggiran gedung, seolah angin kencang yang mengibarkan jubahnya tidak membuatnya takut terjatuh. Tentu saja ia The Phantom Magician, lagi pula.

Tapi sebelum Conan sempat bicara, desingan peluru terdengar di kejauhan dan instingnya yang saat ini sedang waspada membuat tubuhnya bergerak dengan sendirinya. Ia menarik jatuh KID, tapi dengan bersamaan membuat lesatan peluru itu menggores lengannya. KID mengumpat sebelum desingan peluru kembali terdengar, tapi kali ini berasal dari arah berlawanan.

KID mendongak dengan mata lebar. Terkejut saat melihat Akai Shuichi dengan Senjatanya, menembak akurat para Snipernya. Desis kesakitan Conan membuat KID kembali tersadar dan menekan luka di lengan Conan. "Kau tertembak," suaranya cemas.

"Hanya tergores."

"Tidak ada anak normal yang bilang hanya tergores saat terkena peluru!"

"Kau tahu aku lain dari anak kecil kebanyakan, KID."

"Kau membawa Sniper." Wajah pokernya tidak menunjukkan apapun, tapi Conan tahu pemuda itu khawatir. Lagi pula ini bukan pertama kalinya mereka di terjang peluru bersamaan. Seperti ada kesepakatan tersembunyi diantara mereka untuk tidak mengungkapkan rahasia satu sama lain. Tapi Conan tahu, ini adalah saatnya.

"Aku tahu selalu ada Sniper yang datang setiap pencurianmu. Kau mencuri untuk membawa mereka keluar, kan? Orang-orang Hitam."

KID terkesiap. Tapi ia berhasil mempertahankan wajah pokernya. "Apa maksudmu? Aku pencuri, tentu saja aku mencuri."

Conan menghela napas, "Tidak usah menyangkal. Jika benar, kau tidak akan mengembalikan semua barang curianmu. Aku tahu kau sedang mencari sebuah benda spesifik. Apapun itu, ada pihak ketiga yang juga mencarinya. Kemungkinan besar kau melakukannya juga untuk menggiring mereka keluar," Conan menelengkan kepala, "Lagi pula aku tahu Paman Toichi bukan meninggal karena kecelakaan."

The Silver Bullet and His SniperWhere stories live. Discover now