Konflik itu Harus Membangun Rasa Penasaran - Sastra Indonesia Org

412 34 0
                                    

Halo sobat, kali ini mari kita belajar mengenai konflik yang membangun dan berhasil membuat penasaran pembaca. Ya, konflik harus mampu membangun rasa penasaran jika tidak ingin pembaca bosan dengan karyamu. Sebelum membahasnya lebih lanjut, jangan lupa berdoa terlebih dahulu, ya :-).

Udah berdoa kan. Mari kita lanjut belajar. Coba deh baca novel karya Asma Nadia berjudul Pesantren Impian. Menurut saya pribadi, novel ini sungguh membuat penasaran. Meski bagi saya mudah menebaknya, tetapi tidak membuat berhenti membaca di awal-awal cerita dan justru ingin membuktikan benar atau tidaknya tebakan saya. Karena clue yang disembunyikan sudah ada di bagian awal kisah (bagi yang mengetahuinya). Sebab memang masih banyak pembaca yang penasaran dengan akhir kisah tersebut dan bertanya-tanya.

1. Siapa sih pelaku pebunuhan sebenarnya itu?

2. Apakah polisi berhasil menemukan pelaku pembunuhan yang sebenarnya?

3. Siapa sih sebenarnya yang disebut si gadis itu?

4. Apakah sesungguhnya dia itu jahat atau baik?

5. Apakah dia ada di antara santriwan/ santriwati pesantren itu?

6. Lalu, rahasia apa yang disembunyikan Teungku Budiman?

Perlu kamu ketahui sobat, apabila pembaca bertanya-tanya dalam hati ketika membaca itu berarti kamu berhasil membangun rasa penasaran pembaca.

Bagi pecinta buku misteri adalah sebuah kebanggaan tersendiri, jika mereka bisa menebak siapa pembunuh sebenarnya yang ada di antara semua tokoh yang ada. Apabila pembaca gagal menebak, itu berarti penulisnya sangat piawai dalam membangun rasa penasaran.

Sebagai seorang penulis, memang harus mampu membuat konflik yang bisa membangkitkan rasa penasaran dan juga menjamin penyelesaiannya memuaskan pembaca. Sebuah rasa penasaran harus terjawab dengan ending yang bisa diterima.

Bagaiman sobat? Sudah paham kan sekarang? Bagi yang belum paham, boleh kok bertanya hehe.

TIPS MENULISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang