Prolog

1.8K 111 9
                                        


  Kubuka mataku perlahan. Namun begitu sulit bagiku untuk melakukannya. Kelopak mataku terasa begitu berat. Hasilnya, hanya sebelah mataku yang terbuka. Kurasa mata sebelahku lengket karena darah. Darah? Ingatanku melayang pada terakhir kali sebelum mataku tertutup. Itulah saat aku didepan komedi putar di pekan raya. Dengan sebatang lolipop ditangan serta permen kapas ditangan lainnya. Menunggu seseorang. Menunggu Sasuke, kekasihku, yang meninggalkanku dengan alasan ingin ke toilet. Namun disela-sela aku menunggunya, seseorang menumbuk kepalaku dengan tongkat baseball hingga aku tersungkur ketanah. Kemudian mataku buram. Yang bekerja hanyalah indra perasaku yang merasakan sesuatu menghantam tubuhku berkali-kali diberbagai tempat. Serta telingaku yang hanya menangkap dengingan suara ayunan tongkat baseball diudara sebelum menghantam tubuhku. Dan semuanya gelap.

Kemudian disinilah aku berada sekarang. Entah dimana. Aku juga tidak tahu. Aku mengerjapkan mata beberapa kali untuk menyesuaikan mataku dengan intensitas cahaya yang terang. Terlampau terang hingga membuat mataku sakit. Kemudian meredup.

Perlahan aku mulai mengenali ruangan dimana aku berada. Ini adalah sebuah ruangan kosong dengan debu setebal lima senti dan beberapa kursi logam berkarat yang jungkir balik tidak karuhan. Guratan-guratan hitam pada dindingnya yang berwarna putih pucat seolah menandakan bahwa ruangan ini seperti habis terbakar atau peristiwa semacamnya, membuat ruangan ini tampak mencekam. Dengan perlahan, mataku menemukan sebuah pintu besi disudut ruangan.

Ku bangunkan tubuhku yang terbaring lemah dilantai dan mencoba bergerak. Hasilnya, kurasakan sakit dan ngilu disetiap inci tubuhku. Dan akupun berhasil berdiri. Kemudian dengan tertatih ku langkahkan kakiku. Dan... Krakkk.... Sesuatu menahan langkahku setelah berjarak -+ 2 meter dari tempatku semula.

Apa ini? Kutatap sesuatu yang melingkar dikedua tangan dan kakiku. Rantai? Kenapa aku dirantai? Apa ini?! Siapa yang bermain-main denganku?! Dengan lemah ku goyang-goyangkan tangan serta dengan konyolnya berharap bahwa rantai itu akan terlepas. Rantai ini bahkan sangat besar seperti rantai untuk mengikat beban beton. Bagaimana bisa itu terlepas hanya dengan diguncang kan?! Kemudian kepanikan mulai merayapi tubuhku. Kuguncangkan semua tubuhku keras. Seolah itu mampu membuat semuanya terlepas. Firasat ku mengatakan ini berbahaya.

Kriettttt.... Deritan suaranya pintu besi yang terbuka membuatku menghentikan aktivitas dan mulai mendapatkan firasat baru bahwa sesuatu dibalik pintu itu akan mengancam hidupnya.

Kemudian sebuah langkah memasuki ruangan dimana aku berada. Langkah dengan sepatu kulit yang mengkilap. Diikuti dengan kaki berbalut celana kain. Kemudian badan dengan jas rapi lengkap dengan dasi. Kemudian wajah tertutup masker hitam serta rambut perak yang mengkilap karena gel rambut yang banyak-banyak dioleskan. Berani taruhan, pasti setiap harinya pria ini menghabiskan banyak gel rambut bahkan sekaleng sehari.

Pria itu mendekatiku. Sangat dekat hingga keningku dapat merasakan nafas hangatnya yang menyapu keringatku. Kupejamkan mataku mencoba mengumpulkan kekuatan untuk menendangnya saat tangan besarnya meraba-raba wajahku dan menyelipkan anak rambut yang menempel karena keringat ke belakang telingaku. Aku membuka mata. Saat keangkat kakiku, berbuat menendangnya, namun yang terjadi hanyalah gerakan kecil yang menyebabkan rantai-rantai berguncang dan bersuara seolah menertawakanku.

Desakan bibir dan dengusan nafas yang kudengar seolah menandakan bahwa pria itu tersnyum dibalik maskernya menertawakanku. Menertawakan usahaku untuk menghajarnya.

"Kau pasti bertanya-tanya siapa aku---" Pria itu menjauh dariku dan menarik sebuah kursi "---mungkin kamu melupakanku dengan begitu mudahnya---"Dia mendudukan diri dan bersilang kaki dengan congkak "---Tapi aku tak melupakanmu semudah kamu melupakanku"

"Kenapa kau melakukan ini? Apa salahku?!" Jerit ku seraya menghentakkan semua rantai sebagai protes.

"Diamlah sejenak. Relax...---" Dengan perlahan pria itu menurunkan maskernya. "... ---Do you remember this face? " Bibir itu menyunggingkan senyum Khas psycho yang membuatku meremang. Bukan hanya itu. Bibirku juga menganga sempurna mendapati wajah dibalik masker itu. Wajah itu.... Aku mengenalinya!

Into DeepWhere stories live. Discover now