Love And Guilt

243 17 1
                                    


Selama dalam penerbangan Arini tidak bisa memejamkan matanya. Mathias membayangi pelupuk matanya. Semua film yang disuka sudah ditontonnya sampai habis tapi tak terlalu mengingat isinya. Gambarnya berlalu dengan perasaan bersalah dengan Mathias dikepalanya.  Rasa bersalahnya menggerogoti hatinya. Arini masih tidak percaya mengapa dirinya membiarkan Gading menciuminya sejauh itu.

Arini tahu dirinya terbawa suasana yang ditawarkan Gading. Dia terjebak dan menikmati. Hari sebelum dia pergi, Diah menemuinya. Arini menceritakan persaannya. Diah malah tertawa, mendengar rasa bersalah Arini ke Mathias.

"Eh cuma ciuman aja kan, lagian kamu gak merencanakan pertemuan itu. Sudahlah lupakan aja. Dosanya buatku deh, kan aku yang bikin kamu ketemu Gading." Cerocos Diah gak bener sambil tertawa. Arini sewot gak tahu mau ngomong apa. Dipukulnya lengan Diah yang gak mau berhenti tertawa.

"Aku mesti bilang apa ke Mathias."

"Nggak usah bilang lah Rin, kamu kan balik ke Mathias bukan ninggalin dia. Anggap itu cobaan dan ternyata memang kenyataannya kamu betul-betul mencintai Mathias. Kalau enggak cinta pasti kamu gak bakal balik ke Belanda lagi kan." Alasan Diah menerangkan.

Benar juga sih, aku bisa tinggal dengan Gading dan hidup bersamanya kalau aku mau, pikirnya.

Arini juga menceritakannya kepada Ayu. Ayu yang sibuk dengan perceraiannya
menyarankan Arini berbicara dengan Mathias.

"Mathias mencintaimu Rin. Sebaiknya tidak ada rahasia dalam perkawinan, bagaimana kamu bisa merahasiakannya? Setiap kali kamu tidur dengan Mathias, pasti kamu akan ingat Gading. Lagian kamu berhenti tepat waktu."

Arini merindukan Mathias. Merindukan pelukan Mathias yang hangat. Berpisah tiga minggu memang menyegarkan pikirannya, bisa melihat dan berbicara dengan semua orang yang dicintainya. Itulah masalah yang dihadapi Arini di belahan bumi Eropa. Dia membutuhkan kehadiran keluarga dan sahabatnya. Setelah tiga minggu bersama mereka Arini merasa jauh lebih tenang.

Balik ke Belanda Arini membawa masalah baru. Bagaimana dia akan mengatakan kelalaiannya kepada suaminya. Sejak dia duduk di kursi pesawat, hatinya dag-dig-dug.

Matanya sekali melek menonton film tapi nggak nyambung sekali merem memikirkan cara dalam kesempatan apa dia akan mengatakannya (padahal memang hanya ciuman kan kata Diah! Tapi menurut Ayu juga harus bilang).

Sekali-sekali dia mendesah dan membenarkan duduknya.

Penumpang disebelahnya sedikit terganggu karena posisi duduk Arini berganti-ganti, membuat kursinya bergoyang-goyang, dan ribut. Juga dia sempat salah menarik selimut milik penumpang sebelah. Penumpang itu cemberut.

Arini meminta maaf dan mengatakan kalau dia sakit perut, alasan yang kebetulan memang betul, karena dia memikirkan masalahnya.

Mathias malam itu juga tidak bisa tertidur nyenyak. Hatinya gundah bagaimana caranya dia mengatakan kesalahannya kepada istrinya.

Arini pasti akan sangat kecewa dengan Mathias. Mathias sudah memastikan dirinya akan sanggup menerima segala macam kebencian Arini kepadanya tapi dia tidak akan sanggup bila istrinya menangis mendengar cerita buruknya.

Pagi itu Mathias datang jauh lebih awal di bandara. Membawa bunga yang di belinya kemarin sore. Hatinya tambah tidak karuan. Antara rindu dan ketakutan. Erna entah dari mana mendapat nomor teleponya, dia meneror habis-habisan lewat whatsapp.

Mengatakan cintanya pada Mathias dan siap menunggunya sampai dia menceraikan Arini. Mathias sudah menjawabnya dengan baik supaya Erna melupakan apa yang terjadi dan memaafkannya.
Lho kan bukan salah Mathias kalau itu terjadi, Mathias memang tidak tahu kalau Erna memasukkan Viagra di gelasnya. Hmmm...

Berpuluh-puluh pesan yang kirim Erna, semua penuh rayuan. Mathias sudah tidak menjawabnya, bahkan juga tidak membacanya.

Semua telah dihapus dari telepon genggamnya.
Mathias sudah berdiri di depan pintu kedatangan sewaktu Arini keluar mendorong trolli bagasi.

Mathias membawa setangkai bunga mawar untuk Arini dengan kartu yang kecil berbentuk hati dengan tulisan "I miss you."

Mereka berciuman dan berpelukan lama sekali. Melepaskan kerinduan dan rasa bersalah mereka masing-masing.

Ingin Arini dan Mathias mengatakan kesalahan mereka saat itu juga tetapi, tetapi meeka takut membunuh suasana. Akhirnya mereka memutuskan untuk meletakkan masalah itu di belakang kepala mereka masing-masing.

***

Sore itu Mathias mengajak Arini keluar makan malam, Arini masih capai sebetulnya tapi dia tidak ingin mengecewakan suaminya. Pergi dengan perasaan bersalah masing-masing menambah kedekatan dan keromantisan tersendiri.

Sekali lagi Mathias membelikan bouque
Arini menceritakan petualangannya dengan keluarga dan teman-temannya. Ayu menempati waktu yang cukup lama dalam penjelasannya.

"Setidaknya sekarang mereka berpisah dengan baik-baik. Semoga hidup mereka berdua akan lebih baik! Sering-seringlah kamu meneleponnya, aku rasa dia butuh dukungan mental selama menjalani proses perceraian." Saran Mathias.

Tidak berlebihan.

"Kasihan Ayu. Kuat sekali dia itu menutupi rumah tangganya selama ini. Cintanya ditunjukkan untuk melindungi mas Anjas." Arini menyudahi pembicaraan dan mereka meninggalkan restaurant untuk pulang setelah membayar rekening.

Arini kelihatan sudah tidak kuat menahan kantuknya. Di rumah Arini menuju langsung  tempat tidur dan merebahkan tubuhnya di ranjang.

"Tidak secepat itu kamu meninggalkanku. Kamu tidak akan kubiarkan tidur sebelum menciumku." Bisik Mathias sambil menciumi istrinya. Arini tersenyum.

"Ik hou van jou."

"Ik hou ook van jou," jawab Arini mesra.

Mathias semakin ganas menciumnya. Malam itu mereka bercinta dan melupakan rasa bersalah mereka. Untuk sementara.

❤️❤️❤️


Ik hou van jou: I love you
Ik hou ook van jou: I love you too

Akhir Sebuah KesepianWhere stories live. Discover now