"Kau hadir sekejap, membawa seribu rasa. Adiksinya aku hingga lalai pada yang Satu. Ternyata kisah kita efemeral semata, berakhir lara. Seingatku kau lah bitara, hakikatnya dikau pembunuh sukma. Anggapan ku kau sang abahati menyuluh kelamku yang sunyi, ternyata kau seperti yang lain hilang membawa diri. Tinggal aku diulit sepi sendiri. Dulu aku persis savana, kini hanyalah gurun lara.
TERTANYA aku, rasamu terhadapku segenggam nuraga atau segunung tresna? Sungguh kau benar-benar enigma!"
.
.
.
.
.
Tersentak aku dari melayan debat hati dan akal, ternyata lama ku bermonolog di bawah mangata. Tidurlah diri, biar masa mengubati.
-Nuai Kun-
YOU ARE READING
Aksara Pujangga
PoetryDalam tiap bait, punya maksud tersirat. Kehidupan kiwari kini, buat aku tercari interpretasi realiti dalam dunia penuh ilusi.🖤 Aku sang teruna, menghasil bait bukan untuk berfoya.🍂 Aku cumalah menulis, sekadar untuk menyampai rasa.🍃