Chapter Eighteen - Jail of Love

Start from the beginning
                                    

Singto tersenyum santai dan menjawab. "Well, harta karun hanyalah umpan..." ia berhenti sejenak dan menimbang apakah sebaiknya ia memberitahu Krist atau tidak.

"Aku benci jeda yang panjang!!!" ymtukas Krist. "Katakan sekarang!"

Singto menghela nafas panjang sebelum melanjutkan. "Kurasa, kakek dan ayahku menyembunyikan sesuatu yang dicari oleh penculikku, seperti sesuatu yang mungkin bisa mengirimnya ke neraka..."

Krist berpikir sejenak, mencoba mencerna ucapan Singto. "Ha? Sesuatu...seperti apa? Bom waktu?"

"Mungkin, aku tidak tau..." jawab Singto, ia lalu menarik kursi di dekat meja dan duduk. "Duduklah, akan kuceritakan semua yang kuketahui..." pintanya pada Krist.

Krist memantung sejenak sebelum menarik kursi dan duduk di samping Singto.

Singto memberitahu Krist semua yang ia dengar dan bicarakan dengan Kane dan Pakorn.

"Lalu menurutmu dimana kakekku atau ayahmu mungkin menyembunyikan bukti tersebut?" tanya Krist gusar, dan tiba – tiba saja ia teringat ukiran yang ia temukan di bawah kasur di kamar kakeknya, di Suphan Buri.

Keduanya pun saling bertukar pandang, seakan pikiran mereka terkoneksi dan mendapatkan petunjuk tujuan mereka selanjutnya.

Sialnya, Krist tidak memiliki ponselnya saat ini, para petugas menyita seluruh barang bawaannya sebelum menyuruhnya masuk ke dalam sel. Namun Krist bisa mengingat dengan jelas bentuk ukiran dan urutan angka pada kayu tersebut, tetapi ia membutuhkan browser engine dan koneksi internet untuk mencari tau lokasi koordinat tersebut.

Krist pun mengumpat dengan kesal, lalu berdiri dan berteriak memanggil petugas agar mengembalikan ponselnya, namun tidak ada seorang pun yang menghubrinya.

"Sialan!"

"Jangan khawatir, kita akan menemukannya!" Singto menghiburnya. "Kita tidak boleh gegabah dan harus memastikan tidak ada yang mengikuti kita ke lokasi tersebut, jika sampai buktinya jatuh ke tangan yang salah, maka ayahku dan kakekmu mati sia – sia..." tutur Singto.

"Jangan khawatir, kita pasti akan mendapatkan keadilan untukmu! Aku akan mengembalikan nama baik kakekku dan ayahmu! Percayalah padaku!" Krist menyemangatinya.

"Terima kasih.."

"Tetapi, apa yang akan kita lakukan setelah mendapatkan buktinya? Bagaimana kita membuat orang jahat itu memetik karmanya?" Krist terlihat khawatir.

"Kita butuh seseorang untuk membawakan granat dan meledakkannya!"

Ia membuat interpretasi siapa orang yang bisa dipercaya membawa bukti dan bisa mewujudkan keadilan.

"Aku tidak percaya dengan keluargamu!"

"Maksudmu P'Pakorn atau P'Kane?"

"Keduanya!" sahut Singto cepat.

"Well, tadinya aku juga curiga pada P'Kane, tetapi kini instingku mengatakan ia bisa dipercaya, sedangkan P'Pakorn..." Krist berhenti sejenak. "Sepertinya kini aku tidak mengenalinya, padahal dulu aku sangat dekat dengannya...dia sudah seperti ayahku..."

Mendengar nama Pakorn, membuat Singto teringat sesuatu, ia lalu memandang Krist lurus dan berkata dengan ragu – ragu.

"Ngomong – ngomong...dokter itu memberitahuku, bahwa kau mengalami amnesia saat usia delapan tahun, apakah itu artinya....kau tidak ingat apa yang terjadi sebelumnya? Kau...tidak ingat padaku?" ia mengganti pertanyaan. "Apakah kau tau kalau kita pernah bertemu waktu masih kecil?"

Krist terkejut oleh pertanyaan Singto, ia  membisu sejenak dan mencoba mengingat kembali isi pembicaraannya dengan Pakorn saat di Suphan Buri Hospital.

Bahasa Indonesia - Last Chapter of My Story - ENDWhere stories live. Discover now