nb : langkah pertama buat background anda menjadi hitam.
Bel tanda pelajaran masuk berdering. Sistem disini masih sama, mengharuskan semua muridnya duduk beradu pelajaran. Mengena siapa yang bodoh dan pintar.
Mafu menatap jenuh, tak bergeming semenjak pagi tadi. Ia bosan sebenarnya. Tak membahas apa-apa, hanya terdengar ocehan guru matematika. Ia menengok kesamping, memperhatikan wajah murid baru yang diantarnya. Tatapan tajam masih diperlihatkan, benar-benar orang aneh batinnya.
Fokus. Ia alihkan pada saat guru bernama Hanatan itu berteriak. Ia terkesiap, apa yang membuat wajah tenang guru itu ketakutan. Semuanya menoleh kearah jendela. Disana, tepatnya diatas gedung ruang musik. Berdiri seorang pemuda yang siap meloncat.
Gila batinnya. Dengan segera ia berlari keluar diikuti siswa yang lainnya. Menaiki tangga darurat menuju atap ruang musik. Sesampainya ia melihat pemuda itu, dia jelas mengenalnya Seikawa Kain anak kelas 2-3. Anak penuh senyuman yang selalu menggoda dan meremehkan wakilnya. Bagaikan seorang adik dan kakak.
Ia terkesiap saat Kain mulai memajukan langkahnya, membuat sebagian orang yang menonton berteriak. Bahkan ada yang menvideokannya. Dasar orang-orang tak bermoral. Ia menarik Kain sampai terjatuh bersamanya, yang dilihatnya pertama kali membuatnya terkejut. Tangannya gemetar, yang ia selamatkan bukanlah manusia.
Soraru yang masih berada dikelas dengan Sou didepannya, terkekeh pelan, "Bodoh." Desisnya.
Sou sendiri hanya menyunggingkan senyumnya, sembari memainkan remote control ditangannya.
...
"Mafuuuuuu!!!!" Teriak seseorang.
Mafu berbalik dengan keadaannya yang menyiratkan keterkejutan. "Tenanglah tenang! Aku sendiri hampir saja gila mendengar Kain mau bunuh diri. Tapi yang ada dihadapan kita ini bukan Kain!!" Bentak Amatsuki.
Mafu menutup kedua telinganya saat berdengung. Ia menatap tak percaya yang diselamatkannya adalah robot. Lalu siapa yang tega melakukan hal itu? Dari belakang pintu, seseorang bertopeng hitam terkekeh. Ia memasukkan kedua tangannya kedalam saku, dan mulai bersenandung riang.
"Tontonan yang menarik." Katanya beranjak pergi.
Mafu memasuki ruang OSIS setidaknya ia ingin membolos hari ini, melihat sosok wakilnya yang tertidur diantara tumpukan laporan membuatnya menggebrak meja, dan pemuda itu reflek tergagap menyorotkan kemarahan.
"Kamu kurang kerjaan atau gimana sih maf?!" Bentaknya.
"Kamu bercanda Luz?! Aku hampir aja mati tadi! Dan kamu?? Malah asik tiduran disini, dasar jerapah biadab." Katanya duduk di kusri putarnya.
Luz mengernyit heran. Mati? Kalau bisa memang mati saja batinnya. "Aku ngga tau dan ngga mau tau." Katanya menyeruput tehnya yang sudah dingin.
Mafu menatap bengis. "Kau tau, tadi Seikawa-kun hampir saja mati loh~"
"APA?!!" Pekiknya menyemburkan tehnya.
Ia bergegas hendak keluar sebelum Mafu melanjutkan perkataannya. "Tapi itu hanya robot peniru saja." Luz berbalik menatap Mafu. "Sialan." Katanya.
"Tapi satu hal yang mengherankan, bagaimana bisa ada robot peniru? Bukankah pemerintah Jepang membatalkan program robot tahun lalu?" Bingungnya.
Luz ikut berfikir dengan Mafu, ia juga merasakan hal ganjil. "Hmm, aku fikir itu juga aneh. Akan aku selidiki secepat mungkin."
...
Tak .. tuk.. tak.. tuk..
Suara sol sepatu bergema dilorong sepi. Seseorang berjalan santai sembari melewati penjagaan ketat, bahkan ia tersenyum manis dibalik topeng badutnya.
"Hallo!" Ucapnya membuka pintu dengan seenaknya.
Seseorang didalam terkejut bukan main. Ia bahkan menjatuhkan tabung kaca kelantai sampai pecah. "Ck sialan. Kalau masuk pake etika dong." Gerutunya.
Topeng badut itu terkekeh pelan. "Kan biar suprise gitu Kei-san."
Keikiro menatap jengah topeng badut dihadapannya. Ia masih sibuk membersihkan pecahan kaca di lantai, bukannya membantu topeng badut itu malah duduk sembari memperhatikan ruangan khususnya.
"Mengapa kamu kemari Seiro?"
"Kan kamu duluan yang meninggalkanku." Desisnya.
"Karena kamu berisik sih. Dah sana pergi dari ruanganku!"
"Tapi aku membawa kabar untukmu Prof. Keikiro buronan pemerintah." Bisiknya.
"Ikuti aku."
...
Bel pulang sekolah. Mafu mengambil tasnya kembali. Sudah tidak ada orang sama sekali di kelas, ia berjalan dengan cepat melewati lorong-lorong menuju gerbang belakang. Karena jam segini pasti gerbang depan sudah ditutup.
Ia menyalakan ponselnya dan mulai memutar lagu. Memasangkan earphone pada telinganya, dan terkekeh mendengarkan tiap alunan nada. Dipersimpangan belokan, ia mendapati seseorang yang dikenalnya. Ia membekap mulutnya sendiri dan mulai mendengarkan pembicaraan mereka.
"Bagaimana apakah benar dia?" Tanya pemuda bersurai kecoklatan dengan kacamata membingkai maniknya.
Pemuda bersurai merah dihadapannya mengangguk. "Benar itu dia Prof. Shoose."
"Kita harus cepat membawanya ke lab untuk uji coba. Karenanya penelitian kita harus terhenti Araki." Kata Shoose penuh penekanan.
Araki memainkan belatinya. "Kalau dia menolak aku boleh memakai kekerasan bukan?" Tanyanya.
"Tentu saja. Biar aku yang mengurus tentang Prof. Tomohisa nanti."
Brak— keduanya terkejut. Ternyata ada yang masih di sekolah, kalau sampai ia membeberkan pembicaraan tadi. Bisa kacau rencana mereka selama bertahun-tahun. Dengan cepat Araki mengejar seseorang yang bersembunyi dibalik tembok tadi.
"Siapa disana?!"
Mafu terus berlari. Dia mengeratkan jaket hitamnya sampai menutup wajahnya. Air mengalir deras dari pelipisnya, saat melihat Araki mengejarnya dengan belati mengkilap. Ia berbelok-belok di lorong itu, sampai sebuah tangan membekap mulutnya.
"Sial. Dimana orang itu?! Bisa-bisa aku dipecat oleh Prof. Tomohisa." Katanya berbalik pergi menuju Shoose kembali.
Mafu terengah. Ia menatap siapa orang yang menyelamatkannya. Si muka datar sialan, Soraru si murid baru itu. Soraru memalingkan wajahnya, mengisyaratkan untuk diam dengan jemari telunjuknya. Ia masih sibuk mendengarkan langkah Araki yang menjauh.
Ia melepas tangannya yang membekap Mafu. "Kau sudah gila ya?! Kau hampir saja membunuhku!" Cercanya.
"Diam." Sentaknya.
"Apa yang kau dengar?!" Tanyanya.
Mafu menggeleng, ia merapatkan bibirnya. Tidak akan menjawab pertanyaan Soraru. Bisa saja orang dihadapannya akan ikut dalam kesalahannya.
"Katakan bodoh!" Tegasnya kembali.
"Tidak!" Kata Mafu dan berlari menjauh dan terpaksa menaiki gerbang depan.
Soraru memiringkan kepalanya. Ia menarik sebuah kalung dari dalam kemeja sekolahnya, memperhatikan dengan jelas bandul botol kaca kecil, bersama bunga dandelion yang diawetkan di dalamnya.
"Anata ga inakute sabishīdesu."
...
To be continued.
Eh masih ada yang baca gasih? tapi gapapalah gas aja sekalian buat menuhin asupan juga /di slepet.
aku tuh mau bikin humor tp gabisa 💔
sebenernya aku ngetik tuh mentok 1000 words aja :( tapi aslinya mau lebih ashsysy okey kedepannya jangan kaget kalau makin panjang dan mulai ada anunya /kabur
—🍰
CZYTASZ
「 Clean Break!! 」
Tajemnica / ThrillerDasar otak-otak manusia yang tak terpakai! Mereka kejam, mengorbankan seorang anak kecil hanya demi gelar ilmuan. Menyiksanya, bahkan memasukkan chip dan merusak harga dirinya. Apakah kalian tak berfikir bagaimana nasib seorang kelinci percobaan? Di...
