San

342 48 2
                                    

Tidak terasa ternyata sudah memasuki waktu istirahat. Huh, lagi-lagi aku memikirkan dia.

"Hey, ayo kekantin. Perutku sudah mendemo minta diisi."
Tanpa menjawab, aku langsung berdiri dan berjalan meninggalkannya.

"Heeeeyyy. Kenapa kau meninggalkanku." Katanya saat berhasil menyamai langkahku.

"Kau lambat."

"Jangan mehina. Kau saja yang jalannya terlalu cepat. Apa kau sangat lapar? Makanya jalanmu cepat." Memutar mata pertanda aku malas meladeninya.

.

"Kau memikirkan dia lagi?" Aku tersentak.

"Apa."

"Ya bagaimana ya. Dua bulan belakang ini kau sering melamun kalau di kantor. Saat jalan menuju kantin kau memang disampingku, tapi pikiranmu yang melayang-layang. Terkadang kau makan dengan cepat lalu melamun melihat jendela. Terkadang makanannya hanya kau aduk-aduk saja lalu kau menghela napas dan melihat jendela. Bahkan pernah kau hanya membeli minuman untuk mengganjal perutmu, itupun tidak sampai setengah kau meminumnya."

"Apa sampai segitunya." Ia mengangguk dengan pasti.

"Katakan ada apa. Kita tidak berteman baru kemaren."

Tidak ada pilihan lain selain menceritakan yang terjadi padanya. Memang benar kita tidak berteman baru kemaren, melainkan sudah dari sekolah dasar.

"Benarkan apa kataku." Ucapnya dengan bersemangat.

"Pelankan suaramu. Ini kantin. Bukan kebun binatang."

"Ais. Tidak peduli. Yang kupedulikan itu kau. Kenapa kau hanya berpikir, kau tidak akan mendapat jawabannya kalau hanya berpikir."

Menghela napas.

"Ini persoalan yang mudah. Kau hanya harus datangi dia dan berkenalan lalu bertanya  pertanyaan yang mengganjal di otakmu. Tidak sesulit itu."

"Ini tidak seperti yang kau pikirkan."

"Apa, huffh. Kau hanya harus membuang jauh-jauh egomu itu... Nahhhh. Itu dia." Aku mengakat alis meresponnya. "Egomu adalah segala-galanya. Makanya semua jadi rumit." Dia tertawa setelahnya.

"Sudah puas tertawanya."

"Belum. Hahahhaha. Aduhh perutku sakit. Heii kau mau kemana? Bertemu dengan dia?"

"Bodoh, kembali bekerja."

"Hah, tuhan kenapa aku harus punya teman seperti dia yang mempunyai ego setinggi harga dirinya."

"Semoga kau berbasil dude."

.

.

.

Tbc.

This Is Fate (✔)Where stories live. Discover now