Bukan yang Pertama Bagiku

27 2 0
                                    

Masih di sini, sudut putih ruangan yang engkau juga akan ingat meski sekilas saja melihat.

Secangkir kopi hitam, pena dan kertas putih yang hanya mereka saja yang paham apa yang raga ini rasa.
Selainnya hanya pelengkap derita dan cerita yang panjang alurnya tertapaki hingga kini.

Sebagai saksi bahwa hati pernah tertawa ceria dan menangis lara.

Ada beberapa kawan sesekali, bertanya kabar dan selalu terjawab.. "Oh, semoga kamu masih bisa menatap langit dan menggurat cerita di awan, kami tau itu sulit dan sakit.. Tapi kami percaya, kamu selalu bisa.. "

Respon ku? Seperti biasa, "Makasih kawan.. "

Hmm.. Nafas ini dari hari ke hari tak pernah lega terasa. Selalu ada sesak yang tak bisa di ungkapkan dengan kata dan penaka.

Ya, mungkin aku pecundang, tapi setidaknya aku pernah berusaha tegak memandang arah. Tak seperti lainnya, lari dari kenyataan pahit getirnya perasaan..

Tak mengapa kau anggap aku begitu, di sebalik ujaran toh ada rasa yang sempat berdendang dalam relung terdalam.
Ianya tersenyum..
Ianya pun berbinar..

Ada hal yang kan tergurat lama berbekas, pengakuan yang sempat menggugah jiwa rapuh ini.
Bahwa kamu suka aku, bukan semata karena kamu suka aku.
Tapi bukan pula pelarian dari sekian banyak jiwa-jiwa yang singgah di beranda hatimu..

Bangga mendengarnya di telinga, meski beda rasa di jiwa.

Tak mengapa..

Toh sejatinya, meski goresanmu berbekas lama, terpatri di jiwa..

Kau pun bukan yang pertama bagiku.. meski bayangnya banyak membekas..

Antara Aku, Kau dan Hijrah KitaNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ