Dua orang remaja sedang berdiri di dekat sebuah motor yang diparkir di halaman sebuah gedung di daerah Tembalang. Gedung yang sering digunakan oleh berbagai mahasiswa untuk melakukan kegiatan mereka dan bernama Gedung Serba Guna.
Mereka terlihat sesekali saling mengobrol dan tertawa.
Mereka adalah Wanara dan Tri yang sedang menunggu Dian karena sudah janjian di tempat ini.
Tak lama kemudian, sebuah sepeda motor matic bermerk Honda datang ke dekat mereka. Seorang gadis cantik dan tersenyum sumringah terlihat mengendarai sepeda motor itu.
"Lama ya nunggunya?" tanya Dian setelah turun dan menyalami Wanara.
"Nggak kok Yan, baru juga datang," jawab Wanara, "Ni temanku. Tri," lanjutnya sambil memperkenalkan kawan di sebelahnya.
"Dian," kata Dian pendek sambil mengulurkan tangannya ke arah Tri.
Tri menyambutnya dengan segera. Matanya terlihat berbinar-binar saat melihat Dian. Dasar jomblo.
"Tri," jawab Tri dengan senyuman tengil di bibirnya.
"Mmm. Kita ke kosan Dewi ya? Dah ditunggu," kata Dian kemudian.
"Oke. Aku ngikut dari belakang ya?" jawab Wanara.
"Anu. Kamu naik motorku aja ya? Aku mbonceng di belakang," jawab Dian.
Wanara dan Tri terlihat kaget.
"Kode keras Wan. Kode kerassss!!" kata Tri sambil tertawa terbahak-bahak.
Wanara hanya tersenyum salah tingkah dan Dian menundukkan kepalanya malu-malu.
Tak lama kemudian, mereka bertiga sudah berlalu menuju kosan Dewi. Jarak antara kosan Dewi dari GSG tak terlalu jauh. Dalam hitungan menit saja mereka sudah sampai ke tempat yang mereka tuju.
"Wi..." panggil Dian sambil mengetuk pintu kamar kos Dewi.
Kosan khusus wanita ini lumayan mewah dan melarang keras tamu pria penghuninya untuk masuk ke dalam, karena itu, Dian lah yang nyamperi ke sini.
Tak lama kemudian, seraut wajah cantik yang terlihat pucat menyembul dari balik pintu.
"Anak itu dah disini Yan?" tanya Dewi.
"Anak itu punya nama Wi," sungut Dian.
"Ih. Apaan sih?" gumam Dewi dalam hati karena jawaban Dian yang agak senewen dengan pertanyaannya.
"Udah. Mereka nunggu di depan," jawab Dian sambil memutar badannya.
Tak lama kemudian, empat orang duduk di ruang tamu rumah kosan Dewi.
Mereka belum membahas masalah Dewi dan hanya sekedar bercanda sekenanya. Dian yang paling antusias dan tidak melepaskan pandangannya dari Wanara.
Semua orang juga tahu kalau tu cewek naksir si bocah. Justru si bocah sendiri yang keliatannya malah nggak nyadar.
"Mmm. Jadi... Dian udah cerita Wan?" tanya Dewi.
"Cerita apaan Mbak?" tanya Wanara.
Dewi melirik ke arah Dian dengan pandangan penuh tanya dan sedikit menyalahkan Dian. Tapi Dian membalas tatapan Dewi dengan berani.
Melihat interaksi mereka berdua, Wanara hanya tertawa.
"Dian udah cerita kok Mbak," kata Wanara pelan.
"Huft!!" dengus Dewi kesal.
Wanara hanya tersenyum simpul lalu dia melihat ke arah sekelilingya.
"Yakin mau dilakukan disini?" tanya Wanara tak lama kemudian.
"Apanya?" tanya Dewi kebingungan.
Wanara menarik napas dalam.
"Mmm. Mereka itu mahluk pendendam. Untuk nyelesain ini, kita musti tahu apa penyebabnya. Kami biasanya narik si mahluk ke tubuh salah satu rekan kami lalu menginterogasi mereka, supaya tahu apa maunya. Meskipun sebenarnya itu ndak perlu juga sih," tanya Wanara sambil melirik ke arah salah satu sudut ruang tamu.
Tri yang sedari tadi duduk di sebelah Wanara juga tersenyum kecil sambil melirik ke arah yang sama dengan Wanara. Tangan kanan Tri secara tak sadar membentuk cakar dan mencengkeram pahanya sendiri kuat.
YOU ARE READING
02. Follower (On Going)
Horror(Horror) Follower berasal dari kata follow dengan akhiran -er. Follow mempunyai arti mengikuti. Penambahan akhiran -er memberikan makna sesuatu yang melakukan sebuah aksi. Jadi dalam hal ini follower berarti sesuatu yang mengikuti. Pernahkah kalian...
