1

52 14 3
                                    

Pagi itu cuaca mendung seperti akan turun hujan. Suasana yang sangat pas untuk menikmati tidur lelap. Namun tidak dengan seorang wanita paruh baya yang sengaja bangun awal untuk menyiapkan masakan untuk keluarganya. Wanita keibuan itu bernama Farah Lestari.

"Dya bangun! Bantuin bunda dong " Pinta Farah .

"Iya Bun,,, bentar " jawab putrinya.

Putrinya bernama Anindya Zahra, anak kesayangan Farah .

Anindya pun menghampiri Farah yang sedang memasak di dapur . Kini Anindya masih menginjak usia 14 tahun dan duduk dikelas 9 smp.

"Bun besok aku mau latian buat USBN ,pulangnya agak sore " Kata Anindya sambil mengelap piring.

"Oke,nanti Bunda jemput "

"Oke Bun "

"Iya udah sana siap-siap berangkat sekolah, nanti telat " Farah menyuruh putrinya untuk bergegas bersiap-siap.

"Oke Bun " Anindya pergi untuk mandi meninggalkan Bundanya yang sedang membuat susu.

***

Kehidupan mereka berjalan dengan nyaman dan normal seperti biasanya.
Hingga tiba saatnya putri semata wayangnya menginjak masa SMA.

Perasaan khawatir dan gelisah dirasakan ibunya setiap waktu. Farah tidak mau apa yang terjadi pada dirinya terjadi juga pada anaknya.

"Bun nanti aku pulang telat iya, mau jalan sama temen " Kata Anindya kepada Farah saat dia sedang memasak di dapur.

"Kamu engga kasian sama Bunda sendirian dirumah " Kata Farah kepada Anindya anaknya sambil memberika segelas susu kepadanya.

"Bun cuma sebentar kok ,janji deh engga akan sampai magrib " Pinta Anindya kepada ibunya sambil memeluk ibunya dari belakang.

"Engga Dya,kalo abis sekolah yang pulang ke rumah langsung jangan mampir-mampir " Jawab Farah menahan Anindya supaya tidak pergi setelah sekolah.

"Bun sejak dulu aku tuh nurutin semua yang Bunda bilang, sekarang aku udah besar bun. Kenapa sih masih dilarang sana-sini !? " Anindya pergi menuju sekolahnya dan mencium tangan ibunya tanpa sepatah kata apapun.

Farah hanya terdiam mendengar perkataan putrinya .

Bukan gitu sayang ,ibu engga mau kamu salah pergaulan dan tersakiti oleh lelaki yang tidak bertanggung jawab :(

Air matapun jatuh membasahi pipi Farah.

***

"Nin " Panggil teman Anindya dari sebrang jalan .

"Iya Ren "

"Nanti ikut engga ,pergi ke mall makan sama nongkrong gitu " Ajak Renata .

" Engga jadi Ren ,aku disuruh pulang awal sama Bundaku " Jawab Anindya dengan muka lesu.

" Iya udahlah, gue cabut dulu iya " Renata pergi meninggalkan Anindya di lobi sekolah .

Renata adalah salah satu siswi yang ikut geng Kak Clara, geng yang famous di sekolah. Dari dulu Anindya ingin bisa menjadi salah satu bagian dari mereka . Banyak yang mengenal,di incar cowok-cowok dan isinya anak gaul dan berduit .

Enak juga jadi Renata,huh kapan bisa masuk group itu ,ikut cis dan banyak yang kenal .

Pikir Anindya dalam hatinya . Lalu berangjak pergi menaiki anak tangga menuju kelasnya .

"Hay Nin " Sapa seorang laki-laki didepan kelasnya .

"Hay ,lagi ngapain didepan kelasku? " Tanya Anindya ke laki-laki itu.

Laki-laki itu adalah Riko Brayen Sasongko, siswa kelas 11 Ipa 4 . Anindya dan Riko kenal saat dikelas 10 dan kebetulan kelas yang sama juga.

" Nunggu kamu "

"Ha? Ngapain " Tanya Anindya heran .

"Nanti makan yuk ke kantin ? "Ajak Riko.

"Maaf,aku mau ngerjain pr " Anindya melewati Riko dan masuk kedalam kelasnya.

***

Bel sekolah pun berbunyi dan semua siswa keluar sekolah.

"Dya " Panggil Anindya dari jauh .

Anin pun melihat kearah pangg tersebut dan itu adalah ibunya yang sudah menuggu didepan sekolah.

"Nin masih aja sama ibunya " Tanya salah satu siswi .

"Iya gapapa " Anin membalasnya dengan tertawa kecil.

Anin berjalam menuju ibunya.

" Bun kok dijemput sih, aku engga bakal pergi kok "

" Iya ibu takut aja , iya udah yuk pulang " ajak ibunya.

Anindya masuk kedalam mobil dan ibunya mulai melajukan kendaraannya menuju rumah.

"Bunda kok pulang awal sih?"

"Sengaja mo jemput kamu "

"Bun kapan aku boleh pulang sendiri, pergi keluar sama temen,engga pernah sama sekali ,aku tuh pingin kaya anak remaja yang lain! " Anin sedikit menekan perkataan.

Farah hanya menatap jalanan tanpa melihat dan mendengarkan putrinya.

Sesampainya di rumah Farah langsung pergi masuk kedalam rumah tanpa berbicara sedikitpun dengan putrinya.

Anindya pun diam,ia merasa bersalah dengan perkataannya pada ibunya.

***

BUNDA (TAMAT) Where stories live. Discover now