(2) How Can I Explain This feeling?

217 24 1
                                    

Langit malam dengan segala keindahannya, aku menyukainya. Memandang bintang di langit malam yang cerah, bintang yang bersinar sangat terang.

Aku berpikir keras ... bintang apakah itu? Bahkan hingga hari ini aku masih memikirkannya, bintang itu ... entah mimpiku atau kenyataan ... yang jelas aku ingin melihatnya sekali lagi.






.
.
.
.
.
.
.






"Lalisa, kau membolos kelas lagi ya?"

"Ah ... Jennie ya ...?"

"Ya ini aku, kau pikir memangnya siapa lagi? Pak Guru jadi rusak suasana hatinya karena ada anak yang membolos di kelasnya, satu kelas kena tahu!" ujar Jennie seraya berkacak pinggang.

"Ya maafkan aku ya, sudah Jen jangan marah-marah nanti cantikmu hilang."

Suasana rooftoop yang begitu tenang, hanya ada angin kecil yang menyapu rambut halus kedua gadis itu. Lalisa membangunkan badannya setelah berbaring lama disana, ia menepuk-nepuk roknya yang terkena debu sembari merapikan rambutnya sedikit.

"Jangan membolos lagi Lalisa, untuk kali ini saja aku maafkan."

Lalisa berlari ke arah gadis mungil itu dan merangkulnya, "Iya Jennie, kali ini saja karena kita akan masuk liburan musim panas."

"Aku sudah membawakan tasmu, ayo kita pulang dan menuju halte." ucap Jennie.

Kedua gadis itu menuruni tangga dengan cepat menuju halte. Saat beberapa langkah Lalisa tertegun, Jennie tertinggal jauh dibelakangnya.

Ia — Jennie tengah terdiam, netranya memandang lurus memandang seseorang yang tengah berdiri di halte.

Lalisa berlari ke arah Jennie dan meraih tangan gadis itu, "Bisnya akan segera datang, kau berhutang cerita padaku sekarang ayo kejar sebelum tertinggal dan menunggu lama di halte."

Dengan napas terengah-engah mereka beehasil mengejar bis tersebut, Lalisa dan    Jennie memilih duduk di posisi bangku paling belakang.

"Sebenarnya aku sedang menyukai seseorang." bisik Jennie.

Lalisa tiba-tiba terbatuk dengan keras dan berusaha menghentikannya.

"Kau menjadi pusat perhatian, kau kenapa sih ... padahal aku hanya memberitahukan hal biasa untuk seumuran remaja."

"Aku hanya terkejut ... soalnya tiba-tiba banget ..."

"Lalisa sudah melihatnya bukan, laki-laki berambut ikal, sedikit panjang, berwarna hitam."

Lalisa mengerutkan dahinya, "Ah... laki-laki yang tidak menoleh ketika aku batuk ya ... aku kira Jennie suka dengan yang duduk disebelahnya — laki-laki dengan rambut cokelat."

"Kalau kau suka dengan yang disebelahnya ambil saja."

Lalisa menahan tawanya, dan kemudian tersenyum.

"Entahlah .... "

Setengah jam perjalanan menuju pemberhentian halte yang mereka tuju. Lalisa terkejut, bahwa ternyata dua orang laki-laki itu juga berhenti di halte yang sama.

Dear My BooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang