15. Shaenette Dan Nana (SDN)

2.9K 323 18
                                    


Tandai typo... 

Maaf part pendek.. 




Happy Reading 

.

.

.

.



🌞 Billal Pov 


Ku hela nafas Ku beberapa kali. Melihat beberapa foto Nana di kamarku,  rasanya membuatku sesak.  Apa yang harus aku lakukan sekarang. Rasa sayang dan rindu ke Nana itu masih ada,masih memenuhi hatiku. 

Padahal sudah empat tahun ini aku berusaha melupakan Nana, tapi kenapa rasanya sudah sekali. Rasanya kenangan itu sudah terpatri di sana. Aku mencoba melirik gadis lain,  namun getaran itu tidak ada.

Getaran hati, mengingatkan aku tentang Shae, gadis cantik bak boneka itu yang membuat jantung Ku berdegup .  Dia orang Kedua yang bisa membuat jantung ini merasakan euforia jatuh cinta, hanya dengan senyumannya saja. Dia mampu membuatku merasakannya.

Tapi tentang dia yang memang benar bisa melihat orang yang akan meninggal,  membuatku ngeri.  Ada ya orang seperti dia, apa tante Alexa juga seperti Shae.

"Mau kemana kamu Bil?". Aku menoleh dan memeluk Mamaku. 

"Pergi bentar Ma, sebelum melaksanakan tugas pertama". 

"Hati-hati ya Bil, jangan ngebut". 

"Siap Komandan Mama".

Aku langsung menaiki motor kesayangan Ku menuju tempat yang sudah lama tak Ku kunjungi.  Sebuah tempat yang sudah mengubur semua kenanganku dan dia.

Aku sampai juga di tempat ini. Ku usap nisan bertuliskan Asmaul Husna.  Aku berdoa untuk Nana. Ku tabur bunga yang Ku beli khusus untuk Nana. Aku tersenyum getir melihat makam ini. 

"Apa kabar Na?". 

Aku mendengar suara langkah di belakang Ku, saat aku menoleh kebelakang,  aku melihat Shae berdiri mematung.  Dia memandang bergantian makam dan depanku. Dia kenapa sih.

"Nana?".

Aku berdiri saat dia menyebutkan nama Nana. Aku mengernyit kening bingung.  Maksud dia apa sih.

"Nana, mau ngobrol sama kamu". Dia menunjuk depanku. "Jangan disini Na. Bisa-bisa dia pingsan". 

"Lo ngomong apaan sih".

"Ayo ikut". Dia seenaknya menarik lenganku dan membawa Ku di parkiran motor, lalu dia dengan seenaknya naik. "Buruan, Gue tunjukin tempatnya". 

Seenak udelnya aja gadis ini.

Dia menunjuk kan sebuah taman yang terlihat sepi dan tidak terawat.  Dia langsung duduk di bangku taman yang dekat dari motor Ku terparkir. Dia memandang sekitar, lalu memandangku kembali.

"Duduk sini Bil". Dia menepuk di sebelahnya.  Aku duduk disana dan melihatnya yang masih memandang sekitar,  seperti mencari sesuatu. "Nana mau ngomong sama lo,lo siap gak?".

"Maksud lo apa?".

"Ada yang ingin Nana sampaikan ke elo Bil, lo sanggup gak kalau Gue buka mata batin lo?".

Aku mengangguk asal, membiarkan diriku mencobanya,  menyebut nama Nana, membuatku tergiur untuk berbicara dengannya.  Shae menutup mataku dengan tangan mungilnya, lalu aku disuruhnya membaca Alfatihah dan ayat kursi.  Dan kurasakan tangan mungil itu melepaskan mataku.

"Dengerin Gue Bil, lo cukup fokus ke Nana aja, jangan lirik kanan kiri,  waktu Nana gak banyak.  Lo ngerti kan?". Aku mengangguk paham. "Sekarang buka mata lo perlahan,  dan cukup pandang depan lo aja, jangan yang lainnya". 

Ku buka mataku perlahan, mengikuti arahan Shae. Aku melihat Nana menggunakan gamis putih dan kerudung putih. Wajahnya terlihat pucat pasi. Dia tersenyum seperti Nana dulu semasa hidupnya.

"Haiy Bil". Sapanya. Suara dia sedikit berbeda. 

"Haiy Na, aku kangen kamu". Dia mengangguk. 

"Aku mohon kamu ikhlasin aku Bil, buka hati kamu untuk gadis lain. Banyak gadis cantik di sekitar kamu, termasuk dia". Tunjuknya pada Shae yang sedang memandang sekitar tak memperdulikan aku yang sedang berbicara dengan Nana.

"Maaf Bil, aku harus pergi, waktuku gak banyak. Assalmualaikum Bil".

"Waalaikum salam".  Lalu Nana pergi.

Dan tetiba ada maklhuk lain yang berwajah seram mendekat dan berdiri di depanku. "Arghh". Aku refleks memeluk Shae yang ada disamping Ku.

"Astaghfirullohhaladzim.  Pergi kamu jangan ganggu dia". Lalu Ku lihat Shae membaca doa, dan menutup mataku kembali dengan tangan mungilnya. 

"Maaf Bil, harusnya lo gak lihat yang lainnya". 

Dia membantuku berdiri dan mengajakku naik ke motor Ku sendiri.  Dia ikutkan naik di belakang. 

"Gue anterin lo pulang kemana?".

"Gue turun di cafe aja, Gue mau kerja. Dan soal mata batin lo, udah Gue tutup lagi. Lo aman".

Dan dia langsung turun dari motor Ku. Ku perhatikan dia yang berjalan dengan anggun. Ada seorang lelaki yang memanggil namanya, tapi dia tidak mendengar.

"Ratu Jalapeno".  Teriaknya dengan lantang.  Shae menoleh menatapnya,  lelaki itu berlari dan memeluk Shae.

"Gue kangen elo".

Nyuttt

Ada rasa nyeri menyerang dadaku. Kenapa lihat Shae berpelukan dengan lelaki itu rasa nyeri di dadaku ini sangat hebat. Ada rasa ingin memukul lelaki itu dan memeluk Shae.

🌞 🌞 🌞 

Aku kembali ke makam Nana hari ini. Aku menatap batu nisan bertuliskan nama Nana. Aku mengusapnya untuk terakhir kalinya. 

"Na, biarkan aku berusaha untuk melupakan dirimu. Walaupun akan terasa berat sekalipun, aku akan berusaha Na. Aku akan move on dari kamu".

Ku letakkan selembar surat yang telah Ku tulis semalaman. Surat yang sengaja aku tulis untuk Nana. Surat terakhirku untuk Nana.

🌞 🌞 🌞 

Hello ShaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang