Prolog

19.8K 588 47
                                    

Hari ini Fasya bangun lebih awal dari biasanya. Entah apa yang membuat gadis berparas nyaris sempurna ini sudah bangun dari tidurnya. Dia sudah rapih dengan seragam kebanggannya. Mengambil tasnya yang selalu ia letakan diatas meja belajar. Setelah itu dia melangkah kekamar kakak laki lakinya.

Membuka pintu kamar kakak laki lakinya itu dengan pelan. Agar sang pemilik kamar tidak terganggu. Fasya mendakati ranjang abangnya. Menarik selimutnya secara paksa dan menarik rambutnya.

"Argh sakit woii!" jerit Delvin, kakak laki laki Fasya. Memiliki nama Delvin Arsenio usianya hanya terpaut satu tahun lebih tua dari Fasya.

Fasya tersenyum manis kearah Delvin. Delvin yang melihat senyuman manis itu langsung bangun. Tumben sekali adiknya sudah rapih seperti ini, pikirnya.

"Mandi bang buru! Nanti gua telat sekolahnya,"

Delvin mengerutkan dahinya. Apa katanya? Telat? Gosh! padahal dirinya dicap sebagai manusia yg berangkat selalu terlambat. Apakah adik satu satunya ini kepalanya terbentur tadi?

"Dek lu waras kan? Kepala lu ga kebentur apa apa kan?" Delvin meletakan tanganya kekening Fasya.

"Hm ga panas. Tapi kenapa gini," gumam Delvin

"Udah ih mandi ga usah banyak bacot. Gua tunggu 5 menit. Lu belum siap gua pundung," ancam Fasya. Delvin melompat dari ranjangnya dan masuk kedalam kamar mandi.

Fasya keluar dari kamar Delvin membiarkan abangnya yang pemalasan itu mandi. Dia lanjut masuk kedalam kamar abang tertuanya, menyelinap masuk kedalam. Untung kamar kedua abangnya tidak pernah dikunci. Fasya duduk dikasur abangnya. Dia memberi sentuhan dikepala abang pertamanya. Cara ini lebih ampuh, jika untuk membangunkannya. Berbeda dengan Delvin. Ia akan lebih terlelap jika dielus kepalanya.

Deon perlahan membuka matanya. Pemandangan pertama kali yg ia lihat adalah senyuman manis dari adik kesayangannya. "Pagi dek," sapa Deon.

Deon bisa dibilang anak tertua dikeluarga Ruxan. Memiliki nama panjang Deon Revano, mempunyai sifat pendiam dan kalem dari kedua adiknya. Dia sering diejek oleh adik adiknya. Dengan sebutan kulkas berjalan. Padahal dirinya 100% human. Bukan kulkas.

"Pagi juga abang. Mandi bang nanti abang telat kekantornya," ucap Fasya.

"Hm," Deon bangkit dari posisi tidurnya. Dia langsung masuk kedalam kamar mandi tanpa sepatah katapun. Memang dasarnya kulkas!

Fasya keluar dari kamar Deon. Dia kembali masuk kedalam kamar Delvin. Ternyata abang keduanya sudah rapih, "Langsung berangkat aja bang. Sarapan diluar aja. Gua males makan dirumah,"

Delvin menoleh kebelakang. "Yaudah. Yok lah otw," Delvin merangkul tubuh pundak Fasya.

Mengiringnya turun kebawah. Dilantai satu ternyata abangnya dan Papa sudah duduk manis dimeja makan. Fasya dan Delvin menghampiri Deon untuk pamit.

"Bang sya berangkat yah. Maaf sya ga bisa nemenin abang sarapan," Fasya menyalimi tangan Deon. Deon yang paham hanya bisa mengiyakan saja, "Gak papa. Hati hati."

Fasya mengangguk. Dia keluar dari rumahnya tanpa menyalimi atau berpamitan dengan papa dan mamanya. Toh buat apa pamit dengan kedua orangtuanya jika tidak direspon. Percuma bukan?

***

Mereka, Fasya dan Delvin. Tiba disekolahnya. Ya Fasya dengan Delvin satu sekolah. Padahal Fasya tidak ingin satu lingkungan sekolah dengan Delvin. Tetapi oma, opa dan bang Deon memaksanya untuk satu sekolah saja. Biar aman. Padahal sama saja, toh Fasya juga bisa beladiri.

Mereka berdua jalan beriringan. Sudah banyak yg mengetahui jika Delvin dan Fasya kakak beradik. Entahlah siapa yg membeberkannya. Yg jelas mereka berdua tidak ingin tahu.

***

Jam menunjukan pukul 12.00 berati bel pulang sekolah sebentar lagi akan berbunyi. Delvin membereskan barang barangnya dan keluar dari kelas tanpa pamitan dengan guru.

note : jangan ditiru ya sahabat, ajaran sesat

Kringgggggggg......

Gocha. pas sekali dia tiba bel pulang sekolah berbunyi. Delvin masuk kedalam kelas Fasya tanpa permisi. Mereka semua sudah paham dengan kebiasan Delvin. Jadi tidak kaget lagi.

Delvin membopong tubuh Fasya. Membawanya dengan pelan. Agar Fasya tidak terganggu. Guru guru tidak pernah memarahi Fasya. Karna Fasya sudah menguasai semua mata pelajaran. Otaknya diatas rata rata. Sama dengan kedua abang abangnya.

Delvin menaruh Fasya dikursi depan. Memasangkan seatbeltnya. Dia memutar jalannya. Dan masuk kedalam mobilnya menjalankan mobilnya kecepatan normal.

"Bang!"

"Anjim kaget gua,"

Fasya terkekeh pelan, "Sorry bang. Makan hayuk lah. Laper gua,"

"Boleh lah, gua juga laper. Cafe biasa yak,"

Fasya mengangguk sebagai jawaban. Delvin menambah kecepatan mobilnya. Bagus lah Fasya meminta untuk makan diluar. Jadi nanti dia tidak harus menaham emosi jika berurusan dengan papanya.

***

Setelah makan siang di cafe langganannya. Fasya dan Delvin sudah tiba dirumahnya. Mereka berdua sedang rebahan, hobinya rebahan. Ya mereka berdua sering menghabiskan waktu bersama. Tapi tak jarang juga mereka akan bertengkar. Hingga membuat rumah seperti kapal pecah.

Bukan kah seperti itu kakak beradik? benar bukan?

"Anjir gua ngantuk lagi bang. Gua tidur yak. Nanti malem kaga usah bangunin gua. Gua lagi males makan malem ok," Fasya langsung terlelap. Tanpa mendengar balasan dari Delvin.

"Dasar pelor" gumam Delvin.

Delvin memeluk Fasya. Dan ikut bergabung kealam mimpi.

***

Jangan lupa vote and komennya!

Maafkan saya jika prolognya gaje.

Follow instagram saya

@syairapr_

Bar Bar Vs Childish (Revisi) Where stories live. Discover now